Usaha Menguntungkan dengan Bumbu Masak Powder

DEWASA ini banyak ibu rumah tangga yang sebenarnya juga merangkap membina karir di luar rumah, atau banyak pula yang juga membagi konsentrasi dengan bisnis rumahan yang dibangunnya.

Ini membuat kebanyakan ibu rumah tangga tertarik pada segala sesuatu yang serba praktis dan simpel. Termasuk untuk urusan dapur, dan inilah yang menjadi ide usaha yang menguntungkan bagi seorang wanita bernama Fatmawati asal Jakarta.

Merasakan sendiri bagaimana ribetnya aktivitas sehari-hari yang harus ia jalankan selama menjalankan rangkap dua profesi sebagai ibu rumah tangga dan karyawan sebuah perusahaan makanan kemasan siap saji di Jakarta, karena itu beliau mencoba mencari-cari ide sebuah usaha sampingan yang menguntungkan yang pada akhirnya membuatnya tertarik untuk menekuni bidang supplier makanan siap saji ini secara pribadi.

Dan pilihannya adalah bumbu masak powder yang menurut pandangannya belum banyak pesaingnya di pasaran. Sebagai sarjana dari Universitas Gajah Mada jurusan teknologi pangan membuat ia cukup memahami bidang yang akan ia jalani termasuk dalam urusan biaya operasional teknik pemrosesan makanan yang lebih baik.

Menurutnya, membuat usaha bumbu masak basah memang sekilas lebih mudah meyakinkan pasar dan dianggap sebagai usaha kecil yang menguntungkan, namun dari sisi biaya produksi menurutnya lebih mahal dengan proses operasi lebih lama.

Namun dengan menyajikan bumbu powder alias bumbu kering, meski harus menyediakan modal awal lebih besar untuk menyediakan mesin pengeringan dengan sistem spray dryer. Rupanya biaya produksi bisa ditekan lebih rendah dengan waktu pengerjaan yang lebih singkat dan efisien.

Lebih Tahan Lama

Menurut Fatmawati, produk bumbu kering powder ini lebih tahan lama bila dibandingkan dengan produk bumbu basah dengan kadar minyak rendah sehingga lebih sehat dan rendah kolesterol.

Pasalnya, untuk mengawetkan bumbu basah biasanya produsen akan menumis bumbu sampai tanak dengan minyak goreng, proses penumisan ini memakan waktu lama dalam suhu rendah sehingga akhirnya minyak menyatu dalam bumbu dan meningkatkan kadar kolesterol pada bumbu.

Itu sebabnya dengan modal sebesar Rp65 juta, yang beliau dapat dari pesangonnya ketika mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya, beliau menyiapkan usaha bumbu masak powder yang kemudian ia beri brand Bumbu kering Al Fath yang berasal dari namanya sendiri dalam bahasa Arab yang artinya pembawa berkah.

Ia juga melakukan pemburuan bahan baku aneka bumbu dasar seperti bawang merah, bawah putih, kunyit, jahe, kemiri, laos, rempah-rempah dan aneka bumbu lain di pasar induk terdekat. Awalnya Fatma hanya membeli secara rutin karena belum memiliki langganan.

Namun dengan berjalannya usaha dan semakin berkembangnya penjualan, wanita ini akhirnya menjalin kerjasama dengan pedagang ini untuk mensuplai secara rutin bahan bumbu dapur mereka ke dapur produksi di kawasan Cipulir, Jakarta.

Sebab, memang tidak mudah baginya memasarkan produk bumbu keringnya ini ke pasar pada awalnya. Kebanyakan konsumen ragu dengan bumbu masak kering dan lebih tertarik pada bumbu masak basah.

Namun ia tak habis akal, beliau mulai mempromosikan produknya pada bazar menjelang lebaran pada satu kesempatan dengan menyajikan hidangan hasil olahan dengan bumbu keringnya secara gratis ke pengunjung.

Rasa yang tetap enak dan menggoda lidah ternyata sukses membuat banyak konsumen menjajal bumbu kering buatannya yang dibandrol dengan harga kisaran Rp3.000 untuk kemasan kecil, Rp5.500 untuk kemasan medium, dan Rp8.500 untuk kemasan industri.

Tidak hanya itu, untuk mendapatkan keyakinan pasar, dalam enam bulan usahanya berjalan, Fatma mencoba mengurus ijin BPPOM dan sertifikasi halal. Bahkan beliau juga memperbarui kemasannya menjadi lebih modern dan menarik.

Meski lagi-lagi harus menguras modal besar sampai setidaknya Rp8 jutaan, kini ia semakin sukses karena bisa menembus pasar supermarket di sekitarnya. Tidak hanya itu, ia juga sukses menjadi supplier bumbu untuk beberapa resto dan rumah makan di beberapa kawasan sekitar Jabodetabek.

Bangun Pabrik

Sampai ia harus membangun pabrik produksi lebih besar di dekat rumahnya yang kini harus memproduksi setidaknya 12 jenis bumbu, mulai dari bumbu rendang, opor, soto, rawon, gulai, tiga pilihan rasa ayam goreng, tiga pilihan rasa ayam bakar dan bahan bumbu ikan.

Setidaknya dalam satu hari Fatma harus memproduksi setidaknya 1500 kemasan bumbu masak yang dijalankan oleh sekiar 10 tenaga kerja. Jangan kaget kalau dari sini ia bisa membukukan omzet sekitar Rp250 juta tiap bulan.

Kebetulan Fatmawaty bersedia berbagi sedikit info mengenai biaya dan modal yang dijalankannya di awal usahanya 2 tahun lalu.

Modal awal, mesin giling Rp12.000.000, wajan masak Rp2.400.000, mesin spray dryer Rp46.000.000, kompor Rp1.300.000, wadah-wadah Rp3.300.000. Total: Rp65.000.000.

Biaya produksi; bahan baku, Rp2.500.000, bahan bakar dan listrik Rp840.000. Biaya penjualan dan promosi Rp 2.200.000. Total: Rp5.540.000.

Penghasilan; 2000 bungkus per-bulan Rp10.000.000, keuntungan Rp4.460.000

Ini adalah penghasilannya di usia empat bulan usahanya ketika usaha Fatma mulai stabil dengan penjualan yang kontinu. Bisa dibayangkan penghasilannya kini dengan Rp250 juta sebagai omzet bulanan?. Hal inilah usaha bumbu masak powder sebagai salah satu pilihan usaha yang menguntungkan. (Int)

()

Baca Juga

Rekomendasi