Menjaga Lingkungan Pantai

Hutan Bakau

Oleh: Ir. Fadmin Prihatin Malau. Banyak yang belum mengtahui kalau hutan nipah dan hutan bakau dapat menjaga lingkungan laut dan pantai. Ada yang mengira hutan bakau dan nipah hanya menyemak saja dan menghalangi pemandangan, pada hal tidak demikian. Karena itu, tindakan mengeksploitasi hutan bakau dan nipah dinilai secara ekosistem tidak masalah, sehingga diburu secara ekonomi.

Nipah atau Nypa fruticans Wurmb pohon anggota famili Arecaceae (palem) tumbuh di rawa berair payau atau daerah pasang surut di dekat pantai. Secara Botani nipah dari kelas Liliopsida, Ordo Arecales dan famili Arecaceae serta Genus Nypa.

Pohon nipah tumbuh di lingkungan hutan bakau dengan nama di Indonesia daon, daonan, nipah, bhunjok, lipa, buyuk (Sunda, Jawa), buyuk (Bali), bhunyok (Madura), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Maluku).

Nipah atau dalam bahasa Inggris disebut Nipa Palm atau Mangrove Palm dengan ciri-ciri batang menjalar di tanah membentuk rimpang terendam lumpur, hanya daun yang muncul di atas tanah, sehingga terlihat seperti tidak berbatang. Daun muda berwarna kuning dan daun tua berwarna hijau. Bunga majemuk muncul dari ketiak daun, dan tandan bunga bisa disadap untuk diambil niranya. 

Buah bipah bulat telur dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat kemerahan, panjangnya sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm. Buah berkelompok membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan terdiri antara 30-50 butir buah.

Nilai Ekonomi dan Ekologi

Kini keberadaan pohon nipah mulai terancam punah akibat daerah rawa dijadikan lokasi tambak udang. Umbut dan buah nipah yang masih muda banyak pula diambil untuk dimakan. Bagi sebagian masyarakat pesisir laut, buah nipah sering dijadikan santapan ketika berbuka puasa. Sedangkan daun nipah yang telah tua bisa dimanfaatkan untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. 

Daun nipah muda yang mirip janur atau daun kelapa dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Selain itu untuk untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. 

Dahulu, di Sumatra dan Kalimantan daun nipah muda yang disebut pucuk dijadikan rokok. Di daun nipah tersebut diletakkan tembakau, lantas digulung menjadi rokok. Pada zaman dahulu daun nipah dijadikan alas tulis, sama halnya dengan daun lontar.

Dari dahulu sampai kini tangkai daun dan pelepah nipah digunakan sebagai bahan kayu bakar dan sangat baik api yang dihasilkan. Ternyata pelepah daun nipah mengandung selulosa maka bisa menjadi bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). 

Lidi nipah digunakan untuk sapu, bahan anyaman, tali dan banyak dimanfaatkan masyarakat Kalimantan. Tidak itu saja tapi arang dari akar nipah dijadikan obat sakit gigi dan sakit kepala serta hasil bakaran yakni abu dari pelepah nipah dijadikan sebagai pengganti garam.

Kini di Filipina, Papua, nira dari nipah diperam untuk dijadikan tuba atau semacam tuak di Indonesia. Kemudian tuba itu difermentasi menjadi cuka. Lebih maju lagi di Malaysia, nira nipah kini dijadikan bahan baku etanol untuk dijadikan bahan bakar nabati pengganti bahan bakar minyak bumi.

Pohon nipah atau hutan Nipah memiliki nilai ekonomi sangat baik akan tetapi pemanfaatannya kurang terkontrol dengan baik sehingga terancam punah begitu saja. Sama halnya dengan hutan bakau (mangrove) yang lingkungan pepohonannya berada di rawa air payau berlumpur pada daerah pantai.

Tanaman nipah dan bakau yang lingkungannya sama tidak saja memiliki nilai ekonomi yang baik bila dimanfaatkan dengan tepat, tetapi juga memiliki nilai ekologi yang tinggi sebab akan terjaga ekosistem alam. Hutan nipah dan hutan bakau berada di daerah yang airnya yang bersifat payau. 

Daerah payau adalah daerah bercampurnya air laut dan air tawar maka keberadaan hutan nipah dan hutan Bakau sangat penting karena akan menjaga kelestarian lingkungan laut dan pantai. Sangat banyak manfaatnya bagi lingkungan. 

Tanaman nipah dan bakau memiliki akar yang sangat kuat sehingga menjadi pelindung alami bagi tanah di sekitar pantai guna mencegah erosi dan abrasi pantai. 

Kedua tanaman tersebut jug mencegah intrusi air laut dengan mengendapkan lumpur di akar-akar pohon kedua jenis pohon tersebut. Intrusi adalah peristiwa perembesan air laut ke tanah daratan.

Andaikata terjadi intrusi air laut ke tanah daratan maka dapat membuat air tanah menjadi payau sehingga tidak baik untuk diminum atau digunakan sebagai air bersih. Hutan nipah dan bakau bisa menjadi penyaring alami bagi air laut karena lingkungan lahan hutan bakau yang dipenuhi akar pohon nipah dan pohon bakau berlumpur dapat mempercepat penguraian limbah organik. Lahan hutan nipah dan bakau juga membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut misalnya minyak dan detergen. 

Keberadaan hutan nipah dan hutan Bakau bisa menjadi penghalang alami terhadap angin laut. Hal itu karena pohon nipah dan pohon bakau memiliki akar yang sangat kuat sehingga pohonnya kokoh meskipun angin laut berhembus kuat.

Angin laut atau badai akan dihalangi hutan nipah dan hutan bakau sehingga penduduk tepi pantai aman dari badai laut, termasuk gelombang laut yang besar seperti tsunami. Tidak saja melindungi penduduk tepi pantai akan tetapi juga sebagai tempat perlindungan (konservasi) tumbuhan dan hewan.

Sangat banyak hewan hidup di daerah payau seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, ikan, udang, kepiting, siput dan lainnya. Bila ekosistem daerah payau ini hilang maka punahlah hewan-hewan itu.

Hutan nipah dan bakau dapat pula mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Hal itu karena pepohonan di hutan bakau dan hutan nipah mampu mengubah kadar karbon dioksida (CO2) menjadi karbon organik di atmosfir dari akar, batang dan daun. 

Hutan nipah dan bakau merupakan tempat bertelur hewan laut, karena akarnya yang sangat padat akan melindungi telur dan anak ikan yang baru menetas. Fakta yang tak terbantahkan, hutan nipah dan bakau akan meningkatkan jumlah ikan dan hewan laut.

(Penulis adalah dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan dan sedang melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat di daerah hutan nipah)

()

Baca Juga

Rekomendasi