Q-Grader,

‘Pintu Gerbang’ Kualitas Kopi

Oleh: Dewanty Ajeng Wiradita. BICARA pengolahan kopi, tak lepas dari proses quality control untuk bahan mentahnya. Perusahaan distributor kopi besar lazimnya memiliki tenaga profesional yang menjaga kualitas komoditas dagangan mereka.

Muncullah istilah quality grader, biasa disingkat q-grader. Istilah tersebut diberikan pada individu yang telah tersertifikasi dan diakui kualifikasinya dalam menguji cita rasa kopi.

Sertifikasi diadakan oleh lembaga internasional dengan biaya belasan juta. Tak heran, profesi ini masih digeluti kalangan terbatas.

Pada suatu kesempatan, di sebuah acara temu kopi yang cukup besar di Medan pada bulan November, Analisa sempat bertemu dengan salah seorang q-grader. Dialah Novrin Handayani Situmorang. Q-grader satu ini sehari-hari bekerja untuk perusahaan eksportir kopi di Binjai, Sumatera Utara.

Sore itu Novrin bercerita awal mula ia terjun ke dalam profesi ini. “Kebetulan yang tidak disangka,” ujarnya.

Novrin mendapat kesempatan mengikuti pelatihan sertifikasi q-grader menggantikan rekannya yang sedang hamil. Saat itu, ia masih bergabung di perusahaan sebelumnya.

Novrin yang awalnya enggan karena tidak memiliki persiapan khusus, akhirnya dengan tekad bulat memutuskan mengambil kesempatan tersebut.

Pelatihan sertifikasi yang dihelat satu minggu di Jakarta tersebut melatih para calon q-grader dari berbagai negara dengan 30 tahapan selama 12 jam tiap harinya diminta mencicipi kopi.

Novrin memandang bukan hal mudah menjalani proses ini. Reaksi fisik maupun psikologis para peserta bisa beragam dalam menjalani tahapannya. “Ada yang stres, menangis, muak, hingga keluhan asam lambung,” ujar Novrin miris mengingat satu sisi masa pelatihan untuk memeroleh sertifikat yang hanya berlaku tiga tahun tersebut.

Bersyukur, Novrin jadi satu-satunya peserta asal Indonesia yang dinyatakan lulus bersaing dengan 18 peserta lain. “Masih tidak percaya bisa lulus,” ungkapnya dengan senyum simpul.

Kinerja q-grader melibatkan proses cupping. Fragrance (aroma), acidity (keasaman), dan body (kekentalan) adalah karakter utama yang dinilai. Kopi yang baik, karakternya tetap kuat meski dicampur apa saja. Dalam cupping, yang pertama kita kenali adalah menghirup wangi kopi dari kopi bubuk yang belum diseduh. Langkah berikutnya, kopi tersebut diseduh, ampasnya disibak ke pinggir dan dihirup aromanya.

Proses berikutnya, identifikasi acidity (keasaman). Pada tahapan ini kopi disendok, dan diseruput hingga mengeluarkan bunyi. Saat kopi menyentuh langit-langit mulut dan tepian bawah lidah, keasaman akan terasa seperti ketika menyantap buah atau meresapi anggur. Setelahnya, masuk pada aspek flavor (cita rasa), merasakan apakah ada paduan aroma dan rasa ketika kopi menguapi langit-langit mulut saat diseruput. Langkah terakhir, identifikasi body, kekentalan dari lemak, minyak, dan endapan yang terasa ketika kopi diseruput. Demikian yang dilakukan Novrin tiap harinya.

Gadis kelahiran Medan 26 tahun lalu ini mengaku meskipun di satu sisi pekerjaan ini berat, namun menjadi q-grader merupakan passion-nya. “Kita harus mendahului ini dengan passion, kalau tidak, akan sangat berat,” jelasnya.

Untuk kelas perusahaan yang masih “merangkak” di pasaran, Novrin dan timnya mengemban amanah besar dalam hal kuantitas ekspor mereka. “Satu hari kita bisa cupping sampai 4 sesi, dengan tiap sesi 20 sampel, dan 1 sampel 5 cup,” kata Novrin.

Terkait kualitas kerja, ia mengatakan masing-masing pemegang lisensi memiliki data q-grader dan ranking perusahaan eksportir kopi seluruh dunia. Sehingga, kualitas kinerja mereka menjadi tolok ukur ranking perusahaan. “Pekerjaan kita tidak main-main, ada tanggung jawab moralnya, nama sebagai q-grader dipertaruhkan,” imbuhnya serius.

Daya tahan fisik dalam bekerja juga dituntut. Novrin mengaku mengonsumsi suplemen daya tahan tubuh dan obat darah rendah, mengantisipasi reaksi tidak mengenakkan yang muncul akibat beban kerja.

“Kalau kebanyakan cupping, efeknya kita bisa bawaannya emosian. Maka dari itu, kita harus pintar-pintar membagi waktu antara cupping dan istirahat. Tapi sejauh ini masih bisa saya atasi kok,” katanya.

Novrin menambahkan kondisi fisik jangan sampai drop, karena jika begitu, perusahan akan rugi. “Tapi saya tidak merasa beban, karena feedback yang diberi perusahaan bagus, diimbangi dengan fasilitas yang mereka kasih,” pungkasnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi