Bunga, Sumber Inspirasi Tak Bertepi

Oleh: Rhinto Sustono

SIAPA tak suka bunga? Terlepas jauh dari fungsi dan sifat dalam siklus alamiahnya, kehadiran bunga ternyata begitu inspiratif dalam kehidupan manusia. Bunga dengan beragam jenis, bentuk, tekstur, dan warna selalu menawarkan pesona bagi siapa pun yang memandangnya. Pesona keindahan bunga, karakter, dan aromanya mampu mewakili kehadiran perasaan. Baik perasaan suka, saat berduka, pun untuk menyatakan rasa cinta.

Anugerah Tuhan yang bernama bunga, sejak peradaban lama sudah bersentuhan langsung dengan kebudayaan manusia. Ketertarikan manusia terhadap  bunga, mengilhami dan menginspirasi alam pikir. Karena memiliki spesifik sifat indah, bunga mempengaruhi daya cipta dalam karya seni.

Sang maestro Affandy tidak mampu berpaling. Ia pun mewarnai beberapa kanvasnya dengan lukisan bunga. Lebih purba lagi, para arsitek Eropa bahkan arsitek Romawi mengguratkan lekukan bunga pada puncak pilar bangunan. Pun pada bagian elemen kaca dalam memperindah tampilan arsitekturnya.

Varian rupa bunga sering hadir sebagai simbol dalam tatanan budaya di tanah air. Tidak hanya pada reportoar upacara sakral, namun juga untuk memaknai sebuah upacara. Dalam budaya Jawa, tingkatan upacara memanusiakan manusia, ditandai dengan penggunaan ramuan bunga (bukan hanya sejenis bunga).

Bukan hal baru, hingga kini di pasar masih tersedia ‘bunga macan kera’, ‘bunga telon’, ‘bunga setaman’, dan lainnya yang digunakan untuk upacara berbeda. Begitu juga pada adat Melayu. Tidak lengkap rasanya suatu perhelatan pengantin tanpa ditaburi bunga rampai.  

Pada tatanan budaya modern, karakter bunga banyak menginspirasi bait-bait syair lagu. Bunga Tanjung yang punya aroma khas, semakin melambungkan Eddy Silitonga pada zamannya dulu. Pencipta lagu A Riyanto juga tidak mau ketinggalan, “Kemuning” menjadi andalan melambungnya nama Widyawati dan sempat dirilis ulang untuk dinyanyikan Hetty Koes Endang.

Grup legendaries, Bimbo, bahkan menuliskan beberapa syair untuk judul lagunya yag mengangkat tema bunga. Sebut saja “Melati dari Jaya Giri”, “Bunga Flamboyan”, dan “Melati Putih”. Sesungguhnya masih banyak seniman musik yang mengusung keindahan bunga sebagai perwujudan lambang. Tidak terkecuali Slank dengan “Mawar Merah’-nya dan Iwan Fals dengan lagunya “Bunga Trotoar”, hingga raja dangdut Rhoma Irama dengan simpul “Bunga Desa” yang melegenda hingga kini.

Bunga Khatulistiwa

Alam Indonesia yang memiliki geografi strategis menyimpan ribuan jenis bunga, memungkinan negara khatulistiwa ini tak pernah absen pada ‘Tournament of Roses’ (ToR) yang digelar rutin di Pasadena, AS. Pada gelaran setiap tahunnya, kontingen Indonesia kerap meraih penghargaan.

Mengadopsi ToR itu, di tanah air juga digelar ‘Tomohon International Flower Festival’, di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Perhelatan terakhir, berlangsung pekan pertama Agustus lalu. Tidak tanggung-tanggung, beberapa negara juga ikut berpartisipasi, dari Belanda, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Ghana, Prancis, dan Selandia Baru.

Kedua festival itu, menghadirkan bunga sebagai unsur utama kendaraan hiasnya. Ribuan varian bunga khas negara asal, menjadi kebanggaan untuk memikat mata dunia. Pada aspek ini, kemampuan para desainer dituntut keahliannya dalam memadukan desain kendaraan dan keunggulan budaya yang diinspirasikan dari bentuk dan warna bunga.

Bagi kita, kendaraan hias yang didominasi aneka bunga memang sudah lazim. Apalagi beberapa daerah di Sumatera Utara sejak lama dikenal sebagai kawasan pertanian tanaman hias. Kota Berastagi dan Tanjung Morawa hingga kini menjadi pemasok utama aneka jenis tanaman hias. Karena itu, setiap acara resmi apa pun, kehadiran bunga selalu menjadi pendukung utama.

Perhatikan desain taman kecil persis di depan pentas utama sebuah seminar. Bunga juga dihadirkan pada vas-vas kecil di setiap meja diskusi, resepsi keluarga, hingga jamuan makan. Keterikatan manusia akan bunga, menjadikan bunga menempati posisi  terhormat untuk menyambut tamu agung dalam bentuk kalung bunga.  

Adakah lagi acara besar yang tidak menghadirkan deretan papan bunga? Hingga prosesi kematian dan menghormati jasa-jasa orang yang telah tiada pun, kita selalu mengikhlaskannya dengan taburan bunga.

Dekoratif

Rupa bunga yang menawan, mengilhami kita untuk menghadirkannya pada semua aspek untuk tujuan keindahan. Rumah kurang indah tanpa bunga di halamanya. Dekorasi panggung tidak bernyawa tanpa adanya nuansa bunga – meskipun hanya hadir pada kilatan tata cahaya yang mengilustrasikan bunga. Adakah ruang tamu di rumah kita yang tanpa dihiasi bunga?

Begitu terpesonanya kita dengan pucuk tanaman berkelopak ini, nyaris segala desain benda tidak lekang  dari dekorasi bunga. Dalam dunia mode, corak bunga sudah menua melekat pada kain. Tidak puas hanya coraknya, parade dan festival putri bunga pun digelar agar desainer lebih termotivasi menyematkan bunga yang sesungguhnya pada dekorasi busana.

Tidak sebatas di busana, bunga juga berpadu pada tata rias rambut. Sebagai pengganti perhiasan yang lazimnya dari batu, melati dijalin menjadi anting dan kalung. Bukan hanya indah, namun juga menebarkan wewangi aroma.

Bunga yang menginspirasi desain dekorasi, memungkinkan daya cipta meramunya dari bahan imitasi. Plastik, kulit kaleng, kayu, kertas, kulit buah, kain flanel, dan lainnya adalah bahan jamak yang sering digunakan untuk membuat bunga imitasi.

Di tangan orang kreatif, bahkan bahan makanan, buah-buahan, bahan bumbu bisa disulap menjadi dekorasi bunga. Untuk mengundang selera makan, tidak jarang sajian makanan juga didesain dan disuguhkan dengan bentuk menyerupai bunga.

Yah, bunga memang menjadi sumber inspirasi. Desain grafis akan mati jika tanpa nuansa dekorasi bunga warna-warni. Kehadiran bunga tidak hanya memesona saat kini, tetapi juga nanti. Sejatinya, bunga menjadi akar inspirasi yang tak bertepi.

()

Baca Juga

Rekomendasi