MASJID dekat Istanbul yang dibangun oleh Emre Arolat Architects ini, menampilkan cor dinding beton dan ruang ibadah seperti gua. Arolat menggunakan kombinasi batu abu-abu terang dan beton bertulang untuk membangun Masjid Sancaklar, yang diatur ke dalam plaza dan terdiri dari teras bertingkat.
Bangunan seluas 700 meter persegi ini terletak di Buyukcekmece, di pinggiran Istanbul dan terpisahkan dari lingkungan masyarakat sekitar. Tujuannya, agar masjid ini terjaga keamanannya dari jalan raya yang sibuk.
Struktur tanpa ornamen ini diatur ke dalam lekukan pada lanskap, dengan hanya susunan atap batu dan menara tinggi yang terlihat dari titik-titik tertentu di sekelilingnya.
"Masjid Sancaklar dibangun dengan tujuan untuk mengatasi masalah mendasar dalam merancang masjid dengan berdasarkan bentuk dan berfokus hanya pada esensi ruang ibadah," kata arsitek.
Di luar masjid, potongan-potongan batu ditempatkan di medan miring sehingga membuat barisan panjang sebagai setapak yang mengarah ke gedung cekung. Rumput merumbai tumbuh di sekitar batu dan membantu mengintegrasikan antara pagar dan setapak menjadi satu lanskap yang indah.
Kombinasi partisi beton, dinding batu dan pagar tinggi melindungi area kebun di tingkatan yang lebih rendah. Di area kebun ini juga terdapat batu loncatan yang menggiring pengunjung melewati kolam air dangkal menuju ke pintu masuk.
Masjid Bantu Gereja
Sebuah masjid di Mississauga, Toronto, Kanada, menyumbangkan uang sebesar US$ 5.000 kepada gereja Katolik tetangganya. Sumbangan itu ditujukan untuk memperbaiki gereja yang menjadi korban vandalisme pada akhir Mei lalu.
Imam Sayeda Khadija Centre Masjid Mississauga, Hamid Slimi, langsung mengunjungi gereja begitu mendengar berita Gereja St Catherine of Siena Roman Catholic, di kota tersebut disatroni pria tak dikenal.
Dalam rekaman kamera pengintai, terlihat pria yang kemudian diidentifikasi bernama Iqbal Hessan, 22 tahun, melakukan perusakan dengan merobek-robek kitab Injil, menghancurkan altar, dan mengotori salib.
"Saya melihat rekamannya, dan itu sangat buruk," tutur Slimi. "Saya berpikir bahwa aksi itu merupakan pelanggaran hukum dan sangat salah."
Prihatin melihat gereja tetangganya dirusak, pada Jumat pekan allu, Silmi melakukan penggalangan dana bersama para jemaah di masjidnya. Mereka berhasil mengumpulkan dana hingga US$ 5.000.
"Saya mengatakan kepada komunitas muslim di lingkungan ini bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, tapi gereja sangat butuh dana untuk perbaikan.
" Slimi mengatakan pihaknya percaya bahwa sumbangan tidak mengenal diskriminasi.
"Amal ini akan dibalas Tuhan, tak peduli siapa yang menerima sumbangan kita."
Bulan lalu, gereja yang sama pernah menjadi korban aksi serupa. Saat itu tembok gereja dicoret-coret cat semprot dan grafiti, sementara patung Yesus dirusak. Penyelidikan polisi kemudian mengarah kepada Iqbal. Dia ditangkap dan mengakui perbuatannya. Dia dikenai lima tuduhan aksi kriminal dan didenda US$ 5.000.
Kepada polisi, orang tua Iqbal mengatakan, putranya tersebut menderita schizophrenia, sehingga kerap berhalusinasi dan emosinya tak stabil. Iqbal akan diadili pada akhir bulan ini. Adapun hasil pemeriksaan polisi menyatakan perbuatan Iqbal tersebut bukan didasari motif kebencian.
"Tidak ada bukti dia melakukan ini atas dasar penyerangan terhadap umat Kristen," tutur juru bicara kepolisian setempat, Fiona Thivierge.
Pemimpin Gereja St Catherine of Siena Roman Catholic, Pastor Lando, mengatakan umat Kristen sudah memaafkan aksi vandalisme itu. "Kami mendoakan pelaku dan sudah memaafkan dia," ucapnya.
Kepada para jemaat gereja tersebut, Lando juga menyatakan sumbangan dari umat Islam adalah cermin dari agama Islam yang sesungguhnya. "Kami sangat bersyukur dengan kepedulian saudara-saudara kami tersebut." (bbs/dm/es)