Medan, (Analisa). Sebanyak 8 pekerja yang bekerja di Oukup BS 1 yang tertimbun runtuhan puing Pesawat Hercules C 130 tersebut ditemukan dalam keadaan tewas.
Menurut pengelola Oukup BS 1 Drs. Wajib Sinuraya mewakili Manajer Rudi Ginting, Rabu (1/7) mengatakan, jenazah 8 korban di antaranya enam wanita dan dua orang pria itu telah selesai dievakuasi petugas dari lokasi kejadian.
“Saat ini mayatnya sudah dibawa ke RSUP HAM Medan untuk menjalani proses identifikasi sesuai proses yang dilakukan petugas dan menunggu kedatangan pihak keluarga untuk proses pemakamannya, sebut Wajib.
Dia menjelaskan, dua korban berasal dari Phakpak Bharat, satu dari Kotacane, Provinsi Aceh dan satu dari Aekkanopan serta selebihnya warga Medan. Masing-masing korban merupakan empat pekerja bagian laundry, dua kasir dan dua pria bagian parkir.
Dikatakannya, ketika kejadian jatuhnya Pesawat Hercules tersebut, Oukup BS 1 sedang dalam kondisi tidak beroperasi, sementara empat pekerja laundry sedang mengerjakan pesanan pihak hotel yang berada di sekitar Jalan Jamin Ginting. Sedangkan kasir dan penjaga parkir berada di dalam ruangan depan.
Diungkapkannya, akibat kejadian itu sebagian besar konstruksi bangunan gedung Oukup BS 1 hancur hingga rata dengan tanah, sedangkan seluruh fasilitas serta barang-barang dan harta benda pihak manajemen yang ada didalamnya juga rusak total sehingga kerugian ditaksir mencapai Rp1 miliar.
Sementara ketika disinggung ganti rugi serta pertanggujawaban pemerintah khususnya TNI AU terhadap seluruh korban dan pengusaha, Wajib menjelaskan, hingga saat ini pihak TNI AU masih sebatas menjalin komunikasi dengan pihak manajemen.
Namun, belum ada pembicaraan yang mengarah kepada ganti rugi ataupun bentuk pertanggungjawaban lainnya baik terhadap pengusaha maupun korban tewas tertimpa puing badan pesawat yang jatuh tersebut.
Terpisah, beberapa warga saat dimintai tanggapannya berharap kepada pemerintah agar memindah lapangan udara tersebut. Mengingat sudah dua kali kejadian seperti ini dan jatuh korban sipil.
“Sudah tidak cocok lagi lapangan udara itu berada di tengah kota, apalagi banyak gedung-gedung bertingkat. Jadi banyak pengaruh dan risikonya karena ini tempat pemukiman padat penduduk,” kata Barus. (bara)