Oleh: Jekson Pardomuan
“Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir." – Wahyu 22 : 11 – 13
Berbuat jahat tidak harus membunuh, mencuri atau memukul seseorang. Melukai hati seseorang atau membohongi orang lain juga salah satu kejahatan yang seringkali terjadi belakangan ini. Ada orang yang dengan mudah memutuskan sesuatu tanpa pemikiran yang jernih. Hanya dengan pengaduan atau tanggapan seseorang yang sesungguhnya menaruh kepentingan tertentu, kita bisa mementahkan kebaikan seseorang yang selama ini kita lihat dengan mata kepala sendiri.
Firman Tuhan menuliskan “Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.” (3 Yohanes 1 : 11)
Ada orang yang benar-benar tidak mengenal Tuhan dalam kehidupannya, setiap hari yang dilakukannya adalah kebaikan menurut ukuran manusia, bukan menurut ukuran Allah. Alkitab dengan terus terang menyatakan, ”Sejak masa mudanya, pikiran manusia itu jahat.” (Kejadian 8:21, Karena itu, anak-anak cenderung bandel. (Amsal 22:15) Sejak lahir, kita semua condong berbuat salah. (Mazmur 51:5) Melakukan kebaikan menuntut upaya kita, ibarat mendayung melawan arus. Perlu kerja keras ekstra untuk bisa melawannya.
Sejak lahir, kita juga dikaruniai hati nurani. Ini yang menjadi pembeda kita dengan mahluk hidup lainnya dimuka bumi ini. Hati nurani dan kasih terhadap sesama terlebih terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemampuan bawaan untuk membedakan yang benar dan yang salah ini memengaruhi kebanyakan orang untuk bertindak dalam batas-batas perikemanusiaan.
Karena itu, orang yang tidak mendapatkan pendidikan moral pun dapat dikenal karena kebaikan mereka. (Roma 2:14, 15) Namun, sebagaimana diperlihatkan di atas, kecenderungan kita untuk berbuat salah bisa menimbulkan konflik dalam diri kita. Apa lagi yang mungkin memengaruhi pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam diri kita?
Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa ada orang yang menjadi pembunuh berdarah dingin dan ada yang menjadi humanis berhati mulia? Mengapa perangai seperti binatang terkadang muncul dalam diri manusia? Tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang lain ketika kita mengatakan sesuatu yang sesungguhnya sangat menyakitkan. Atau membiarkan sesuatu berlangsung dan mendapat keuntungan dari kejadian itu.
Kebaikan pada Akhirnya akan Menang
Manusia yang suka melakukan kejahatan biasanya seperti binatang yang suka mengubah dirinya dengan berbagai bentuk dan watak. Binatang itu adalah bunglon yang bisa berubah warna agar serupa dengan lingkungannya. Begitu pula, orang yang berteman dengan penjahat lebih cenderung mengembangkan watak penjahat. Alkitab memperingatkan, ”Jangan mengikuti orang banyak untuk tujuan yang jahat.” (Keluaran 23:2) Sebaliknya, dengan sering bergaul bersama orang yang jujur, adil, dan bermoral, seseorang terbantu untuk berbuat baik.—Amsal 13:20.
Tetapi, kita tidak dapat menganggap diri kita bebas dari pengaruh jahat hanya karena kita tidak bergaul dengan orang yang melakukan perbuatan salah. Karena ketidaksempurnaan kita, pikiran jahat dapat mengintai di relung pikiran kita, menunggu kesempatan untuk menampakkan diri. (Kejadian 4:7) Selain itu, hal jahat dapat memasuki rumah kita melalui media. Video game, acara televisi, dan film sering mengagung-agungkan kekerasan dan sikap balas dendam.
Mengapa kita patut berupaya untuk ”berjalan menurut jalan orang-orang baik”? (Amsal 2:20-22) Karena kebaikan pada akhirnya akan menang atas kejahatan. Alkitab menyatakan, ”Karena para pelaku kejahatan akan dimusnahkan Hanya sedikit waktu lagi, orang fasik tidak akan ada lagi. Tetapi orang-orang yang lembut hati akan memiliki bumi, dan mereka akan benar-benar mendapatkan kesenangan yang besar atas limpahnya kedamaian.” (Mazmur 37:9-11) Allah akan menghapuskan semua bekas kejahatan. Betapa gemilang masa depan yang menanti orang-orang yang rajin berupaya berbuat baik!
Orang-orang yang percaya pada Kristus Yesus merupakan ciptaan baru di dalam Kristus yang sudah dibeli dengan darah-Nya. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru” (2 Korintus 5:17). Tetapi sekarang kita harus menjadi apa adanya kita. “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi” (1 Korintus 5:7).
Belajar pada sikap Ayub yang begitu setia dengan janji Tuhan, kita juga bisa meneladaninya dan tetap berpengharapan hanya kepada-Nya yang selalu menyertai dan memelihara hidup kita. Percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hatimu, maka Tuhan akan memberikan kelegaan dan jalan keluar bagi kamu. Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, tapi berhentilah berbuat jahat kepada semua orang. Amin.