Simalungun, (Analisa). Gabungan Kelompok Tani Huta II, Desa Sahkuda Bayu Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, saat ini lagi bergairah membudidayakan tanaman pepaya sebagai bisnis yang menggiurkan. Apalagi ditengah langkanya komoditi ini di pasaran, sehingga membuat harga pepaya jenis Californis Juve melambung tinggi.
Pada diskusi dan dengar pendapat kelompok tani desa itu di balairung milik petani pepaya Aswito (50), Rabu (13/8) Desa Sahkuda yang dihadiri sekitar 100 peserta dari, petani, penyedia bibit, pupuk dan dinas pertanian, serta undangan lainnya, terungkap bisnis budidaya pepaya sangat menguntungkan.
Di lahan 2 hektar Aswito yang tadinya selama 10 tahun menekuni budidaya ikan mas harus angkat tangan karena beberapa bulan ini terus merugi. Pada akhirnya sejak Januari lalu, bapak berusia 53 tahun beralih menjadi petani pepaya.
“Tadinya iseng hanya tanam beberapa pohon dari biji pepaya yang kami makan, tetapi lahan di sini ternyata cocok, sehingga kami mengembangkannya menjadi 3000-an batang,” papar Aswito yang menderita kerugian dari budaya ikan mas mencapai Rp200 juta.
Pepaya mini California yang ditanamnya sudah membuahkan hasil saat ini. Pada panen perdana setelah masa tanam 6 bulan Aswito sudah mengumpulkan 1 ton pepaya dengan harga jual grosir Rp7000 per kilogram.
“Hal yang mengembirakan, pepaya belum dipanen, pembeli dari Pematang Siantar sudah datang memberikan panjar. Jadi buah pepaya desa ini tidak sampai dinikmati warga Medan,” paparnya.
Patani pepaya lainnya, Bambang Harimurti, yang juga Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Sahkuda juga menanam pepaya jenis California.
Harga Bagus
Saya coba beralih ke petani pepaya karena harga pepaya lagi bagus-bagusnya akibat di beberapa daerah pinggiran kota Medan, petani pepaya gagal menarik keuntungan akibat virus ring sport yang menyerang puluhan hektar tanamam pepaya di beberapa daerah.
Menurut Direktur Marketing Murgito dari Zara Seeds, perusahaan penyedia benih pepaya, beberapa areal perkebunan pepaya daerah ini memang hancur akibat serangan virus ring sport, yang ciri-cirinya buah pepaya mengalami bercak bulat seperti penyakit panu pada manusia.
“Dulu Desa Namorambe sangat terkenal sebagai sentra penghasil pepaya,” namun kini sudah tinggal kenangan akibat serangan viris. Untuk memulihkan virus, harus menungguh 3 tahun, baru penanaman dapat dilakukan kembali.
Dia mengatakan, mumpung virus belum menyerang Desa Sahkuda, saatnya petani Desa ini menanam pepaya, karena bisnis ini sangat menggiurkan.
Menurutnya, 1 hekter lahan bisa ditanami 1600 batang pepaya. Masa tanam sampai panen memerlukan waktu 6-8 bulan. Sedangkan 1 pohon pepaya bisa menghasilkan 60 kg pepaya.
Murgito menambahkan, sampai Agustus ini pihaknya sudah mendistribusikan 10 kilogram benih atau setara untuk tanaman pepaya di lahan 400 hektar.
Mengenai virus pepaya, petani pepaya Aswito dan Bambang Harimurti mengakui, meski saat ini mereka tengah memanen manisnya bisnis pepaya, namun serangan virus sudah mereka rasakan di sejumlah tanaman pepaya mereka. Tanda-tandanya daun mulai keriring dan menguning, buah terdapat bercak bulat putih seperti panu, dan batang pohon bagian atas sudah berhenti memproduksi buah.
Dalam tempo beberapa minggu pepaya akan layu dan mati.
Untuk mencegah hal tersebut, pakar enzim, Dr Ing Andi Wahab Sitepu mengatakan, petani harus segera mengantisipasi agar kerugian tidak makin dalam.
“Virus ring sport tidak dapat dimatikan atau dihilangkan, namun petani bisa melakukan pencegahan dini dengan menggunakan enzim yang diproduksi dengan menerapkan Nanoteknologi, yang dikombinasikan dengan pupuk cair Fitofit,” paparnya.
Menurut Wahab, cairan enzim Fitofit sudah banyak membantu petani dari serangan virus, khususnya cabai, bawang merah, terong dan aplikasinya dengan pepaya juga terbukti cukup baik.
Seperti yang ujicoba yang dilakukan petani pepaya Bambang Harimurti, dia menanam beberapa batang pepaya yang sebagian mendapat usapan enzim Fitofit dan sebagian lagi tidak. Ternyata yang tidak disemprot Fitofit mengalami penyakit ring sport tadi.
Untuk itu Wahab mengatakan agar petani pepaya tidak perlu khawatir, namun lebih kepada bagaimana mengantisipasi tanaman agar hasilnya tidak jeblok.
“Cairan enzim tersebut tidak membunuh virus atau menghilangkannya, tapi menjadikan tanaman menjadi kebal (immun) pada virus tersebut. (ton)