dr Andhika Kesuma Putra SpP FCPP (USA)

Pertama di Sumatera Motori IPC

Oleh: Mahjijah Chair

UNTUK pertama kalinya di Kota Medan, bahkan di Sumatera, RS Columbia Asia dimotori dr Andhika Kesuma Putra SpP FCPP melakukan tindakan Indwelling Pleura Catheter (IPC) terhadap pasien asal Singkil, yang mengalami efusi pleura malignant pada paru-parunya.

Satu hari pasca operasi kecil di rumah sakit, pasien yang ditemani putranya itu sudah diperbolehkan pulang dan dibekali pembelajaran bagaimana mendrainase cairan rongga dadanya sendiri dengan gampang tanpa dokter atau perawat.

“Indwelling Pleura Catheter (IPC) ini adalah sejenis selang dada yang dirancang khusus berukuran kecil untuk mengalirkan cairan dari rongga dada dengan mudah kapan pun dibutuhkan dan minimal hingga tidak ada rasa sakit. Prosedur ini menghindarkan pasien akan kebutuhan penyuntikan obat bius yang menyakitkan dan berulang setiap cairan harus dikeluarkan dari paru-paru,” jelas dr Andhika Kesuma Putra SpP FCPP yang ditemui di RS Columbia Asia, Kamis (20/8).

IPC ini, lanjut alumni SMUN Plus Provinsi Riau ini, sifatnya fleksibel, lembut, lebih kecil dari pensil, menetap di dalam rongga dada dan diimplankan keluar melalui bawah kulit. “IPC ini dilengkapi polister steril yang akan merangsang granulasi dan pertumbuhan jaringan di bawah kulit. Sehingga meminimalkan risiko infeksi dan selang mudah lepas atau tertarik, serta dilengkapi sebuah katup di ujung luar tube untuk mencegah kebocoran cairan keluar. Alat ini mampu bertahan 2 tahun sejak prosedur awal,” tuturnya yang menamatkan pendidikan kedokteran umum dan spesialisasi paru di FK USU. 

Selama ini, treatment yang dilakukan terhadap pasien paru yang memiliki banyak cairan di parunya hanya dua tindakan. Pertama dengan disedot berulang kali. 

“Dua minggu atau seminggu kemudian terbentuk lagi dan ada lagi cairan, lalu ditarik lagi. Yang kedua dipasang selang konvensional yang tidak lentur. Alat itu ditanam ke dalam paru-paru pasien. Lalu, sampai seberapa lama, sampai cairan habis atau pasien habis duitnya. Ini sangat tidak efektif dan efisien bagi si pasien,” tutur Andhika yang yang telah beberapa kali mengikuti training dan workshop di Kuala Lumpur, Malaysia, Jakarta, Bangkok Thailand serta berkesempatan Fellowship in the American College of Chest Physician (ACCP) tahun 2013 sembari menunjukan selang konvensional sebesar pensil sepanjang setengah meter.

“Selang konvensional ini tidak bisa dibawa pulang oleh pasien seperti IPC ini. Apabila pasien dua hari, tiga hari, empat hari cairan belum habis, sementara uangnya sudah habis dan pasien minta pulang, maka dokter yang merawat harus mencabut alat konvensional itu. Mana berani dibawa pulang, kalau terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Sementara penggunaan Indwelling Pleura Catheter (IPC) oleh pasien membuat pasien lebih nyaman. Bisa bertahan sampai dua tahun, si pasien bisa membuang cairan dari paru-parunya sendiri di rumah tanpa bantuan orang lain. Yang tidak kalah penting, dengan menggunakan IPC dapat memangkas biaya pasien di rumah sakit. “Pasien tidak perlu lama-lama di rumah sakit. Sehari dipasang sudah boleh pulang,” ujarnya.

Selain IPC, dokter yang sudah tiga tahun bergabung di RS Columbia Asia dan terus menggali ilmu di rumah sendiri maupun bertanya kepada senior dan para pendidik spesialis paru ini juga menggawangi prosedur intervensi Trans Thoracic Percutaneous Needle Biopsy yang sekaligus tindakan andalan di rumah sakit tersebut. 

Biopsi ini dikhususkan untuk pendiagnosaan mencari jenis penyakit terutama kanker. Meskipun biopsi ini bisa juga untuk pendiagnosaan penyakit paru lain. Prinsip dasarnya, dengan bius lokal di dada dan dituntun dengan CT Scan. Core Needle biopsy yang ukurannya sekecil jarum infus ditusukan ke dalam dada hingga ke paru-paru dan mengenai lesi atau tumor atau penyakit paru yang ingin diketahui jenisnya. Setelah sampel berupa jaringan (tissue) didapat lalu dikirim ke laboratorium. Tidak lebih 48 jam, kita akan mengetahui jenis penyakit pasien dengan tingkat akurasi 90 persen,” ujarnya.

Semoga dari dua teknik terbaru di bidang intervensi paru tersebut, membuat para pasien memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna serta mampu mengurangi biaya berobat keluar negeri. 

Darman (61), yang merupakan pasien pertama menggunakan IPC mengaku merasa paru-parunya sudah stabil dan nafasnya tidak sesak lagi. “Sejak dipasang alat ini, nafas stabil, pemikiran sudah kembali. Sebab, waktu sesak bernafas itu, pikiran saya tidak stabil,” katanya sembari mengaku sesak yang dirasakannya itu selama satu minggu yang kemudian operasi kecil pemasangan IPC.

()

Baca Juga

Rekomendasi