Pengembangan Bandara Binaka Harus Dipercepat

Deliserdang, (Analisa). Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Parlindungan Purba menilai pengembangan Bandar Udara (Bandara) Binaka di Kota Gunungsitoli, harus dipercepat agar akses transportasi lajur udara terbuka lebar dan berdampak positif terhadap laju pembangunan di Kepulauan Nias yang kaya keindahan pariwisatanya.

“Pemerintah supaya menindaklanjuti pengembangan bandara Binaka. Pengembangan bandara Binaka harus dipercepat” tegas Parlindungan Purba menjawab Analisa saat memantau arus balik Lebaran 2015 di Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Jumat (24/7) sore.

Saat ini bandara Binaka hanya bisa didarati jenis pesawat kecil yang masih menggunakan baling-baling dengan volume penumpang sekira 560 orang per hari melalui asumsi 70 penumpang dikali 8 kali penerbangan.

Kondisi itu belum termasuk kargo yang potensinya cukup signifikan dan kebutuhan masyarakat Kepulauan Nias terhadap jasa transportasi udara itu dibutuhkan lebih banyak.

Terbatasnya penerbangan dari dan menuju bandara Binaka disebabkan fasilitas landasan pacunya hanya memiliki panjang 1.800 meter dengan lebar 30 meter sehingga pesawat yang bisa mendarat hanya jenis kecil atau baling-baling.

Kondisi itu berdampak terhadap kurangnya kompetisi penerbangan sehingga harga tiket menjadi mahal mencapai sekira Rp800 ribu per orang tidak. Semakin banyak penerbangan yang masuk, tentu berdampak positif pula terhadap harga tiket. “Harga tiket mahal. Hampir Rp800 ribu karena pesawat gak bisa masuk. Gara-gara runwaynya kurang panjang. Perlu penambahan 250 meter lagi sudah bagus” urainya.

Lebih lanjut papar Parlindungan, bila landasan pacu bandara Binaka ditambah panjangnya sekira 250 meter lagi, maka jenis pesawat lebih besar dari sebelumnya akan bisa mendarat dan dampaknya terhadap pembanguan di Kepulauan Nias akan semakin pesat.

“Manfaatnya harga tiket murah, mobilitas orang datang semakin banyak dan investor juga akan tertarik berinvestasi. Apalagi Nias ini punya potensi alam pariwisatanya yang luar biasa. Kalau akses ke sana mudah dan murah, tentu akan banyak orang yang datang berkunjung ke Nias sana” terangnya.

Tergantung Pemerintah

Menyikapi desakan pengembangan itu, Direktur Keamanan Penerbangan Kementerian Perhubungan M Nasir Usman yang turut mendampingi mengakui, saat ini panjang landasan pacu (runway) bandara Binaka hanya 1.800 meter dengan lebar 30 meter.

Kondisi itu menyebabkan hanya jenis pesawat baling-baling saja yang bisa mendarat meski standar navigasinya sudah mencukupi syarat untuk didarati jenis pesawat berbadan besar seperti boeing 737-900.

Untuk bisa didarati jenis pesawat di atas, landasan pacu dibutuhkan bandara Binaka yang dikelola Kementerian Perhubungan ini sepanjang 2.500 meter sehingga butuh sekira 700 meter lagi. Untuk penambahan itu sangat tergantung Pemda setempat terkait pembebasan lahannya serta perilaku masyarakatnya untuk turut serta menjaga.

Untuk kelengkapakan navigasi yang ada di bandara Binaka saat ini sudah bisa diandalkan bila pengembangannya dilakukan. Namun masalah lainnya yakni, masalah masyarakat. Di sana, ada pagar tapi dijebol. Sekarang sudah diperbaiki lagi. Perilaku dan kesadaran masyarakat ini sangat penting” ungkap Nasir.

Selain itu, Nasir juga mengingatkan agar pengembangan bandara Binaka tidak sia-sia, keberadaan gunung (bukit) dekat bandara itu harus dipertimbangkan. Apakah pengembangan bandara Binaka efektif atau tidak dengan adanya gunung itu, harus dikaji secara mendalam.

“Navigasi sudah bisa diandalkan. Sudah cukup syarat. Cuma yang menjadi masalah, di sana ada gunung. Ini yang perlu dipertimbangkan. Efektif atau tidak? Jangan-jangan seperti Polonia, take off dan landing dari arah yang sama” tegasnya. (ak)

()

Baca Juga

Rekomendasi