Oleh: Fahrin Malau. Seluruh rakyat Indonesia mengetahui pancasila adalah ideologi dasar negara Republik Indonesia. Bila ditelaah, lima sila yang dikandung dalam pancasila merupakan cermin dari Bangsa Indonesia yakni Ketuhanan yang maha esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang dicetuskan Bung Karno dihadapan BPUPKI, perlahan-lahan mulai terlupakan dalam kehidupan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak saja lupa dengan lima sila yang terkandung dalam pancasila. Terbukti masih ada rakyat Indonesia yang tidak hafal kelima sila pancasila. Paling memprihatinkan lagi, lima sila yang terkandung dalam pancasila sudah tidak mencerminkan lagi dalam kehidupan rakyat Indonesia.
Bila nilai-nilai pancasila menjadi pedoman rakyat Indonesia dalam kehidupan, tentu tidak timbul berbagaikonflik. Berbagai kepentingan. Kemiskinan, keterpurukan ekonomi, ketergantungan kepada pihak asing, pengangguran, korupsi, dekadensi moral. Melemahnya karakter dan jati diri bangsa sehingga menyebabkan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa mengalami erosi tidak terjadi. Kalau pun ada dapat diperkecil.
Memudarnya nilai-nilai Pancasila dirasakan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, Syamsul Hilal. Dia melihat mulai kehilangan jati diri. Padahal, Bung Karno yang mencetuskan Pancasila sebagai ideologi dasar negara Indonesia menggali dari akar budaya Bangsa Indonesia.
“Saya melihat Pancasila yang dicetus Bung Karno merupakan ajaran revosioner. Karena Pancasila digali dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Sampai kapan pun Pancasila tidak akan ketinggalan zaman. Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. Bila Bangsa Indonesia berpedoman pada Pancasila saya yakin Bangsa Indonesia menjadi negara maju,” ungkap Syamsul.
Simak saja sila yang terkandung dalam Pancasila. Semua mencerminkan budaya Bangsa Indonesia. Melalui budaya mampu mempersatukan bangsa untuk mencapai cita-cita sebagai negara nasional yang disebut Bung Karno sebagai masyarakat sosialis. Sayangnya, sekarang ada orang mempertanyakan keberadaan Pancasila dengan masyarakat sosialis. Misalnya tentang keadilan.
Harus disadari keadilan bersifat absolut. Tidak ada ukurannya. Bung Karno mampu membatasi keadilan melalui masyarakat sosialis. Masyarakat adil dan makmur punya lapangan kerja, kebutuhan apa yang dibutuhkan. Misalnya pangan, sandang, papan, pendidikan harus terpenuhi. Masyarakat sosialis misalnya orang bekerja menurut kemampuan, mendapatkan menurut kebutuhan.
Kenyataan sekarang kita hidup pada masyarakat kapitalis, bukan sosialisi atau Pancasila. Masyarakat kapitalis orang bekerja menurut kemampuan, mendapatkan prestasinya. Misalnya seorang buruh bekerja menurut kemampuannya, hasilnya berdasarkan kemampuannya, bukan kebutuhannya. Sebagai manusia kebutuhan relatif sama, yakni makan enak, punya rumah yang bagus, pakaian tidak compang-camping. Pada profesi yang membedakan.
Perbedan mendasar sosialis yang diperjuangkan Bung Karno sangat bertentangan dengan pemerintah orde baru, reformasi yakni sama-sama kapitaslis. Hanya politik yang berbeda. Pada orde baru militer dan orde reformasi kekutan modal yang menguasai politik dan kehidupan. Pemilik modal yang mengendalikan semua.
Cita-cita kemerdekaan semakin sirna. Cita-cita sebagai bangsa berkeadilan, berkemakmuran. Keadilan dan kemakmuran pemilik modal. Pemilik modal adalah rakyat, tapi ketika menjadi pengusaha berubah menjadi pemilik modal. Begitu juga gubernur. Awalnya rakyat setelah menjadi gubernur menjadi pejabat.
Kalau tidak dilaksanakan Pancasila, konsep Bung Karno semakin jauh dari cita-cita bangsa. Lihat sekarang kekayaan adalah dikuasai asing.
Pacasila Dalam Kehidupan
Memudarnya nilai-nilai Pancasila, juga dirasakan Mantan Ketua Prfesidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Teuku Djamli. Menurutnya nilai-nilai yang terkandung pada pancasila sudah tepat dan tidak perlu ditambah dan dikurangi. Tinggal lagi bagaimana implementasi Pancasila dalam prilaku masyarakat Indonesia.
Bila dilihat, banyak masyarakat Indonesia yang tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ini semakin terasa pada era reformasi. Apalagi DPR telah mengamandemen UUD 1945 beberapa kali. Padahal UUD 1945 dasar hukum Bangsa Indonesia yang sudah sangat sempurna sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Disinilah, lanjut Djamli, pentingnya prilaku rakyat Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pacasila. Bila nilai-nilai pancasila tidak mencerminkan prilaku rakyat Indonesia, akan menimbulkan berbagai persoalan. Bagaimana caranya, terpulang pada pemimpin Bangsa Indonesia.
“Tidak lama lagi kita memilih presiden. Kita harus mampu memilih siapa calon presiden yang memiliki nilai-nilai Pancasila dan siapa yang tidak. Ini merupakan awal untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya.