Hujan Salju di Indonesia, Mungkinkah ?

Oleh: Miranti Indri Hastuti, A.P

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Indonesia hanya mengalami 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Indonesia tidak pernah bersalju seperti di Amerika dan belahan bumi Eropa. Tetapi tidak pernah terpikirkan oleh kita kalau salju bisa saja turun di Indonesia. Sebelum kita telaah lebih jauh mengapa hal tersebut bisa terjadi, akan lebih baik kita ketahui lebih dulu proses terjadinya hujan salju. Berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke Bumi.

Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk mempercepat fase pencairan es ke air.

Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es.

Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini disebut nukleator, selain berfungsi sebagai mempercepat fase pembekuan, juga perekat antaruap air. Sehingga partikel air (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel air lainnya membentuk kristal lebih besar.

Jika temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es jatuh ke tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut meleleh dan sampai ke tanah dalam bentuk hujan air. Pada banyak kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperatur sangat rendah, kristal-kristal es itu bisa membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah tropik yang memiliki temperatur udara relatif tinggi dibanding wilayah yang sedang mengalami musim dingin.

Kondisi Iklim Indonesia

Indonesia terletak di garis khatulistiwa atau ekuator. Secara astronomis, wilayah Indonesia berada antara 6 derajat lintang utara – 11 derajat lintang selatan dan 95 derajat bujur timur – 141 bujur timur. Karena pengaruh letak lintangnya itu, Indonesia beriklim tropis.

Karena letak lintang itulah, posisi wilayah Indonesia berada di antara 2 samudera (Pasifik dan Hindia) dan 2 benua (Asia dan Australia). Perbedaan iklim di kedua samudera dan benua itu mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim di Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa.

Perpaduan antara letak astronomis dengan letak geografis Indonesia menimbulkan kondisi Indonesia memiliki dua musim (hujan dan kemarau), curah hujan yang relatif tinggi, penguapan tinggi sehingga kelembaban juga tinggi, dan matahari bersinar terus menerus sepanjang tahun.

Letak wilayah Indonesia di sekitar ekuator juga mengakibatkan rata-rata suhu tahunan senantiasa tinggi (suhu bulan terdingin masih di atas 18 °C), karena penyinaran Matahari senantiasa tegak. Kondisi suhu udara di atas kepulauan Indonesia senantiasa berkisar sepanjang tahun rata-rata di atas 18°C. Suhu udara harian biasanya mencapai puncaknya sekitar pukul 14.00–15.00, sedangkan suhu terendah biasanya sekitar pukul 05.00–06.00. Selain itu, rata-rata suhu harian dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin tinggi pula suhu udara di tempat tersebut. Misalnya, di berbagai dataran tinggi atau di daerah – daerah yang dikelilingi pegunungan, suhu malam hari pada musim kemarau terkadang dapat menjadi sangat rendah. Secara umum dapat digambarkan bahwa pada daerah yang berada sampai 700 meter di atas permukaan laut merupakan daerah panas dengan suhu 22°C ke atas. Daerah dengan ketinggian antara 700 – 1500 meter merupakan daerah sedang dan suhunya berkisar antara 15°C sampai 22°C. Daerah dengan ketinggian antara 1500- 2500 meter termasuk daerah sejuk dengan suhu antara 11°C sampai 15°C dan daerah dengan ketinggian antara 2500 – 4000 meter. Yaitu daerah dingin, suhunya berkisar 11 °C kebawah.

Hujan salju baru bisa terjadi apabila temperatur udara sangat rendah hingga mendekati titik beku. Dengan temperatur udara berkisar antara 18-30an derajat celcius, praktis salju sangat sukar terjadi di daerah tropis seperti Indonesia.

Mungkinkah Terjadi Hujan Salju di Indonesia

Kemungkinan, di Indonesia dapat terjadi fenomena salju. Namun, harus dilihat gerakan udara dan tekanan uap air serta suhu udara dingin yang ada. Berdasarkan kenyataan kondisi iklim Indonesia, mustahil memang jika Indonesia mengalami hujan salju. Tetapi jika dilihat dari fenomena hujan salju di Vietnam dan Timur Tengah beberapa tahun yang lalu, seperti yang telah di jelaskan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Satya, Vietnam dan Timur Tengah mengalami udara dingin pada musim-musim tertentu.

Terjadi di saat bagian utara terdapat musim dingin dan di bagian selatan terdapat musim panas. Di antara musim tersebut terdapat udara dingin dan sangat dingin. Kemungkinan saja keduanya bertemu dan terjadi udara yang sangat dingin sehingga terjadi pembekuan dibawa oleh uap air.

Fenomena yang terjadi di Vietnam sebagai negara bintang tinggi, udara dingin yang jatuh dari utara menuju selatan yang mempunyai gerakan udara yang berlebih. Dalam hal ini, ada pembelokan angin dan dingin yang datang dari utara bertemu dengan angin dan uap air maka terjadi gumpalan es. Di atas udara tersebut ada uap air yang mengenai udara dingin dan jatuh. Arah jatuh uap air tergantung dari gerakan anginnya. Jadi, fenomena salju bisa saja terjadi di Indonesia jika gerakan udara di Indonesia memungkinkan hal tersebut.

Pada kasus-kasus tertentu, salju masih bisa terjadi di beberapa tempat di Indonesia, misalnya pada lokasi dengan ketinggian yang cukup ekstrim, misalnya Puncak Jaya, gunung tertinggi di Indonesia. Salju di Puncak Jaya terjadi akibat Lapse Rate atau penurunan temperatur terhadap ketinggian pada lapisan troposfer. Penurunan temperatur ini umumnya bervariasi, dan sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari, kelembaban udara, topografi, dan lain-lain tapi bila dirata-ratakan, kurang lebih sebesar 6.5 derajat Celcius untuk setiap kenaikan ketinggian 1 km.

Dengan ketinggian sekitar 4.8 km, maka temperatur udara di Puncak Jaya akan berkurang sekitar 31 derajat Celcius dari temperatur udara pada ketinggian 0 km dari permukaan laut.

Hal ini memungkinkan terjadinya salju dan glacier di Puncak Jaya, walaupun konon tutupan salju ini makin berkurang dari tahun ke tahun akibat pemanasan global.***

()

Baca Juga

Rekomendasi