Pondok Lebong, Terisolir di Tengah Gaung Sukses GDSM

Oleh : Amirul Khair. Program Gerakan Deliserdang Membangun (GDSM) yang digaungkan pemerintah setempat menuai sukses luar biasa dalam memacu percepatan pembangunan dan telah pula mendapat berbagai penghargaan. Banyak pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan namun tetap saja warga Pondok Lebong di Dusun III, Desa Bah Balua, Kecamatan Bangunpurba, Kabupaten Deliserdang, terisolir di tengah gaung sukses GDSM.

Pondok Lebong merupakan satu kawasan di Desa Bah Balua yang luasnya hanya sekira 20 rante dihuni 30 Kepala Keluarga (KK) berada di antara perbukitan dibelah sebuah aliran sungai kecil yang kini mengalami abrasi hebat pasca diterjang banjir bandang sekira Oktober 2013 lalu.

Suasana kehidupan di kawasan Pondok Lebong terasa nyaman. Banyak rumah warga yang masih semi permanen dengan sekira satu meter tinggi batubata selebihnya berdinding tepas, menjadi pemandangan.

Pemandangan indah bisa dilihat dari atas bukit sebelum menuruni jalan masuk ke kawasan Pondok Lebong. Dari atas bukit yang menjadi akses utama jalan menuju pusat Pemerintahan Desa Bah Balua, terlihat pemukiman warga Pondok Lebong yang dihuni mayoritas etnis Jawa.

Terisolir

Untuk sampai ke titik lokasi Pondok Lebong, jarak tempuh dari Jalan Besar Bangunpurba-Gunungmeriah hanya sekira setengah kilometer yang berdampingan dengan Desa Damak Maliho. Meski dekat dari jalan utama, Pondok Lebong terkesan terisolir. Pasalnya, tidak ada pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Deliserdang sehingga masyarakatnya merasa ‘terpinggirkan’ tapi tidak tahu harus berbuat apa.

Tumijan, tokoh Pondok Lebong menuturkan, kawasan permukiman itu tidak sekali pun tersentuh pembangunan. Satu-satunya bangunan yang ada hanya pembuatan saluran pembuangan (Drainase) beberapa meter bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD). Selebihnya, tidak ada bangunan yang menjadi hak mereka sebagai bagian dari rakyat Deliserdang.

Warga lainnya Husin (42) juga menuturkan, mereka kini dicekam rasa “was-was” dihempang banjir bandang baik karena curah hujan tinggi maupun banjir kiriman dari gunung yang senantiasa ‘mengintai’ mereka.

Sebab, pascabanjir bandang yang menerjang permukiman mereka tepat di malam hari raya Iduladha Oktober 2013 lalu dengan ketinggian air mencapai dengkul orang dewasa, sekira 7 rumah warga termasuk miliknya terancam abrasi yang menyisakan jarak sekira 1 meter.

Tidak tanggung-tanggung, abrasi hebat tersebut membuat sungai Bah Balua yang lebarnya dulu hanya sekira 4 meter kini sudah mencapai sekira 8 meter dan dari sungai tersebut warga terutama pelajar melintas karena tidak ada jembatan untuk menyeberang.

“Sekarang, kalau sudah angin kencang dan hujan deras, cemas datang banjir” ucap Paikem istri Husin yang berharap ada upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deliserdang melakukan perbaikan terhadap tanggul sungai Bah Balua.

Untuk mengantisipasi melebarnya abrasi sungai Bah Balua, warga tidak diam berpangku tangan saja. Upaya dini dengan membuat tanggul buatan menggunakan goni plastik berisi pasir sudah dilakukan warga secara bergotongroyong.

Namun usaha tersebut tidak seimbang dengan kuatnya terjangan banjir dari hulu sehingga kondisi sungai Bah Balua kritis dan menunggu waktu menelan korban warga Pondok Lebong yang kini pasrah menanti takdir.

“Kita sudah buat penahan pakai goni. Tapi air banjir kencang” terang Tumijan yang mengaku warga siap bergotongroyong membantu bila ada pembangunan tembok penahan seperti bronjong.

Menyadari keselamatan mereka lebih utama namun tak bisa berbuat banyak, beberapa warga menanami beberapa titik tepian sungai Bah Balua dengan pohon seperti bambu. Bahkan ada seorang warga terpaksa menyisihkan sebagian hartanya untuk membangun tembok permanen karena dapur rumahnya terancam abrasi.

Program Peduli Lingkungan

Harapan besar warga Pondok Lebong kepada Pemkab Deliserdang sangat besar bisa memberikan perubahan di permukiman itu. Perbaikan sungai Bah Balua menjadi skala prioritas mereka agar bisa hidup tenang dan nyaman tanpa dicekam ancaman bencana alam.

Warga Pondok Lebong merasa “tersakiti” dengan ucapan salah seorang oknum wakil rakyat yang duduk di legislatit menyebutkan, “Kalau tidak mau kena banjir, jangan tinggal di pinggir sungai”.

Kalimat yang tidak layak meluncur dari wakil rakyat yang dipilih rakyat dan sangat menyakiti rakyat. Bukan berempati tapi justru menyakiti rakyat yang telah mengirimnya ke kursi legislatif.

Untuk menyeka duka warga Pondok Lebong, selain kewajiban Pemkab Deliserdang melakukan pembangunan, setidaknya dua perusahaan besar yang beroperasi di Desa Bah Balua yakni, PT NV Primex dan PT Tamiang Sari semestinya berempati untuk menggulirkan program peduli lingkungan ke Pondok Lebong.

Bukankah setiap perusahaan punya kewajiban untuk peduli terhadap lingkungan sekitar operasionalnya ? Sebelum diminta apalagi didesak, selayaknya PT NV Primex dan PT Tamiang Sari berinisiatif untuk mengarahkan program peduli lingkungan ke Pondok Lebong yang menjadi bagian Desa bah Balua lokasi operasional kedua perusahaan itu.

Semoga Pondok Lebong tidak lagi terisolir dan kontras di tengah gaung sukses GDSM yang telah menuai banyak penghargaan.

()

Baca Juga

Rekomendasi