Jangan Keraskan Hatimu

Oleh: Jekson Pardomuan. “Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlahkeraskan hatimu!" Ibrani 4 : 7.

Seorang teman pernah bercerita ketika suatu waktu masuk ke rumah Tuhan dengan penuh sukacita. Ia mencoba untuk mengikuti ibadah dengan sungguh-sungguh, bernyanyi dengan penuh sukacita dan mendengar firman Tuhan dengan tetap menjaga mata agar tidak mengantuk. Pulang dari ibadah, ia berkata bahwa ia tidak mendapatkan apa-apa dari ibadahnya kepada Tuhan.

Lalu, saya bertanya. Apakah kamu benar-benar membuka hati untuk Tuhan ? Ia pun merenung sejenak dan menatap saya. Maksudnya membuka hati bagaimana ?

Saya pun mencoba menjelaskan dan sekaligus menanyakan keadaan hatinya. Apakah sampai hari ini kamu menyimpan rasa dendam, rasa sakit hati atau rasa kesal pada seseorang ? Ia pun mengangguk dan bercerita. Ternyata, ia sedang bermasalah dengan calon isterinya. Ia tidak menerima permohonan maaf calon isterinya karena telah membuatnya terluka.

Seringkali dalam kehidupan kita sehari-hari, karena sesuatu hal kita jadi mengeraskan hati untuk tidak menerima permohonan maaf orang lain. Kita terlalu merasa ‘perfect’ bagi diri kita sendiri sehingga lupa diri dan merasa orang lain tidak ada apa-apanya. Sikap sombong dan terlalu percaya diri juga salah satu bentuk dari ketakberdayaan kita mengeraskan hati. Kita terlalu mendengar apa kata orang lain dan tak pernah bertanya pada Tuhan, apa sesungguhnya yang terbaik untuk dilaksanakan.

Sesungguhnya, kata hati kita yang paling dalam pasti mengingatkan kita untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ketika suatu waktu, kita diperhadapkan pada dua pilihan menerima jabatan penting dengan syarat mau meninggalkan Yesus dan beralih ke kepercayaan lain atau sebaliknya tak pernah berharap jabatan penting dan tetap setia pada kebenaran firman. Biarkan Tuhan yang bekerja dan menetapkan jabatan apa nantinya yang akan diberikan kepada kita.

Ada banyak orang yang memilih cara pertama, demi jabatan penting rela mengorbankan iman dan percayanya. Walaupun sesungguhnya di dalam hati ia merasa sangat bersalah dan berdosa. Seperti kata firman Tuhan dalam Ibrani 3 : 7 – 9 “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.”

Di dalam Alkitab perjanjian lama, ada kisah Raja Firaun yang sangat keras hatinya dan suka berpura-pura. Allah menjatuhkan tulah ke daerah mereka, tetap saja Firaun mengeraskan hatinya. Sampai dengan tulah yang kelima Firaun tetap mengeraskan hatinya, karenanya Tuhan menurunkan tulah yang keenam yaitu berupa barah, bukan saja menyerang kulit hewan tetapi juga manusia.

Itupun Firaun masih mengeraskan hatinya. Dan ia mempunyai alasan untuk itu, sebab ia adalah seorang raja, namun Allah tetap Allah, Ia raja di atas segala raja. Segala raja di muka bumi ini harus tunduk kepada-Nya.

Firaun adalah contoh sosok pribadi yang tidak konsisten dalam hidupnya. Pura-pura mendengar firman Tuhan padahal tidak, pura-pura bermurah hati terhadap bangsa Israel padahal tidak, pura-pura berbuat baik padahal tidak, pura-pura tidak menindas padahal masih menindas. Hati Firaun dipenuhi dengan dusta, hatinya dipenuhi dengan kelicikan, hatinya dipenuhi dengan pemberontakan, hatinya dipenuhi dengan kebencian dan dendam, hatinya dipenuhi dengan kesombongan, ia merasa mampu, merasa bisa, merasa berkuasa, menganggap Allah sama seperti dewa-dewa yang disembahnya, yang bisa dibohongi dan dipermainkan.

Terkadang, hati kita pun berkata seperti Firaun. Merasa paling bisa dan pintar, padahal tak tahu apa-apa. Siapa diantara kita yang pernah bertemu dengan orang yang berpura-pura tahu segalanya, tapi sesungguhnya ia tidak memiliki kemampuan apa-apa selain membohongi diri sendiri. Hindari sikap sombong dan merasa paling hebat, karena ini adalah awal dari kehancuran kita di kemudian hari.

Setelah membaca renungan hari ini, mudah-mudahan ada perasaan bersalah dalam diri kita masing-masing yang telah membohongi Tuhan dan membohongi diri sendiri. Renungan ini juga sedang mengingatkan kita untuk tidak mengeraskan hati, bagi kita yang tidak bisa mengampuni orang lain, sekarang harus bertindak mengampuni. Bagi saudara yang terikat dengan dosa percabulan, dusta, fitnah dan perbuatan tercela lainnya segeralah bertobat dan meminta ampun pada Tuhan.

Kalau hari ini kita bertobat dari sikap yang suka memfitnah dan menjelek-jelekkan orang lain, janganlah mengulanginya kembali. Kalau tindakan ini kita lakukan berulang dan kemudian bertobat, berbuat salah lagi dan bertobat, sekarang saatnya berhentilah dari kebiasaan ini. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7).

Firaun sangat kelihatan sekali mempermainkan Tuhan, sebab ia tidak tahu Allah itu Mahakudus yang harus dihormati dan diagungkan, sebab ia memang dibutakan oleh kuasa kegelapan. Tetapi kita tidaklah demikian, kita sudah dipilih dan dijadikan umat-Nya dan Allah mau kita dekat melekat kepada-Nya. Jangan lagi kita kompromi dengan dosa, dan selalu mengulang-ulang kesalahan yang sama. Sampai kapan iman percaya kita bertumbuh kalau sikap kita tak pernah berubah dihadapan Allah ?

“Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” Yesaya 30 : 18.

Kekerasan hati, tidak akan pernah membawa sesuatu yang baik bagi kita, bahkan terkadang menjauhkan kita dari kuasa kebenaran firman Tuhan. Seperti penjahat yang disalibkan bersama Kristus, karena keangkuhan dan kekerasan hatinya, maka dia menolak kehadiran Krsistus, karena dalam bayangan dia, Kristus tidak mungkin disalibkan.

Berbeda dengan penjahat yang disebelah kanan Yesus. Ia tidak mengeraskan hatinya, ia justru membuka hatinya lebar-lebar agar berkat dan jamahan Tuhan ada bersamanya. Jangan pernah keraskan hati! Mulailah prioritaskan Kristus dan biarkan Dia berkarya dalam hidup kita. Ijinkan Dia melakukan perkara-perkara dahsyat dalam hidup kita dan biarkan Dia yang menuntun kehidupan kita setiap waktu.

Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi