Tebingtinggi Jadikan Buah Naga Produk Unggulan

Tebingtinggi, (Analisa). Kepala Dinas Pertanian Tebing­tinggi, Marimbun Mar­paung meninjau lang­sung ke lapangan setelah ada laporan Petugas Penyuluh La­pang (PPL) seorang warga berhasil membu­di­dayakan tana­man buah naga.

“Benar saya mendapat lapo­ran dari PPL, ada warga Te­bingtinggi berhasil membudida­yakan tanaman buah naga. Saya langsung mengecek kebenaran­nya, maka kita tiba di tempat ini", sebut Marimbun Marpaung, Kamis (19/6).

Sekarang ini, kata Marimbun, sesuai instruksi Walikota Te­bing­tinggi, mereka sedang meng­galakkan urban farming (per­tanian perkotaan) sebagai upaya an­ti­sipasi laju inflasi di Te­bingtinggi. Ta­na­man buah naga layak di masyarakat­kan.

“Setelah saya berbincang-bincang dengan petani buah naga, ternyata perawatan dan cara menanam buah naga tidak begitu sulit. Cuma, dipe­r­lukan ketelatenan. Selain itu, lahan yang digunakan tidak begitu luas. Bayangkan, dalam 3 rantai sudah bisa tanam 200 batang. Karena, dari letak geografis untuk menunjang urban farming hal ini akan dijadikan produk unggulan,” ungkap Marimbun.

Marimbun beralasan, jika diban­dingkan dengan tanaman sawit. Tana­man, buah naga lebih menguntungkan. Selain berguna untuk kesehatan, dari 200 batang jika mendapat perawatan hasil yang didapat per bulan mencapai Rp 2,5 juta. Dibandingkan, sawit dengan lahan tiga hektar apa ada hasilnya seperti itu tentu tidak.

Imam Wahyudi (21) petani kebun buah naga mengaku, dirinya berbudi daya buah naga sejak 3 tahun terakhir. Luas areal kebun buah naga yang sudah ditanami sekitar 3 rantai, jumlah jumlah pohon buah naga sebanyak 200 batang. Tanaman buah naga delapan bulan setelah ditanam sudah mulai produksi, dengan frekuensi panen satu kali dalam satu bulan.

“Dari 200 batang hasil panen rata-rata mencapai Rp 2,5 juta. Pemasaran dari buah naga tidak begitu sulit. Karena, selama ini pembeli yang datang ke kebun dan memetik sendiri buahnya. Kita ke­walahan untuk me­nye­diakan buah untuk konsumen,” jelas Iman.

Cuma, Imam mengeluhkan jika memulai usaha ini kendala pada saat tanam pertama adalah modal untuk pupuk dan biaya perawatan. “Saya berharap jika Pemko Tebingtinggi ingin menjadikan ini jadi produk unggulan, bisa saja, akan tetapi pada penaman pertama sebelum produksi harus disub­sidi peme­rintah karena modalnya yang lumayan besar,” imbuhnya. (cha)

()

Baca Juga

Rekomendasi