Akhlak Anak Kurang, Jangan Salahkan Guru

Banda Aceh, (Analisa). Terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan anak akibat rendahnya akhlak anak dalam beberapa bulan terakhir menjadi tanggung jawab semua pihak. Bukan hanya guru, tetapi keluarga maupun masyarakat juga memiliki tanggung jawab.

“Saat ini banyak sekali pelecehan terhadap anak usia dini dan remaja. Kemudian kekerasan yang dilakukan anak, pemerkosaan terhadap anak. Atas kondisi ini, guru tidak bisa disalahkan sepenuhnya,” kata Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Aceh, Ramli Rasyid,  di Banda Aceh, Sabtu (28/11).

Menurutnya, tugas mendidik dan membina anak usia dini dan remaja adalah tanggung jawab  semua elemen. Guru hanya beberapa jam mendidik anak dalam sehari, tetapi yang lebih banyak waktu mendidik anak itu adalah orang tua dan masyarakat.

“Jangan sedikit-sedikit kalau sudah terjadi kekerasan terhadap anak karena salah guru. Padahal, tugas guru adalah melakukan pembinaan. Guru adalah orang tua kedua, ini yang kadang-kadang dilupakan,” katanya.

Ramli mengatakan, sekarang ini perlu diperhatikan bagaimana tiga pusat pendidikan dilaksanakan. Guru yang selalu terpojokkan ketika terjadi kekerasan anak, kadang-kadang juga mendapat dukungan dari masyarakat. Padahal, masyarakat dan orang tua sangat bertanggung jawab membina moral anak.

“Seolah-olah tugas orang tua di rumah mengantar anak ke sekolah saja, lalu selain itu dan semuanya menjadi tugas guru. Masyarakat kita juga apriori dengan hal itu. Padahal kalau anak bertindak melenceng di luar sekolah, masyarakat wajib menegurnya,” katanya.

Seorang guru sekolah dasar (SD) di Banda Aceh, Suryati, mengaku sering mendengar ungkapan-ungkapan masyarakat bahwa apabila terjadi kekerasan terhadap anak atau anak melakukan tindak kekerasan, gurulah yang selalu disalahkan. 

“Padahal, guru hanya beberapa jam di sekolah mendidik anak. Jadi yang paling bertanggung jawab untuk memperbaiki karakter anak itu sebenarnya orang tua,” ujarnya.

Melalui peringatan Hari Guru Nasional dan hari ulang tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tahun ini, PGRI Aceh membuat rangkaian kegiatan bertema “Soliditas dan Solidaritas dalam Rangka Melahirkan Guru Professional, Sejahtera dan Bermartabat dalam Mewujudkan Pendidikan yang Cerdas dan Berkarakter”.

Ramli Rasyid mengatakan, puncak peringatan HUT PGRI di Aceh dilaksanakan pada 6 Desember 2015. “Kalau peringatan HUT PGRI di kabupaten/kota ada yang sudah melaksanakan rangkaian acaranya,” katanya.

Melalui rangkaian acara ini akan dikupas mengenai tri pusat pendidikan dan bagaimana tanggung jawab untuk mendidik anak sebenarnya. “Pada acara puncak ada seminar nasional tentang pendidikan. Kalau rangkaian acara lainnya, seperti kegiatan olahraga dan lainnya, sudah dilakukan sejak dua bulan lalu,” katanya.

Seminar pendidikan akan menghadirkan tokoh-tokoh nasional yang mengkaji peran pemerintah melakukan perlindungan terhadap anak dan melindungi martabat guru. (bei)

()

Baca Juga

Rekomendasi