detikNews - Medan, Kawasan di Jalan Nibung Raya dulunya merupakan pusat prostitusi di Medan, Sumatera Utara (Sumut), namun bukan lokalisasi seperti halnya Dolly di Surabaya. Kini kawasan itu sudah berubah menjadi pusat penjualan mobil bekas.
Secara administratif, kawasan Nibung Raya sekarang ini masuk wilayah Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Jika melintas di sana, di kiri dan kanan jalan akan terlihat jejeran mobil-mobil bekas yang diperjualbelikan.
Situasi saat ini berbeda jauh dibanding era tahun 1950-an. Ny. S. Sihombing (60) yang saat ini membuka warung dan menjadi tukang parkir di Nibung Raya menyatakan, sejak kecil dia bermain itu sekitar Nibung Raya. Pasalnya, rumahnya berada di Jalan Sei Wampu, dekat dengan lokasi itu.
Dulu, kata Sihombing, banyak sekali Pekerja Seks Komersial (PSK) di kawasan itu. Pertemuan berlangsung di warung-warung sekitar, sementara transaksi seks berlangsung di kuburan Cina. Pertapakan kuburan itu sekarang menjadi bangunan Medan Plaza. Di dekat situ juga ada pekuburan Kristen, namun tidak pernah jadi lokasi transaksi seks karena ada penjaga.
"Dahulu di bekas lahan Medan Plaza itu kan kuburan Cina. Itu kuburan kan besar-besar. Nah, di sanalah perginya kalau sudah sepakat, kalau kuburan di sebelahnya tidak pernah jadi tempat begituan karena dijaga," kata Sihombing, Jumat (20/6/2014).
Situasi saat itu, kata Sihombing, preman berkuasa. Warung-warung banyak terdapat di sekitar tempat itu. Malam hari kegiatan prostitusi berjalan dengan bekingan preman dan juga aparat keamanan.
"Dulu Jalan Nibung Raya ini kecil, hanya bentuk gang, sekarang saja sudah besar," tukas Sihombing .
Seiring waktu, kawasan yang berada di pusat kota itu berubah menjadi lokasi bisnis. Bangunan tempat hiburan di sana berubah menjadi rumah toko (ruko). Pedagang mobil bekas mulai aktif di sana sekitar tahun 1985-an.
Salah seorang warga yang bermukim di sekitar, Johan menyatakan, sekitar tahun 1980-an, sebenarnya hanya ada sekitar enam lokasi di Nibung Raya yang menyediakan kamar-kamar untuk PSK, namun kesannya seluruh kawasan itu menjadi pusat prostitusi. Bahkan karena kondisi itu muncul plesetan atau istilah Unira yang merupakan singkatan Universitas Nibung Raya, sebab banyak pria lajang yang melepas keperjakaannya di sana.
Berkurangnya prostitusi di sana, karena perubahan fungsi lahan. Jalan dibuat lebar sehingga 12 meter, sehingga kalau calon pelanggan PSK yang memarkirkan kendaraan di depan hotel terlalu mudah dilihat. Pelanggan jadi enggan datang, takut ketahuan keluarga. Selain itu, rumah-rumah maupun bangunan yang menjadi lokasi para PSK, banyak yang dijual dan berubah menjadi show room mobil.
"Sejak itu tidak ramai lagi prostitusi di Nibung Raya, tapi pekerjanya penyebar ke kawasan sekitar. Banyak losmen-losmen kecil di Jalan Gatot Subroto dan Sei Wampu, mereka di sana bertransaksi. Sekarang juga masih banyak, tapi bukan lokalisasi," kata Johan.
Perubahan lahan dari lokasi prostitusi menjadi pusat perdagangan itu, murni karena perkembangan kota yang membutuhkan lahan bisnis. Tak ada peristiwa besar atau kebijakan yang menyebabkan perubahan itu. Maka, istilah Unira pun sudah jarang terdengar.
Selain di Nibung Raya, pusat prostitusi juga pernah ada di Sicanang, yang sekarang masuk wilayah Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Rumah-rumah penduduk di sana pernah berubah fungsi menjadi barak PSK. Belakangan warga sekitar marah, dan menutup kawasan itu. Selain demo, pernah juga terjadi pembakaran barak sekitar tahun 1990-an. Sejak itu Sicanang tutup. Kini kawasan itu jadi lokasi perumahan penduduk biasa. (rul)