Lhoksukon, (Analisa). Permintaan peci khas Melayu (songkok) di Aceh Utara meningkat duakali lipat selama memasuki bulan Ramadan 1435 H. peningkatan tersebut diprediksi berlangsung hingga jelang Hariraya Idulfitri.
“Selama Ramadan, permintaan peci meningkat dua kali lipat. Dalam sehari, saya mampu memperoleh hasil sekitar Rp 2 juta,” ujar pengusaha peci melayu, Wasly (40) di tempat usahanya di Gampong (desa) Masjid, Kecamatan Teupin Punti, Aceh Utara, Sabtu (5/7). “Namun, saya sedikit kewalahan memenuhi permintaan karena masih mengerjakannya dengan mesin jahit manual,” tambahnya.
Dalam sehari, bersama 50 karyawannya, Wasly mampu menghasilkan 150 buah peci melayu. Memasuki Ramadan, dia harus memproduksi songkok dua kali lebih banyak seiring naiknya permintaan. Bahkan, itu belum mampu mencukupi permintaan.
Diakuinya, selain masih mengerjakan dengan menggunakan mesin jahit manual, kendalanya menghasilkan peci khas melayu itu saat sekarang ini terbatasnya tenaga terampil. Saat ini dia mengaku mempunyai 50 tenaga kerja yang mampu membuat songkok.
Menurut Wasly, usaha pembuatan songkok tersebut sudah menjadi produk unggulan di Aceh Utara dan diikutsertakan dalam berbagai ajang pameran, baik local maupun nasional.
Produknya tersebut, tambahnya, dipasarkan ke seluruh Aceh maupun luar Aceh, seperti Sumatera Utara, bahkan ke luar Indonesia melalui pihak kedua. Tidak sedikit pula warga yang datang langsung ke tempat usahanya untuk membeli langsung.
Sementara harga songkok produksi Wasly bervariasi mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu/buah yang tergantung model, ukuran dan mereknya.
Dia berharap pemerintah sudah seharusnya melihat sisi lain usahanya yang harus dibantu agar lebih lancarnya. Apalagi, usahanya ini adalah untuk mengurangi tingkat pengangguran di Aceh Utara.
“Harapan saya kiranya beban saya dapat dikurangi oleh pemerintah dengan memberikan mesin jahit yang lebih canggih” harapnya. (bsr)