Dokan, Penghasil Jeruk Siam Madu yang Tinggal Kenangan

Desa Dokan, Kecamatan Merek, Kabu­paten Karo selama berpuluh-puluh tahun terkenal sebagai sentra jeruk Siam Madu. Tapi belakangan ini sangat sulit menembukan hamparan tanaman jeruk manis yang sehat berbuah lebat dan ukuran besar.

Hal ini diakui Jeremia Ginting, petani jeruk di desa itu. Luas lahan 1,7 hektar yang sejak dulu ditanami jeruk manis tumpang sari dengan kol, sudah lama dibiarkan tak terurus. Selain buah jeruk yang dihasilkan kecil-kecil, sebelum masa panen buahnya selalu gugur atau lepas tangkai dan jumlahnya lebih banyak daripada yang berhasil dipanen dari pohonnya.

Permasalahan ini ternyata dialami hampir semua petani jeruk di Desa Dokan. Mereka membiarkan tanaman jeruknya meranggas dijadikan tiang-tiang penopang tanaman jipang.

“Kalau dulu Desa Dokan sangat terkenal dengan jeruk siam madu, kini sudah tinggal kenangan,” papar Jeremia Ginting, petani jeruk di desa itu. Sebagian besar petani di desa ini menggantikannnya dengan tenaman kopi, jipang dan sayur mayur lainnya.

Menurut Ginting, banyak petani jeruk yang rugi besar akibat serangan hama dan virus. Dari sekitar 350 petani jeruk, saat ini yang tersisa dan masih produktif hanya sekitar 25 petani. Sisanya sudah berali ke tanaman jipang yang dianggap masih mengun­tungkan.

Harga tolak jipang kecil  kalau musim kemarau Rp2500 per kilogram. Kalau lagi musim hujan harganya Rp1600,- per kilo­gram. Meski, harga ini tidak terlalu meng­giurkan, tapi setidaknya dapat menyam­bung hidup mereka dari sektor ini.

Rikardo Tarigan, salah seorang petani jeruk di desa itu yang tadinya berpikir juga mengganti tanaman jeruknya ke tanaman jipang, karena besarnya ongkos  perawatan tanaman jeruk, akibat serangan hama, seperti busuk batang atau kanker batang, meranggas, jamur merah dan serangan lalat buah.

Di lahan seluas 2,5 hektar ia memiliki 800 batang tanaman jeruk. Namun ia hanya fokus merawat 300 batang, lainnnya mengalami nasib yang sama dengan petani yang lain, meranggas.

Dari 300 batang itu ia bisa memetik sekitar 12 ton jeruk dalam setahun atau tiga kali pemetikan. Produksi itu memang tidak terlalu rendah dan tidak juga tinggi. Namun  tingginya harga jual jeruk saat ini,  produksi yang turun itu dapat tertutupi.

“Saat ini harga jeruk di tingkat petani Rp7000 per kilogram,” katanya.

Menurutnya, biaya yang tinggi untuk merawat tanaman adalah untuk membeli pestisida. Kalau tidak dilakukan, produksi akan anjlok dan tanaman cepat mati.

“Banyak yang sudah kami lakukan untuk mengendalikan serangan penyakit dan hama lalat buah, tapi hasilnya tidak signifikan. Tana­man hanya bisa bertahan, sementara penyakit masih melekat pada tanaman jeruk,” paparnya.

Seberkas Harapan

Namun, ada hal yang menggembirakan yang dirasakan Rikardo. Baru-baru ini ia mendapat arahan dari kakeknya Jeremia untuk mencoba enzim Fitofit menye­lamatkan tanaman jeruknya. Dari 300 batang yang diaplikasi enzim Fitofit,  diharapkan panen jeruk me­ningkat di atas 12 ton per tahun.

Sebelumnya, lahan tanaman jeruk Jeremia  Ginting seluas 1,7 hektar  juga meranggas dan ditumbuhi jamur merah. Namun Jeremia tidak menyangka tanaman ini masih dapat terselamatkan.

Dari 650 batang tanaman jeruk, 30 persen sudah ditebangnya menjadi kayu bakar, selebihnya dia masih ragu apakah sisa tanaman jeruknya masih dapat diselamatkan, meski dalam keadaan sakit, akibat lalat buah dan buah sangat mudah lepas dari tangkainya. Tanaman yang selamat, hasilnya juga tidak memadai, buahnya kecil-kecil.

Pada suatu ketika, pengakuan Jeremia, ia  ikut bazaar buah-buahan yang dilaku­kan Gereja Katolik Hayam Wuruk di Medan. Di sanalah awalnya ia berkenalan dengan Andi Wahab Sitepu, yang juga seorang peneliti di bidang pertanian. Wahab melihat buah jeruk yang dipa­jangkan sangat kerdil dan sebagian juga terserang lalat buah.

“Mungkin karena jodoh, saya menuruti apa yang dianjurkan Pak Wahab  dengan meng­aplikasikan enzim Fitofit,” papar Jeremia.

Baru beberapa kali saya menyem­protkan  enzim Fitofit, tanaman jeruk saya makin sehat, buah tidak mudah lepas dari tangkai­nya. Jamur merah yang melekat di batang mulai lepas. Sedangkan buah yang terserang lalat buah menjadi mengering.

“Saya mengatakan Fitofit ini cairan yang ajaib. Di saat saya sudah putus asa mengurus tanaman jeruk yang sudah hancur, kini ada seberkas harapan untuk memulai semangat baru,” papar Jeremia. (ton)

()

Baca Juga

Rekomendasi