Oleh: Romagoknim S.Saragih.
Ketika manusia berinteraksi dengan yang lain kapan dan dimanapun mereka harus menggunakan bahasa. Tanpa bahasa manusia akan menemukan permasalahan ketika mereka melakukan kegiatan.
Bahasa bukan hanya suatu objek abstrak yang dipelajari, tapi sesuatu yang digunakan orang setiap hari. Dalam mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi, perlu disadari adanya makna-makna bahasa yang perlu dikuasai. Menurut Halliday (1973), ada dua macam makna yang terkandung dalam semua bahasa. Makna ideasional dan makna interpersonal. Makna ideasional adalah merupakan wujud dari pengalaman seseorang, baik pengalaman nyata maupun imajiner. Yang oleh Halliday disebut “in the sense of content”. Makna interpersonal adalah makna sebagai bentuk dari tingkah laku (sebagai pembicara atau penulis) yang kita tujukan kepada orang lain.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
Kemampuan komunikasi menggunakan bahasa Inggris yang memadai merupakan syarat atau keharusan dalam era modern mengingat fungsinya sebagai bahasa pergaulan internasional (bahasa resmi dunia Internasional) tidak perlu disoal lagi.
Menjadi persoalan sekarang seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan era globalisasi, bahasa Inggris telah menjelma menjadi sebuah kebutuhan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Efek bahasa Inggris merambah ke berbagai sendi kehidupan memunculkan fenomena tidak menggunakan bahasa Inggris dikatakan kurang popular sebuah nama mungkin ini pendapat sebagian orang saja. Tapi fakta nyata di lapangan tidak dapat dipungkiri misalnya dalam membuat nama untuk fasilitas umum. Seperti hotel, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, periklanan, dan sebagainya didominasi menggunakan bahasa Inggris.
Jika tuntutan zaman sudah sedemikian rupa mau tak mau, suka tidak suka, komunikasi berbahasa Inggris menjadi sebuah kebutuhan untuk mempelajarinya bila tak ingin kena imbas perubahan zaman.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari mendapat berbagai kendala mengingat kedudukannya hanya menjadi bahasa pada kalangan tertentu tidak digunakan oleh masyarakat umum menyebabkan kurangnya interaksi anak terhadap bahasa Inggris, ditambah lagi berbagai alasan dikeluhkan sebagian orang dalam belajar bahasa Inggris, seperti sulit dipelajari atau terlalu rumit, merasa bahasa Inggris tidak terlalu penting, bagi orang yang sudah tua sudah terlambat untuk belajar bahasa Inggris.
Padahal semua alasan itu sangat keliru, komunikasi berbahasa Inggris penting terutama bagi kalangan yang sedang mencari pekerjaan tak terkecuali untuk orang yang sudah bekerja di instansi pemerintah maupun swasta.
Pada akhir-akhir ini kita sering dihadapkan suatu masalah menghadapi dunia kerja. Selembar ijazah S-1 belum bisa jadi jaminan untuk diterima langsung bekerja. Ada lowongan kerja sesuai dengan keilmuan yang dimiliki dengan imbalan gaji yang memadai namun terbentur dalam satu syarat, harus bisa berbahasa Inggris serta melampirkan sertifikat TOEFL. Saya jadi teringat pernyataan seorang rekan seprofesi guru notabene bukan guru mata pelajaran bahasa Inggris katanya, ‘NO ENGLISH NO JOB’ (untuk bidang pekerjaan tertentu).
Kemampuan Berbahasa Inggris
Dalam era globalisasi penuh dengan tantangan dan persaingan super ketat setiap orang disarankan tidak hanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi namun juga harus dibarengi keterampilan khusus lajim disebut ‘skill’. Salah satu ‘skill’ paling dibutuhkan saat ini adalah kemampuan komunikasi berbahasa Inggris.
Pada umumnya kebutuhan komunikasi berbahasa Inggris baru disadari khusus untuk kalangan pelajar sewaktu ada kesempatan mendapat program pertukaran pelajar antar Negara, dalam penerimaan beasiswa ke luar negeri, melanjutkan pendidikan ke sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada proses belajar mengajar (Sekolah Internasional) dan lain-lainnya.
Mengacu kebutuhan komunikasi berbahasa Inggris akhir-akhir ini banyak iklan di media massa seperti surat kabar membuat tawaran cara memperoleh bahasa Inggris dengan metode pembelajaran secara kilat. Misalnya dengan beberapa kali pertemuan atau hanya beberapa bulan saja katanya sudah mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris tentu ini dilakukan sebagai upaya menarik minat orang yang membutuhkan komunikasi bahasa Inggris secara dadakan.
Muncul pertanyaan, semudah itukah? Memperoleh bahasa Inggris tanpa dibarengi dasar pengetahuan bahasa Inggris sejak dini (semenjak duduk di bangku sekolah dasar maupun menengah).
Perlunya belajar bahasa Inggris sejak awal bermanfaat mengurangi beban dibangku perkuliahan melihat kenyataan ada sebagian mahasiswa mengikuti program les bahasa Inggris di samping kuliah, tentu ini membutuhkan ongkos tambahan dan waktu yang sangat melelahkan, efeknya fokus ke mata kuliah jadi terbelah. Imbasnya biaya juga karena masa perkuliahan bertambah lama ini adalah salah satu contoh keluhan orangtua yang absen mengingatkan anak arti pentingnya bahasa Inggris sejak dini.
Berangkat dari persoalan kebutuhan komunikasi berbahasa Inggris di era modern ini, sekolah penulis SMP N 1 Sidikalang telah membuat satu program mingguan beberapa tahun belakangan ini yang diberi nama program ‘English Day’. ‘English Day.’
Program ‘English Day’ versi sekolah penulis dalam lakonnya dikemas sedemikian rupa menyerupai pagelaran bak pentas seni. Contohnya bercerita dalam bahasa Inggris (Story Telling), bernyanyi (Singing), menari (dancing), drama singkat (short drama), berpidato (speech), dan lain-lain.
Program ini disamping tujuan utamanya belajar bahasa Inggris kegiatan ini juga memberikan hiburan segar di sekolah dan nilai tambahnya secara tidak langsung dapat menggali bakat-bakat terpendam dalam diri siswa di bidang seni serta membiasakan para siswa mengasah kemampuan berbahasa Inggris sejak awal khusus pada keterampilan memengar (listening) dan berbicara (speaking).
Pelaksanaan program ‘English Day’ dengan gaya masing-masing di sekolah secara berkesinambungan patut diberikan dukungan mengingat program ini salah satu langkah awal untuk memajukan pendidikan khususnya dalam bidang mata pelajaran bahasa Inggris. ***
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Sidikalang Kabupaten Dairi.