Oleh: Ali Sati Nasution. Seluruh Fraksi di DPR-RI telah setuju berdirinya Provinsi Sumatera Tenggara. Disusul kemudian dengan keluarnya Amanat Presiden (Ampres), menjadi daya dukung percepatan berdirinya provinsi baru, lepas dari provinsi induk Sumatera Utara.Tinggal selangkah lagi sidang paripurna yang dihadiri ekskutif dan legislatif untuk menghasilkan suatu Undang-undang (UU) tentang Provinsi Sumatera Tenggara..!
Daerah pendukung berdirinya Provinsi Sumatera Tenggara itu masing-masing Kabupaten Tapanuli Selatan, selaku kabupaten induk. Kemudian daerah kabupaten lainnya yakni Kabupaten Mandailing Natal, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padanglawas Utara, Kabupaten Padanglawas dan bakal menyusul Kabupaten Mandailing Pesisir yang memiliki daerah georafis pantai barat. Dari enam darerah yang tumbuh dan berkembang ini, dulunya termasuk dalam teritorial Kresidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga.Tapi dari sektor pesatnya pertumbuhan dan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah, kawasan yang dipersiapkan menjadi Provinsi Sumatera Tenggara ini, tumbuh dengan sendirinya. Keterkaitan pertumbuhan daerah ini dengan bekas Kresidenan Tapanuli, nyaris tidak ada sama sekali. Parameter yang menjadi tolok ukur pertumbuhan suatu daerah berbasis pertumbuhan ekonomi, daerah ini tidak memiliki ketergantungan pasar kepada Sibolga dengan adanya pelabuhan laut. Demikian pula dengan hubungan udara tidak harus melalui pelabuhan udara Pinangsori, karena pelabuhan udara Aek Godang kawasan Padanglawas Utara telah dapat berfungsi, hanya tinggal memperluas dan memperpanjang landasan pacu.
Luas seluruh daerah ini terdiri dari 20.899 Km persegi, memanjang dari utara ke tenggara atau selatan. Bagian-bagian daerah ini dibelah Bukit Barisan. Dari sebelah utara berbatas dengan Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara, dari Sebelah selatan berbatas dengan Sumatera Barat, dari sebelah timur berbatas dengan Labuhan Batu Selatan dan Provinsi Riau.Sebelah barat berbatas langsung dengan Samudera Hindia.Kelima daerah pemerintahan ini memiliki 64 kecamatan dan 1402 desa/kelurahan. Masing-masing daerah memiliki type dan keunggulan sendiri-sendiri. Misalnya Kota Padangsidimpuan yang kelak diharapkan menjadi ibukota provinsi, dari awal sudah terbentuk sebagai pusat pendidikan, perdagangan dan jasa. Padangsidimpuan yang berasal dari kata “Padang Nadimpu” yakni padang yang luas letaknya berada di Kampung Bukit yang sekarang.Padang Nadimpu/Kampung Bukit itu sejak dulu merupakan pusat perdagangan dari para pedagang yang datang dari Padanglawas, Mandailing, Sipirok, Sibolga dan dari daerah Toba. Sehingga apabila kota ini memiliki predikat kota perdagangan, sejak dulu telah disandangnya.
Demikian pula dengan predikat kota pendidikan. Sekitar tahun 1985, kota ini telah berani mendirikan suatu perguruan tinggi yakni Universitas Benteng Huraba (Ubenhur), disusul Universitas Graha Nusantara (UGN), Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS),dan sejumlah perguruan tinggi swasta lainnya. Demikian pula dengan perguruan tinggi negeri (PTN) yang dimulai dari IAIN Imam Bonjol kelas jauh di Padangsidimpuan. Selanjutnya IAIN Sumut Fakultas Tarbiyah Padangsidimpuan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), berikutnya menjadi IAIN Padangsidimpuan. Pertumbuhan Kota Padangsimpuan selaku kota jasa, terkait kondisi kota ini yang masih menjadi ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelum pindah ke Sipirok. Dua perkantoran administrasi, yakni untuk administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan menjadi nilai tambah tersendiri bagi pertumbuhan Kota Padangsidimpuan.
