Kathmandu, (Analisa). Sebanyak delapan orang tewas setelah tanah longsor besar menimbun desa terpencil di Nepal pada Sabtu (2/8) pagi, kata warga setempat.
Tanah longsor tersebut, yang dipicu oleh hujan secara terus menerus mengguyur dalam dua hari belakangan, menimbun Mankha VDC di Kabupaten Sindupalchowk di wilayah perbukitan Nepal Timur dan juga membuat aliran Sungai Sunkoshi terhalang.
Warga yang tinggal sekitar 20 kilometer dari lokasi tanah longsor termasuk di Barabishe, Lamosanghu, Khadichaur, Sukute dan wilayah lain serta ketakutan telah berlarian ke tempat yang lebih aman.
"Jumlah korban jiwa mungkin bertambah, sebab banyak lagi warga telah hilang di bawah timbunan lumpur," kata Ram Nagakoti, seorang warga desa melalui telepon kepada Xinhua pada Sabtu sore.
Ia mengatakan tanah longsor itu, yang terjadi sekitar pukul 03.00 waktu setempat, telah menghambat aliran Sungai Sunkoshi dan menciptakan kolam besar di daerah tersebut, sehingga menimbulkan ancaman baru bagi warga desa dan warga setempat.
Puluhan orang yang cedera telah dibawa melalui udara ke Kathmandu untuk diberi perawatan.
Kantor pemerintah lokal di wilayah itu mengatakan sebanyak dua lusin rumah telah diterjang tanah longsor sementara Jalan Raya Araniko, salah satu jalur paling pendek dan sibuk yang menghubungkan Nepal dan Tibet di Tiongkok juga telah tertimbun.
"Pemerintah telah merencanakan tindakan berbeda untuk membuka tanah yang menghalangi aliran sungai dan mengalirkan air dari sungai yang terhambat," kata Kepala Pejabat Kabupaten Gopal Prasad Parajuli. "Kami juga sedang membahas kemungkinan menjatuhkan bom dari helikopter NA dan memulai aliran air." Pertemuan darurat Komite Pertolongan Bencana Pusat di Kementerian Urusan Dalam Negeri (MoHA) menyarankan negara bagian tersebut mengumumkan zona krisis buat daerah yang ditimbun tanah longsor dan sekitarnya.
"Daerah hilir sungai di dalam wilayah Nepal yang mungkin terpengaruh oleh terhalangnya aliran Sungai Sunkoshi telah disarankan untuk diumumkan sebagai zona krisis," kata Laxmi Prasad Dhakal, Juru Bicara MoHA kepada Xinhua. (Ant/Xinhua-OANA/AP/es)