Berserahlah pada Tuhan dengan Segenap Hatimu

Oleh: Jekson Pardomuan

 

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah 

segala rencanamu. – Amsal 16 : 3

Bangun pagi, apa yang pertama kali Anda lakukan ? Apakah Anda berdiam diri sejenak dan mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan kesempatn yang diberikan kepada kita untuk menghirup udara segar dan umur yang panjang. Atau sebaliknya hanya menjalani hari-hari dengan sikap apa adanya dan menganggap semuanya berjalan lancar begitu saja.

Ketika hari ini Tuhan berkehendak kita jatuh sakit, lantas apa yang harus dilakukan ? Kita harus melihat kebelakang apa yang telah kita lakukan hingga membuat kita jatuh sakit. Mungkin kita terlalu sibuk sehingga lupa makan, atau salah dalam memilih makanan yang akhirnya membuat kita sakit.

Berserah penuh kepada Tuhan akan membawa kita ke dalam satu keadaan yang sangat menyenangkan. “Tuhan, segala rencana kami hari ini kami serahkan ke dalam tangan pengasihan-Mu saja.” Doa atau ucapan singkat seperti ini pasti pernah terucap dari mulut kita. Terucap dari mulut orang-orang yang berserah kepada Tuhan.

Berserah kepada Tuhan, berarti percaya kepada campur tangan Tuhan dalam setiap langkah kita. Ada tiga hal yang harus kita pahami ketika menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.

Percayalah pada Tuhan dengan sepenuh hati. Kata percaya kepada Tuhan berarti menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan pengasihan Tuhan. Seorang direktur atau pimpinan sebuah perusahaan akan mempercayakan beberapa urusan kepada ajudannya atau kepercayaannya. Akan tetapi, seorang direktur tidak akan pernah mempercayakan perusahaannya kepada orang lain begitu saja. 

Sama halnya dengan kita, kebanyakan dari kita percaya kepada Tuhan tapi tidak mau sepenuh hati mempercayakan segala sesuatunya kepada Tuhan. Kita seringkali meragukan pekerjaan tangan Tuhan dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Kita seringkali tawar menawar dengan Tuhan. Percaya pada Tuhan hanya pada saat berbeban berat saja, sementara pada saat sukacita kita seringkali melupakan Tuhan. Percaya dengan sepenuh hati berarti kita mempercayakan segalanya kepada Tuhan.

Jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Menganggap diri paling hebat, paling pintar, paling jujur dan kelebihan-kelebihan lainnya bisa menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Ini akibat dari terlalu percaya diri dan bersandar pada pengertian sendiri. 

Tuhan sudah mengingatkan kita dengan berbagai cara agar tidak mudah larut dengan nafsu atau keinginan daging saja ketika memilih pasangan hidup. Ada banyak hal perlu di pertimbangkan. Salah memilih di awal, berarti akan menyesal sepanjang hayat. Ini bisa terjadi karena kita sendiri yang terlalu percaya dengan pilihan kita tanpa pernah mau menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. 

Keputusan untuk menerobos lampu merah atau melanggar lalu lintas adalah salah satu bukti kita terlalu mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita menganggap bahwa diri kita bisa sekejap menerobos lampu merah dan sampai ke ujung jalan yang kita tuju. Beberapa kali mungkin selamat, akan tetapi jangan mengulanginya berkali-kali. Maut sangat dekat dengan kehidupan kita.

Mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Rasa egois dan merasa diri hebat seringkali mengalahkan akal sehat kita untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. Padahal, jauh di dalam lubuk hati kita mengakui bahwa segala perkara dapat kita tanggung hanya di dalam Dia. Selalulah mengandalkan Tuhan dalam segala perkara yang akan kita hadapi setiap hari. Kita harus tetap bersemangat dan yakin bahwa campur tangan Tuhan ada dan nyata dalam hidup kita.

Zepanya 2 : 1 – 2 mengingatkan “Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN.”

Ada banyak contoh orang-orang bersemangat, yang pada awalnya kurang percaya diri, tidak yakin dengan kemampuannya dan cenderung mengeluh sebagai orang yang tidak punya harapan. Doa Daud dalam Mazmur 38 : 6,8 adalah —"Aku terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk, sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita, aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degup-degup jantungku."

Abraham dalam Kejadian 15:2-4 mengisahkan keluh kesahnya dan harapannya kepada Allah. “Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."

Kekhawatiran Abraham disampaikan kepada Allah dan Allah memberikan jawaban serta jalan keluar. Sama halnya dengan kita, ketika kesulitan melanda kehidupan kita, berseralah kepada Tuhan dan minta suntikan semangat dan penyertaan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan agar apa yang kita impikan bisa terwujud sesuai dengan kehendak Tuhan.

Tokoh lain di dalam Alkitab yang merasa kurang bersemangat dan hampir putus asa, berseru dan berdoa kepada Tuhan dengan segala keluh kesahnya. Seperti Yunus dalam Yunus 4 : 2 – 4 “Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup." Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"

Ada Ayub yang menyampaikan segala sesuatu tentang keberadaannya kepada Allah (baca Kitab Ayub). Di dalam 1 Raja_Raja 19 : 4,10 dan 14 ada Elia yang berkeluh kesah kepada Allah. Raja Saul di dalam 1 Samuel 16 : 14-23 dan ayat lainnya. Yeremia di dalam Kitab Yeremia 20 :7-18. 

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” 1 Korintus 10:13.

Bersemangatlah dalam menjalani hidup yang diberikan Tuhan kepada kita. Selalu mengucap syukur dan percaya kepada Tuhan dengan segenap hati bahwa persoalan apa pun yang kita hadapi, kalau di dalam Tuhan pasti ada jalan keluarnya. Sekali lagi berserahlah kepada Tuhan dengan segenap hatimu. 

Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi