Gubahan Artistik Sketsa Didi Prihadi

Oleh: Azmi TS. Mengurai karakter goresan sketsa bisa tanpa greget (tak bermakna apa-apa). Bisa pula sebaliknya, goresan sketsa banyak makna dalam gubahan artistik perupa. Garis terasa beda artistiknya sebab disana ada suasana, sekumpulan sosok dan pemilihan latar objek yang menarik. Sipenggubah garis nan artistik itu adalah Didi Prihadi yang cukup lama menggeluti seni lukis di kota Medan, hingga ke pulau Jawa dan Bali.

Pria setengah baya ini sudah paham bahwa setiap kali dia menggoreskan pena atau kuas selalu dalam perhitungan matang (goresan konsep seni). Kematangan garis artistik sudah menjadi harga mati, itu dilakoni sudah sejak lama jauh sebelum menjadi perupa. Semakin sering (banyak menggores), artinya dia sedang mengasah intuisinya agar obsesi tak mengendur. Obsesi sketsa Didi Prihadi terlahir dari kreasinya sejak 1980-an hingga kini tak pernah berhenti berburu garis.

Itulah obsesi pribadi yang cukup sederhana ini yang dikenal sesama perupa yang mengakuinya setia dan gigih membuat sketsa. Pria yang setia melajang ini justeru semakin mematangkan setiap goresan pena hingga kuasnya. Agar secara rutin karya sketsanya muncul, dia bisa berlama-lama pergi mencari spirit baru. Karya sketsa-sketsa jadi album yang sewaktu-waktu diperlukannya.

Perhatian Didi Prihadi pada seni rupa sudah ada sejak kecil ini bermula dalam keluarga memang banyak menggeluti seni. Ayahnya seorang praktisi periklanan mengerjakan baliho, poster dan promosi produk. Dia merasa terbiasa dan senang saat melihat sang ayahnya melukis papan raksasa alias baliho. Dari aktivitas sang ayahlah selalu memicu semangat menggebu-gebu untuk melukis.

Untuk menggapai cita-cita menjadi seniman selepas SMA jurusan IPA tahun 1984 terus kuliah di IKIP Medan masuk di jurusan senirupa. Beliau adalah alumni PT (perguruan tinggi yang melahirkan tenaga guru) hingga kini aktif berkarya seni. Sempat ragu setelah berhasil meraih gelar sarjana pendidikan jadi ‘guru atau seniman’. Dengan tekad bulat yang tak terbendung dia jadi seniman, mengasah ilmu lukisnya pada seniman M. Yatim cukup lama di sanggar Rowo.

Selama di sanggar Rowolah kemampuan kreativitas Didi Prihadi berkembang pesat. Puncak kreasi itu berwujud bisa dan aktif berpameran lukisan tingkat lokal dan nasional. Pengalaman berpameran itu diakuinya dapat menambah komunikasi antar sesama seniman di luar Medan. Dia merasa tak puas bila belum menjajal kemahiran bersketsa sampai merambah ke pulau Jawa dan Bali.

Satu mimpinya belum terwujud adalah menggelar pameran tunggal dan punya galeri sendiri. Karena terkendala dana dan dukungan pemangku seni di daerah yang kurang kondusif akhirnya niat itu urung hingga saat ini. Didi Prihadi dalam karya-karya sketsanya unggul dalam kompsisi, ritme garis yang terkadang liar (lihat sketsa Didi Prihadi). Kedalaman ruang dan pemilihan setiap proporsi dengan sudut pandang perspektif seakan mengalir begitu indah di pandang.

Terkesan sketsa-sketsa Didi Prihadi sangat mirip karya Ipe Ma’aroef, Rasinta Tarigan, Syamsul Bahri dan Amran Ekoprawoto apabila diuraikan dari goresannya. Ungkapan ekspresi sketsaDidi Prihadi mampu memberi arti dan makna tersendiri. Pengolahan garis yang terasa liar tetapi mampu merangkum daya jelajah kreatifnya, hingga sekalipun ungkapan goresan yang paling artistik.

Baginya garis memiliki peranan dalam gubahan rupa(visual) dan mampu memberikan nilai artistik dalam bingkai sketsa. Dalam benak pelukis yang kalem ini ada karakter kuat pada wujud garis mampu memperkuat elemen plastisdari obyek, peristiwa, dan realitas pengalamannya. Semua garis sketsanya terlihat tegas menonjolkan arsiran garis figuratif.

Beberapa karya sketsa lankskapnya selalu merekam suasana, rekreasi, asri dalam kedamaian. Gubahan katakter garis sketsa Didi Prihadi bisamenurunkan emosi pada titik nadir yang paling rendah. Sesekali terlihat dalam gubahan sketsa Didi Prihadi menyelipkan banyak nilai artistik. Sketsa-sketsa gubahan Didi Prihadi bagaikan tarian garis nan artistik, multi-karakter, dan mewakili kepribadiannya yang apa adanya.

()

Baca Juga

Rekomendasi