Dari Bunga Flamboyan hingga Tokoh Terkemuka

Oleh: Dr. Agus Priyatno, MSn. Pelukis Basoeki Abdullah mahir melukis keindahan. Bisa dikatakan, apapun yang dia lukis tampak indah, kadang lebih indah dari aslinya. Bunga Flamboyan, wanita, pemandangan, flora dan fauna, hingga tokoh terkemuka dilukis sangat apik.

Model lukisan wanita tampak lebih cantik jika dilukis olehnya. Ratu kecantikan dari berbagai negara yang sering dilukisnya, semakin tampak elok dalam lukisannya. Karena kemahirannya itulah banyak tokoh nasional dan tokoh mancanegara ingin dilukis olehnya.

Pelukis kelahiran Surakarta 25 januari 1915 pernah menjadi pelukis istana pada tahun 1974. Kemahirannya melukiskan keindahan diwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto pelukis pemandangan pada masa itu. Kemahirannya melukis juga diperoleh melalui pendidikan. Tahun 1933 Basuki Abdullah belajar di Akademi Seni Rupa (Academie voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, studinya diselesaikan dalam waktu tiga tahun. Dia memperoleh penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).

Selain melukiskan keindahan pemandangan Indonesia, lukisannya juga tentang pemandangan negeri lain dan tokoh-tokoh terkemuka. Raja Thailand, Pangeran Bernhard dari Belanda, sultan Brunai, presiden Pilipina Ferdinand Marcos dan ibu negara Imelda Marcos, di antara beberapa tokoh yang pernah dilukisnya. Lukisannya dikoleksi pecinta lukisan dari berbagai kalangan. Artis, ratu kecantikan, pejabat pemerintah, presiden sejumlah negara asing dan raja serta ratu sejumlah kerajaan mengoleksi lukisannya.

Lukisan-lukisan lainnya yang menjadi koleksi pribadinya terpajang di rumahnya yang diwariskan kepada negara tahun 1998. Menurut data yang dirilis Museum Basoeki Abdullah, rumah Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat Jakarta Selatan di serahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan/Direktorat Permuseuman. Setelah direnovasi, rumah tersebut difungsikan sebagai museum pada tanggal 25 September 2001.

Koleksi Museum Basoeki Abdullah berupa lukisan, patung, topeng, wayang, senjata dan sebagainya. Aktivitasnya antara lain pameran, seminar, kompetisi senilukis, dan workshop. Aktivitas lainya menerbitkan katalog, biografi, kumpulan artikel dan penelitian. Keindahan lukisan-lukisan Basoeki Abdullah dapat dilihat langsung oleh masyarakat.

Basoeki Abdullah cucu tokoh pergerakan Nasional Wahidin Sudirohusodo, sukses sebagai pelukis karena kreatif dan produktif berkarya. lukisan kreasinya ada ratusan dengan berbagai tema.

Berdasarkan catatan Museum Basoeki Abdullah, lukisannya ada lima klasifikasi. Pertama yaitu lukisan potret. Lukisan potret berupa lukisan wajah sejumlah tokoh terkemuka dari dalam maupun dari luar negeri.

Kedua, figur berupa model manusia keseluruhan. Lukisan figur diantaranya wanita-wanita cantik dan tokoh-tokoh terkemuka dunia. Ketiga, landscape atau pemandangan alam. Lukisan pemandangan alam antara lain pemandangan persawahan, pegunungan, perkampungan, hutan, laut dan danau. Keempat, lukisan mitologi dan religi.

Lukisan tergolong dalam klasifikasi ini antara lain lukisan tentang Nyai Roro Kidul, Ramayana, Jaka Tarub, kisah pewayangan, dan sebagainya. Kelima yaitu lukisan tentang kebangsaan, berupa lukisan tokoh-tokoh nasional dan para pahlawan bangsa. Diantaranya adalah lukisan Pangeran Diponegoro, Pahlawan R. A. Kartini, Ir. Soekarno, Cut Nyak Dien, dan pahlawan lainnya.

Waktu hidupnya lebih banyak dijalani di luar negeri, di sejumlah negara Asean seperti Thailand, Singapura dan Malaysia, negara negara asia timur seperti Jepang dan sejumlah negara Eropa seperti Belanda, Italia, Prancis dan Inggris. Lukisannya dikoleksi di banyak negara, ada lebih dari 20 negara mengoleksi lukisannya. Dia kembali ke Tanah Air setelah lama menetap di luar negeri, sejak tahun 1974 tinggal di Jakarta.

Basoeki Abdullah meninggal 5 November 1993 dalam usia 78 tahun. Basoeki Abdullah tidak hanya mewariskan karya seni bernilai tinggi, juga mewariskan nama harum bangsanya. Lukisan-lukisan indahnya yang tersebar di berbagai penjuru dunia akan dikenang sepanjang masa.

Penulis dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan pengelola pusat dokumentasi seni rupa Sumatera Utara

()

Baca Juga

Rekomendasi