Palembang, (Analisa). Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Firdaus Daelani mengatakan meski terjadi gejolak ekonomi, namun kondisi industri asuransi di Indonesia dinilai sangat sehat.
Hal itu terlihat dari hasil survei di mana tingkat solvabilitas atau RBC industri asuransi saat di atas 500 %. Itu artinya industri asuransi di tanah air cukup sehat.
“Sementara penetrasi proteksi asuransi di Indonesia masih sangat rendah hanya sekitar 2 % dari populasi”, kata Firdaus Djaelani pada sosialisasi asuransi yang digelar Zurich kepada masyarakat menengah atas di Palembang, Jumat (23/10).Hadir di situ Presdir Zurich Peter Huber, Direktur Oemin Handajanto, Direktur Distribusi Kumaran Chinan dan Chief Marketing Officer Heru Gunadi.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim kepada pers mengakui rendahnya penetrasi asuransi menjadi peluang bagi perusahaan ini meningkatkan sosialisai kepada masyarakat.
AAJI akan terus berkomitmen mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki agar terus tumbuh dan memberikan perlindungan maksimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Menurut Hendrisman potensi besar tidak terhambat pelemahan perekonomian nasional. Malah melemahnya ekonomi, industri asuransi masih tetap bisa berkembang.
Dia membuktikan pada kwartal II/2015, pendapatan premi industri asuransi jiwa meningkat sebesar 26,6 % atau Rp67,82 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp53,58 triliun.
Oemin Handajanto mengapresiasi langkah OJK dan AAJI yang giat memperkenalkan dan mengedukasi segenap lapisan masyarakat tentang pentingnya asuransi.
“Ini untuk membangkitkan kesadaran bahwa asuransi diperlukan masyarakat yang kini menjadi pilihan investasi di samping perbankan dan saham”, katanya seraya menyebutkan Mahacita protection melengkapi proteksi Zurich yaitu Prestigio.
Dalam siaran pers kepada Analisa, Peter Huber juga meyakini setiap orang memiliki proteksi dan investasi setiap tahapan hidupnya. Karena itulah dia ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama memulai langkah untuk mewujudkan harapan besar mereka.
Dia menyebutkan saat ini sekitar 20 juta orang masyarakat kelas menengah atas yang berpendapatan tinggi di Indonesia. Belum lagi penetrasi asuransi di Tanah Air yang masih di bawah lima persen dari populasi.
Oemin Handajanto menambahkan dalam tiga dekade ini, asuransi jiwa di tanah air terus meningkat, meskipun mengalami banyak goncangan krisis ekonomi. “Buktinya, tahun lalu dan tahun ini, premi asuransi jiwa naik walau terjadi perlambatan ekonomi. Penetrasi asuransi masih rendah, sehingga ruang pertumbuhan meningkat,” ujarnya.
Heru Gunadi menyebutkan potensi pasar di Sumsel sangat besar. Karena daerah ini memiliki jumlah masyarakat menengah atas yang banyak. Saat daerah lain mengalami perlambatan ekonomi tapi di Sumsel malah bertumbuh. (rel/ton)