Dalam 10 tahun terakhir ini pertumbuhan Kota Padangsidipuan di bidang perdagangan dan jasa ditandai dengan berdirinya sejumlah pusat-pusat perbelanjaan modern dan perhotelan.Demikian pula di bidang transportasi darat, tidak hanya dari pusat kota Padangsidimpuan ke sejumlah kota-kota besar di Sumut, Sumbar dan Riau, bahkan dari ibukota kecamatan telah ada yang membuka akses langsung ke sejumlah kota-kota besar,terutama untuk Sumut dan Provinsi Riau.Sejarah transportasi darat dari Kota Padangsidipuan ke sejumlah kota besar di Sumatera dan Jawa, sejak puluhan tahun yang lalu memiliki riwayat tersendiri. Tujuan utamanya untuk kelancaran hubungan terkait dengan kepentingan perdagangan. Bus angkutan penumpang umum yang terkenal dulu seperti Bus Sibualbuali, Sampagul, Sanggarudang, Lubukraya dan sejumlah angkutan lainnya.
Pertumbuhan Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan, sepertinya pertumbuhan satu paket. Walaupun pemerintahan Kota Padangsidimpuan telah berdiri sendiri, namun tidak serta merta ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan langsung pindah ke Sipirok. Tenggang waktu menunggu rampungnya pusat perkantoran Kabupaten Tapanuli Selatan di Kilang Papan Sipirok, Kota Padangsidimpuan masih menjadi tujuan terpenting. Selain urusan birokrasi pemerintahan Kota Padangsidimpuan telah menjadi kota tujuan pendidikan dan perbelanjaan. Walau kelak ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan pindah ke Sipirok, tetapi dengan ditetapkannya Kota Padangsidimpuan menjadi ibukota provinsi, kota mungil dengan julukan Kota Salak ini tetap saja ramai. Demikian pula dengan Kota Sipirok yang telah ditetapkan pemerintah pusat selaku ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, kini sedang berbenah. Perhatian utama adalah untuk membangun perkantoran, seperti kantor bupati, DPRD, dan sejumlah perkantoran lainnya. Diharapkan kelak Tapsel menerapkan perkantoran satu atap untuk memudahkan masyarakat mengurus berbagai urusan. Spesifikasi yang terlihat dan sedang giat dikerjakan selain membangun sejumlah perkantoran juga pembangunan jalan antara Kilang Papan ke kota Sipirok dengan jarak sekitar 10 Km. Jalan yang cukup repsentatif ini dimungkinkan dibangun dengan dua jalur,sehingga hubungan antara Sipirok ke Kilang Papan selaku pusat perkantoran, terlihat menggunakan rancang bangun jangka panjang. Di satu sisi Kilang Papan tumbuh sebagai pusat pemerintahan dan perkantoran dan Kota Sipirok tumbuh dengan sendirinya selaku pusat perdagangan. Seperti diinginkan Raja Inal Siregar sewaktu beliau masih menjabat Gubernur Sumatera Utara, biarlah Kota Sipirok tumbuh sebagaimana adanya dengan palsafah yang masih hidup di tengah-tengah masyarakat yakni “Sipirok Nasoli Banua Nasonang,” (Sipirok yang aman damai dengan perkampungan menghadirkan ketenangan). Kelihatannya, Kota Sipirok telah dipersiapkan menjadi gerbang utama masuknya para wisatawan nusantara dan mancanegara dari sebelah utara. Jarak antara Parapat Danau Toba ke Kota Sipirok tidak begitu jauh.
