Percaya Kepada Allah dalam Kesusahan

Oleh: Jekson Pardomuan.

“Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.” Mazmur 56 : 12 -13.

Kalimat yang mengatakan, kami lagi susah. Hidup kami lagi susah, keuangan kami lagi susah atau kalimat-kalimat lainnya yang intinya tentang kesusahan sering terucap dari mulut kita. Terkadang bertolak belakang, ketika melihat orang kaya datang ke satu acara dengan naik mobil pribadi mengatakan kondisinya sedang susah dan serba kesulitan. Logika juga rasanya ketika seorang kaya mengatakan lagi susah, mungkin dalam hal keuangan dia lagi susah atau sedang dalam persoalan rumah tangga.

Hidup kita akan terasa susah, sulit atau serba kekurangan mungkin ada yang salah dalam diri kita sendiri. Kita terlalu percaya diri dan tak pernah mengandalkan Tuhan dalam menghadapi segala perkara. Firman Allah dalam Alkitab banyak berbicara tentang masalah kekhawatiran dan kesusahan, sesungguhnya Filipi 4: 4-7 saja telah cukup memperlihatkan kepada kita apa yang Allah pikirkan tentang kekhawatiran.

Dalam Filipi 4: 4 – 7 dituliskan “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Ayat ke-4 dalam Filipi ini menasihatkan kita agar senantiasa bersukacita di dalam Tuhan. Seperti dikatakan ayat tersebut bahwa “Tuhan sudah dekat”, artinya ia sangat dekat dengan kita. Itulah sebabnya kita seharusnya jangan “khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

Kata “tetapi” dalam ayat tersebut menciptakan sebuah kontras antara apa yang tidak boleh kita lakukan, yaitu jangan khawatir, dan apa yang harus kita lakukan, yaitu “menyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Kontras lainnya adalah antara perkataan “apa pun” dan “segala hal”. Kita dinasihatkan untuk tidak khawatir tentang apa pun juga tetapi kita harus menyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada Allah.

Apabila dalam kehidupan sehari-hari kita menuruti arahan Firman Tuhan ini, sebagaimana yang ayat 7 katakan, janji yang akan kita terima adalah “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Jawaban atas doa dan permohonan yang kita panjatkan kepada Tuhan, adakalanya tidak langsung dijawab oleh Tuhan. Tapi butuh proses dan pembentukan iman percaya kita bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Baru berdoa satu atau dua kali kita lantas menuntut lebih dari Tuhan, sementara kita sendiri tidak pernah sadar dan merenungi diri apakah sudah benar di hadapan Tuhan.

Ketika Yesus menyembuhkan Perempuan yang sakit pendarahan seperti tertuang dalam Matius 9 : 18 – 26. “Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki iman dan percaya yang teguh kepada Tuhan? Solusi yang Allah tawarkan untuk mengatasi masalah kesusahan dan kekhawatiran sangatlah sederhana: solusinya terdiri dari sebuah “larangan”: yakni “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga” dan sebuah “anjuran”: yakni “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”, dan hasilnya adalah damai, bahkan “damai sejahtera Allah [damai sejati satu-satunya], yang melampaui segala akal.”

Carilah Dahulu Kerajaan Allah

Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 5:14-15 menuliskan “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”

Ayat ini tidak mengatakan, “Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya”, tetapi, “Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” Jadi, agar doa kita didengar, kita harus berdoa menurut kehendak-Nya, yang dalam Roma 12:2 dikatakan sebagai “apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Jadi, kita perlu mengetahui apa kehendak Allah agar kita tahu apa yang dapat kita harapkan dari-Nya.

Untuk dapat mengetahui kehendak seseorang, orang itu harus terlebih dahulu memberitahukan kehendaknya kepada kita. Demikian pula untuk mengetahui kehendak Allah, Allah harus terlebih dahulu memberitahukan apa kehendak-Nya kepada kita, baik melalui Alkitab, Firman-Nya yang tertulis, ataupun melalui Roh Kudus yang telah Dia karuniakan kepada kita ketika kita dilahirkan kembali.

Mengenai yang pertama, sebagai contoh, ketika Firman Allah berkata agar kita tidak khawatir tentang apa yang kita makan, minum dan pakai tetapi kita harus mencari terlebih dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, Firman Allah tersebut memberitahukan kepada kita apa kehendak Allah tentang kekhawatiran dan prioritas, yaitu: carilah dahulu kerajaan Allah, jangan khawatir tentang apa pun juga, nyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada Allah, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Kita harus percaya kepada Allah dalam segala hal dan segala kondisi. Kesusahan apa pun yang kita alami, percayakan saja kepada Allah maka Ia akan bertindak dan memberikan jalan keluar. Alkitab tidak memberitahukan bahwa pekerjaan A atau B, adalah untuk saya atau besok saya harus pergi ke tempat ini atau itu untuk melakukan perbuatan ini atau itu. Jadi, bagaimana saya dapat mengetahui apa kehendak Allah untuk hal-hal lain atau hal-hal semacam itu? Jawabannya adalah melalui Roh Kudus yang Allah karuniakan kepada kita untuk berkomunikasi dengan kita. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi