Tobasa, (Analisa). Tobasa, United Evangelical Mission (UEM), meluncurkan upaya penggalangan dana di dalam gereja-gereja anggota UEM yang dikhususkan untuk menanggulangi kemiskinan dan perdagangan anak, juga di kalangan masyarakat di Sumut.
“United Action” atau “Upaya Bersama” dicanangkan di UEM sejak Sidang Raya 2012 di Tanah Karo. United Action 2014 itu diluncurkan dalam peringatan Napak Tilas 180 Tahun Kelahiran Nommensen, di Sigumpar, Tobasa, Kamis (6/2).
Penanggung jawab kegiatan dan tuan rumah peringatan ini, Ephorus HKBP, Pdt Willem Tumpal Pandapotan Simarmata mengungkapkan, pelayanan Nommensen sangat penting untuk kembali direnungkan, karena aspek holistik pelayanannya bukan hanya soal penginjilan, tetapi termasuk bidang sosial, kesehatan, lingkungan dan pendidikan. “Ada beberapa aspek yang secara sadar atau tidak telah membuat pelayanan kita menjadi timpang. Hancurnya lingkungan hidup dan rusaknya hutan adalah dampak dari pelayanan kita yang parsial. Oleh karena itu, kita harus membayar dosa dengan kembali melayani alam,”serunya.
Pdt Dr Ingwer Ludwig Nommensen, adalah misionaris Jerman yang dikenal sebagai “Rasul Batak” karena kegigihannya membawa Injil ke kawasan itu lebih dari satu setengah abad lalu. Ia lahir di Nordstrand, Denmark (kini Jerman), 6 Februari 1834 dan meninggal serta dimakamkan di Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918 pada umur 84 tahun.
Jasa dan pengaruhnya membuat sekitar lima juta jemaat yang tersebar di belasan gereja Protestan di Indonesia mengakuinya sebagai “Rasul Batak”.
Panitia lokal, Pdt Ebsan Hutabarat, didampingi Pdt Osten Matondang menyampaikan, kegiatan besar ini diselenggarakan dengan waktu yang sangat pendek. “Kami hanya mempersiapkan kegiatan ini selama satu bulan, tetapi kami bersyukur karena momen besar ini bisa berlangsung sukses,” ungkap Ebsan.
Regine Buschmann, moderator UEM dari Jerman yang datang pada kesempatan itu mengatakan, umur gereja-gereja di Asia yang sudah dua abad memiliki kapasitas sama dengan gereja-gereja di Eropa yang sudah lebih dulu memberikan perhatiannya kepada pengentasan ketidakadilan di seluruh dunia. United Action (UA) menjadi upaya bersama gereja-gereja untuk memerangi ketertinggalan, ketidakadilan, perhatian kepada kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Penghargaan pada Sejarah
Pada kesempatan ini peluncuran sengaja dilakukan dalam peringatan 180 tahun kelahiran Nommensen, misionaris Tapanuli, sebagai penghargaan pada sejarah. “Penghargaan kita terhadap sejarah, akan menentukan seperti apa kita menghargai diri kita sendiri, dan seperti apa masa depan gereja kita, itulah arti penting mengenang kembali perjalanan Nommensen di Tapanuli,” ungkapnya.
Hadir dalam peringatan itu antara lain Ephorus HKBP dan jajarannya, ephorus GKPS, Pdt Jaharianson Saragih, Sekjen GKPI, Pdt Oloan Pasaribu, Ephorus HKI, Pdt Langsung Sitorus, Ephorus GKPA, Pdt A Marpaung, ketua moderamen GBKP Pdt MP Barus di samping para wakil dari Ephorus BNKP, dan GPKB.
Selain peluncuran UA, peringatan 180 tahun kelahiran Nommensen juga dilakukan dengan perjalanan napak tilas dari Gereja HKBP Nauli menuju Gereja HKBP Sigumpar sejauh sekitar satu kilometer. Sepanjang perjalanan diadakan acara berupa penanaman pohon, pelepasan burung, ziarah di makam Nommensen, dan lelang donasi untuk United Action UEM. Kegiatan diikuti ribuan perwakilan jemaat gereja-gereja Protestan anggota UEM.
Senada dengan pemimpin UEM itu, inisiator lain, Sonia Parera Hummel, yang menjabat sebagai kepala
departemen Asia UEM, menyampaikan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan jemaat di Asia menunjukkan Asia memiliki peran penting untuk perubahan global, khususnya untuk mewujudkan dunia yang lebih adil.
“Melalui kehadiran United Action, Departemen Asia akan terus membangun inisiatif dan mendorong jemaat di Asia untuk selalu bersolidaritas dan melihat keluar dirinya. Pada rapat regional Asia di Hong Kong tahun 2013, kami putuskan untuk fokus pada kampanye penghentian perdagangan manusia dan anak-anak hingga 2015,” tambahnya.
UEM adalah sebuah lembaga internasional yang bekerja di tiga benua yakni Eropa, Afrika dan Asia. UEM merupakan penerus Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), lembaga misi Jerman yang telah mengirimkan Nommensen ke Indonesia pada 1862. Pergantian nama RMG menjadi UEM menandai pergeseran organisasi ini dari organisasi nasional di Jerman menjadi organisasi internasional yang kepemimpinannya berada di gereja-gereja tiga benua tersebut secara setara dan kolektif. (dgh)