Good Governance Madina
Tiga visi utama awal berdirinya Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menuju Good Governance (kepemerintahan yang baik) telah dikumandangkan sejak 2001. Ketiga visi utama itu yakni, lima tahun sejak berdirinya kabupaten ini sejajar dengan daerah lain. Sepuluh tahun berikutnya menjadi yang terbaik. Kemudian 15 tahun ke depannya dapat mengungguli kabupaten besar lainnya di Sumatera Utara. Kabupaten Mandaing Natal berdiri sendiri, mekar dari kabupaten induk Tapanuli Selatan seiring dengan geliat reformasi, pemberlakuan tentang Undang-undang Otonomi Daerah. Payung hukum yang menaungi keberadaan kabupaten baru ini sesuai Undang-undang No.12 Tahun 1998. Terwujudnya kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab ditopang pula dengan Undang-undang No.22 Tahun 1999 tetang pemerintahan daerah. Rencana strategis Kabupaten Mandailing Natal telah disepakati sejak 12 tahun silam.Paling mencuat ke permukaan sesuai dengan tuntutan rakyat agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Dengan demikian tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan Public Good and Service sebagaimana diharapkan seluruh elemen masyarakat. Aparat yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bukan sebaliknya.
Merealisasikan aparat pemerintah selaku pelayan masyarakat, tentunya bukan persoalan mudah. Bisa saja maklumat seperti itu masih sebatas retorika belaka. Namun dengan adanya program Good Governance menuntut adanya kordinasi yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja yang tinggi. Bagi yang benar-benar bertekad sebagai penyelenggara pemerintahan, hal itu menjadi tantangan tersendiri.
Melihat kerangka dasar pemerintahan daerah yang memiliki semboyan Madina yang Madani, diyakini daerah paling selatan dan berbatas langsung dengan Sumut itu akan cepat berkembang. Potensi andalan dengan tersedianya sumberdaya alam yang melimpah. Tersedianya hasil bumi, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, kelautan dan aneka hasil pertambangan. Bukan mustahil apabila Mandailing Natal menjadi suatu daerah primadona pertumbuhan dari selatan. Peletak dasar pembangunan Kabupaten Mandailing Natal, sejak awal telah mewanti-wanti agar daerah yang masih berusia muda ini dapat diantar ke gerbang kemakmuran.
Gerbang Timur
Berkaitan dengan pertumbuhan tiga daerah pemerintahan di bagian barat, maka gerbang di bagian timur adalah Kabupaten Padanglawas Utara dan Kabupaten Padanglawas.
Kedua daerah ini telah terpola sebagai zona dari sektor perkebunan, terutama kebun kelapa sawit dan perkebunan karet rakyat. Penghasil devisa bagi negara berbasis permata hijau dari kedua daerah ini, tentunya tidak boleh dilihat sebelah mata.
Kelak daerah ini dapat dijadikan sebagai gerbang utama untuk pemasaran sejumlah hasil bumi. Kini telah terlihat beberapa kawasan di bagian timur telah dijadikan terminal-terminal hasil bumi sebelum diekspor ke luar negeri. Kedua jargon pemasaran hasil bumi tersebut yakni, pelabuhan Tanjung Balai dan Kuala Tanjung di Sumatera Utara.
Demikian pula pelabuhan Dumai di Provinsi Riau, telah dijadikan basis tangki timbun Crude Pam Oil (CPO) oleh perusahaan milik negara dan perusahaan swasta. Menjangkau kedua kawasan itu tentu dibutuhkan rancang bangun transportasi darat yang memadai dengan akses cepat biaya murah.
Paling memungkinkan tentunya perlu pembangunan transportasi darat, misalnya mulai dari daerah Marancar Godang, Tapanuli Selatan tembus ke Sipirok.
Dari Sipirok dapat diakses ke Hutaimbaru, Padanglawas Utara setelah melewati Kecamatan Saipardolok Hole dan kecamatan Sipiongot. Demikian pula setelah sampai di kawasan Kecamatan Halongonan dapat ditembus ke wilayah Binanga Kabupaten Padanglawas, untuk tujuan Sosa dan Pasir Penguraian Provinsi Riau.
Untuk hubungan lintas jalan darat dari Kabupaten Mandailing Natal dapat ditembus dari Kecamatan Siabu, tembus jalur jalan lintas Sibuhuan-Sosa setelah melewati Kecamatan Barumun Selatan. Kerangka dasar pembangunan jalan ini telah ada sewaktu Bupati Tapsel dijabat H.Toharuddin Siregar. ***