Perkembangan Kecanggihan Teknologi Seni Animasi

Oleh: M. H. Heikal. Dalam perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih, otomatis perkembangan Seni Animasi pun ikut meningkat dan berkembang pesat. Kita saksikan saja film-film sekarang banyak menggunakan efek-efek animasi (animation effect). Film animasi, awal penemuannya dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-”putar” sehingga muncul efek gambar bergerak. Dalam satu detik durasi, film animasi memakai 18 hingga 24 buah gambar berurutan. Semakin banyak gambar per detik, animasi semakin halus gerakannya. Model pembuatan animasi ini disebut Animasi Clay, contohnya terdapat pada film animasi Shaun The Sheep.

Seiring canggihnya teknologi komputer, bermunculan animasi yang dibuat dengan teknologi sistem komputer. Memudahkan para animator (sebutan untuk pembuat film animasi) untuk membuat film animasi menjadi sangat simpel, mudah, cepat dan tentunya irit. 

Tokoh yang dianggap berjasa dalam perkembangan film animasi adalah Walt Disney. Dia juga merupakan pendiri studio film animasi Walt Disney. Karya-karya film animasi yang dihasilkannya seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Pinocchio dan lain-lain. 

Animasi bermacam jenisnya. Sekarang biasa digunakan yaitu animasi model 2 dimensi (2D-animation) dan 3 dimensi (3D-animation). Pada animasi 2D, figur animasi dibuat dan diedit di komputer dengan menggunakan 2D bitmap graphics atau 2D vector graphics. Sedangkan 3D lebih kompleks lagi karena menambahkan berbagai efek di dalamnya seperti efek percahayaan, air dan api, dan sebagainya, sehingga seolah-olah menjadi riil dan nyata. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3D daripada film animasi 2D.

Jangan pernah sekalipun menyepelekan film-film animasi. Karena film animasi ini mempunyai nilai jual yang sangat, sangat menguntungkan. Lihat saja film animasi 3D bernama “Frozen” yang muncul di tahun 2013 lalu. Di ajang bergengsi bagi insan perfilman, film animasi tersebut mendapatkan penghargaan bergengsi. Tahukan Academy Award 2014 yang berlangsung di Hollywood? Mungkin lebih mengenal Piala Oscar. Tepatnya di Dolby Theater, Hollywood, film animasi Frozen garapan studio Walt Disney ini dinobatkan sebagai Best Animated Feature Film.

Film animasi arahan Chris Buck dan Jennifer Lee ini juga mendapatkan pendapatan sebesar US$ 1 Milyar (kira-kira Rp 13 Triliun). Bayangkan saja seberapa besar uang tersebut? Padahal modal yang dikelurkan untuk biaya produksi film ini tidak sampai seperempat dari penghasilan diatas.

Bagaimana di Indonesia?

Di Indonesia (tepatnya di Pulau Jawa), sejak zaman dulu juga sudah mengenal adanya seni animasi, yaitu Wayang kulit. Wayang kulit dapat dikategorikan sebagai pelopor film animasi dunia, dengan teknik penangkapan siluet bayangan (menghidupkan bayangan) sebagai hasil jadinya. Wayang kulit juga telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik Banyak orang yang tidak mengetahui hal ini, dikarenakan kurangnya pengembangan seni animasi di Indonesia, sehingga wayang kulit dilupakan sebagai perintis film animasi dunia.

Pada tahun 1955, Presiden Soekarno (seorang yang sangat menghargai seni) mengirim seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (Pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney. Setelah belajar selama 3 bulan, dia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama Indonesia bernama Si Doel Memilih. Film animasi 2D, bercerita tentang kampanye pemilihan umum pertama di Indonesia. Film animasi inilah yang menjadi tonggak dimulainya animasi modern di negeri ini.

