Oleh: Tongat,S.PdI. Berbakti kepada kedua orang tua dalam Islam disebut “birrul walidain”. Secara bahasa,birrul walidain artinya berbuat baik kepada kedua orang tua.Yang dimaksud berbuat baik disini cakupannya cukuplah luas,yakni menyangkut pada semua hal yang bisa menggembirakan hati kedua orang tua,selain hal-hal yang di larang oleh agama.Dengan demikian birrul walidain bisa berbentuk tindakan apa saja yang penting tindakan itu bisa menggembirakan hati kedua orang tua dan tidak termasuk hal-hal yang di larang agama.
Dari kenyataan ini birrul walidain tidak harus mengeluarkan biaya,misalnya memberi sesuatu kepada orang tua yang bersifat materi.Namun birrul walidain bisa berupa ucapan yang menyenagkan,bisa berupa kepatuhan dan sebagainya.
Allah swt berfirman: “Sembah lah Allah dan janganlah kamu mempersukutan-Nya dengan sesuatupun,dan berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak (QS.An Nisa’:36)
Dan satu hal yang perlu di ketahui bahwa menghubungkan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan perintah mentauhidkan Allah juga diberlakukan kepada umat-umat sebelumnya.Diantaranya adalah Bani Israil dimana Allah swt berfirman:“Dan (ingatlah),ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak” (QS. Baqarah: 83)
Inilah sebahagian ayat-ayat anjuran untuk berbakti kepada kedua orang tua,sehingga kita bisa mematuhi dan tidak melanggarnya.
Tetapi apa jadinya kalau anak tidak berbakti kepada kedua orang tuanya,atau malah durhaka kepada kedua orang tuanya, seperti yang telah kita dengar dan kita lihat belakangan ini,mungkin di jiran tetangga, di media televisi, majalah, surat kabar dan lain-lain, ada anak menyiksa orang tua, ada anak yang membunuh orang tua, dan ada pula malah sebaliknya, orang tua menyiksa anak, orang tua membunuh anak, orang tua membuang anak dan lain-lain kalau kita bayangkan dan kita renungkan ini kejadian apa? Sehingga kebobrokan moral bangsa ini menjadi titik terendah dalam penerapan moral ditengah-tengah masyarakat yang notabenya negara berpenduduk muslim terbesar yaitu Indonesia.
Di sini penulis sajikan balasan apa yang di peroleh ketika anak durhaka kepada kedua orang tuanya.
Pertama:Dosa besar,ketika sang anak tak lagi taat dan menghormati kedua orang tuanya,maka Allah dan Rasul-Nya pun menggolongkannya kepada orang-orang yang telah berbuat dosa besar. Karena besarnya pengaruh orang tua,maka dalam al-quran, Allah swt selalu mendampingkan berbakti kepada kedua orang tua setelah menyembah kepada-Nya,dan tak sedikit hadis Rasulullah menerangkan tentang dosa besar dan akibatnya jika orang tua tak lagi di taati dan dihormati.
Rasulullah saw bersabda: “Maukah kalian aku terangkan tentang dosa yang sangat besar?(kalimat tersebut di ulangi sebanyak tiga kali).Para sahabat menjawab: ”Terangkanlah, wahai Rasulullah”. Rasulullah berkata:”Menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, serta ucapan kesaksian palsu”. (HR.Bukhari)
Kedua:Surgapun tertutup baginya, rasulullah saw berkata: “Ada empat golongan yang Allah tidak akan memasukkan kedalam surga dan tidak mencicipi kenikmatannya yaitu, pecandu minuman keras, pemakan riba, pemakan harta anak yatim secara batil dan durhaka kepada kedua orang tua”. (HR. Hakim)
Begitulah Allah memberikan balasan bagi anak yang durhaka kepada orang tua,dan balasan itu dipercepat oleh Allah sebelum ia meninggal.
Akankah semua ini kesalahan-kesalahan tertumpu pada anak semata?
Sudahkah orang tua mendidik secara benar sehingga anak mengenal perilaku atau akhlak yang baik sesuai syariat agama?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan penulis sajikan dalam beberapa hal.
Pertama:Didiklah anak-anak dengan pendidikan agama dan spiritual,karena pendidikan agama dan spiritual temasuk bidang yang harus mendapatkan perhatian penuh oleh orang tua terhadap anak. Pendidikan agama dan spiritual akan membangkitkan kekuatan dan keseiaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang benar dan mengamalkannya. Begitu pula membekalkan anak-anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam.
Kedua: tak adanya kasih sayang. Setiap orang tua hendaknya berusaha agar anak-anaknya tumbuh dengan wajar dan baik, terlepas dari ikatan,lepas dari tekanan batin, sehingga mereka merasa senang, tenang, sejuk dan bahagia hidup bersama orang tua. Dengan demikian diharapkan hidup mereka berguna, baik bagi diri mereka sendiri, maupun bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Ketiga: Berdoa jelek untuk sang anak. Ketika marah kepada sang anak, terkadang spontanitas keluar kata-kata yang tak pantas dari mulut orang tua, baik kutukan,makian, atau bahkan keluar seuntai kalimat doa dari mulut orang tua.
Orang tua yang baik dan bijak tak pernah mendoakan anaknya dengan doa yang buruk, bahkan ketika anaknya sesat dan tercela, orang tua tersebut selalu mendoakannya dengan doa kabaikan bagi anaknya didunia dan diakhirat,ia tak pernah bosan berdoa.Hal tersebut, karena doa orang tua yang tak pernah di tolak oleh Allah,sebagaimana sabda Rasulullah saw:”Tiga macam orang yang dikabulkan doanya:orang tua,orang yang sedang bepergian dan orang yang teraniaya”.
Keempat: Menafkahi dari hasil haram. Kehidupan mewah pasti enak…begitu pikiran orang miskin,tetapi buat apa jika dihasilkan dari yang haram? Buat apa harta banyak jika dihasilkan dari penindasan kaum yang lemah? Buat apa kalau tak bisa dipertanggung jawabkan sesudah mati?Apa jadinya jika anak mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hasil dari ayahnya mencuri?
Dari hasil pencuri, kejahatan,korupsi inilah akan menghasilhan darah dan daging anak-anak kita menjadi haram, sehingga perilaku-perilaku anak anak kita berpikiran keras,susah diarahkan, susah di bimbing dan melawan kedua orang tua.
Seandainya tau mereka-mereka itu hasil kejahatan,hasil korupsi, hasil pencuri hanya untuk memenjarakannya, hanya untuk memperlancar jalan menuju neraka, tentu kejahatan-kejahatan tidak akan terjadi, bahkan uang yang sudah di curi,uang yang sudah di ambil dari hasil korupsi di kembalikan kepada Negara dan dibagikan untuk mensejahterakan rakyat yang miskin hingga tidak terlalu jauh perbedaan antara si kaya dan si miskin dan menghasilkan rakyat sejahtera, negara makmur dan aman tercapailah semboyan Baldatun Toyyibatun Warobbun ghafur, gemah ripah loh jinawi dan tata raharja.
Inilah yang penulis harapkan, bahkan semua rakyat Indonesia merindukannya, merindukan sejahtera, merindukan, kemak muran, merindukan keama nan dan merindukan pemimpin yang dirindukan rakyat dan merindukan rakyat yang bisa mengayomi rakyatnya dari sabang sampai merauke.
Semoga tulisan ini bisa mengingatkan bagi orang-orang yang lupa dan bagi calon pemimpin bangsa.
Penulis Pengasuh Taman Pendidikan Islam –AL FAZWA -Kec.Deli Tua dan mahasiswa PPs-IAIN SU