Saat ini, Indonesia juga sedang mempersiapkan dua film animasi layar lebar Battle of Surabaya yang bercerita mengenai peristiwa 10 November 1945 dan Fire and Ice yang berbasis filosofi dan cerita Jawa, sedang dalam proses penyelesaian dan penawaran ke distributor Internasional. Trailer film Battle of Surabaya telah mendapat 2 penghargaan, yaitu People Choice Award dalam International Movie Trailer Festival (California, USA) dan Nominator Foreign Animated Film dan Golden Trailer Festival.

Indonesia baru dapat membuat film animasi 3D (3D-full animation) pada tahun 2004, yang berjudul Homeland. Film berdurasi sekitar 30 menit ini diolah bersama tim Visi Anak Bangsa dan Kasatmata. Film ini berkisah soal petulangan seorang bocah bernama Bumi yang berusaha menemukan tempat tinggalnya di dunia yang imajiner. Dalam menempuh perjalanan itu, Bumi ditemani beragam binatang yang memiliki indra dan berjiwa dan mempunyai kepribadian serta bisa berbicara sebagaimana layaknya manusia.

Sebenarnya di Indonesia ada juga beberapa studio yang membuat film animasi lisensi luar dikerjakan oleh tenaga ahli lokal. Dengan kata lain, Indonesia sudah lama terkenal hanya sebagai tempat produksi industri film animasi Jepang dan Amerika Serikat.

Hal paling membanggakan Indonesia, pada tahun 2008, berhasil lagi membuat film animasi 3D. Ditayangkan di layar lebar dan juga sudah berhasil Go Internasional. Film animasi yang berjudul Meraih Mimpi  diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi yang berpusat di Batam. Film ini merupakan adaptasi dari buku karya Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn.

Buku ini bercerita tentang kakak beradik, berusaha melindungi tempat tinggal mereka dari kontraktor penipu. IFW membuat adapatasi buku Minfung Ho, atas permintaan pemerintah Singapura untuk dibuatkan filmnya. Begitu mendapat tawaran, IFW langsung memulai pengerjaan film Sing to The Dawn. Untuk diketahui lebih dari 150 animator yang turut andil di dalam pembuatannya.

Lain halnya dengan film animasi 2D Upin dan Ipin buatan Negara tetangga kita, Malaysia. Film ini merupakan film animasi yang sangat terkenal di Indonesia. Masyarakat di Indonesia (terutama kalangan anak-anak) sangat suka menonton film ini. Jika ditanya semua anak-anak Indonesia pasti mengenal film yang bercerita tentang petualangan dua kakak-beradik yang botak ini. Film ini tayang di TV dari pagi, siang, sore bahkan malam. Aneh memang?

Film animasi negara luar bisa tayang berulang-ulang dalam setiap harinya. Karena apa? Mungkin karena Upin dan Ipin merupakan film yang sangat sarat makna. Film yang banyak mengandung unsur-unsur nasihat, namun tidak melupakan unsur humor (funny unsure), sehingga semua orang akan tertawa gembira setelah menonton film ini.

Ada beberapa hal yang menyebabkan film animasi Indonesia kurang diminati oleh masyarakat (terutama anak-anak) Indonesia. Salah satunya, penggambaran karakter yang kurang dan cerita yang kurang menarik. Itulah sebabnya anak-anak lebih memilih film animasi buatan luar ketimbang film animasi lokal. Menurut mereka animasi lokal kurang bagus dan kurang berkualitas dibandingkan dengan film animasi buatan luar.

Kita berharap, perkembangan film animasi di Indonesia dapat lebih maju dan canggih. Anak-anak Indonesia suka menonton film animasi lokal buatan bangsanya sendiri, daripada menonton film animasi buatan luar. Ke depan, kita berharap bisa membuat film animasi yang mengejutkan mata dunia, mendapat rating tertinggi di Box Office, mendapat penghasilan terbesar dan dapat meraih Piala Oscar. Semoga!

()

Baca Juga

Rekomendasi