Oleh: Wiedya Kristianti Angeline, S.Ked
PAGI hari ini, misalnya, ada orang di sekitar Anda yang mengalami nyeri pada pinggang secara tiba-tiba ketika berusaha mengangkat beban berat dan tidak diketahui penyebabnya. Bila ditanya sebenarnya banyak penyebab dari nyeri pinggang yang dialami oleh manusia, di antaranya karena infeksi pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan tulang belakang, dan lain sebagainya.
Salah satu yang cukup sering adalah dikatakan sebagai “saraf terjepit” atau dalam bahasa medisnya Herniated Nucleus Pulposus (HNP). Namun istilah saraf terjepit tergolong umum karena bukan hanya penyakit HNP saja, tetapi masih ada yang lainnya. Bila sampai mengalami kondisi HNP ini, orang tersebut pasti akan merasa sangat terganggu merasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupan sehari-hari.
HNP adalah suatu gangguan akibat merembesnya atau menonjolnya (hernia) lapisan atau bantalan inti permukaan ruas tulang belakang (nukleus pulposus) dari ruang antar ruas tulang (diskus intervertebralis). Tonjolan HNP tersebut dapat menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang dan saraf tepi (saraf yang keluar dari saraf pada tulang belakang) sehingga dapat timbul rasa sakit, kesemutan dan kelemahan pada anggorta gerak yang dipersarafi oleh saraf yang terjepit tersebut. Bisa bagian punggung, pinggang, lengan maupun tungkai. Pada pinggang HNP termasuk dalam salah satu penyebab keadaan yang disebut low back pain.
HNP terutama terjadi pada usia 30 sampai 50 tahun, dan umumnya lebih sering dialami pada laki-laki daripada perempuan. HNP paling sering terjadi di daerah punggung bawah atau disebut HNP lumbalis, paling sering (90%) mengenai diskus invertebralis L5-S1 dan L4-L5. HNP di daerah punggung atas sampai leher jarang terjadi, hanya sekitar 8% dari seluruh kasus HNP.
Penyebab dan faktor resiko HNP ini sendiri banyak macamnya. Penyebab tersering adalah terkait dengan proses penuaan atau keausan yang disebut degenerasi bantalan atau diskus intervertebralis. Seiring bertambahan usia, diskus tulang belakang makin kehilangan beberapa kadar airnya. Hal ini mengakibatkannya kurang fleksibel dan lebih rentan untuk robek atau pecah. Sedangkan peristiwa traumatis seperti jatuh atau pukulan ke belakang jarang menyebabkan HNP.
Faktor resiko lainnya adalah obesitas, pekerjaan, genetik, cara duduk yang salah, menyetir terlalu sering, cara mengangkat barang yang salah, dan lainnya. Pada obesitas, kelebihan berat badan menyebabkan tekanan tinggi pada diskus tulang belakang punggung bawah sehingga dapat terjadi HNP lumbalis. Pekerjaan, seperti pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik memiliki risiko lebih besar dari masalah punggung. Contohnya mengangkat berulang, menarik, mendorong, membungkuk ke samping dan memutar juga dapat meningkatkan risiko HNP. Secara genetik, faktor keturunan juga adakalanya memiliki kecenderungan untuk mengembangkan HNP.
Gejala klinis HNP berbeda-beda tergantung lokasinya. Secara umum gejala HNP adalah nyeri, mati rasa atau kesemutan dan kelemahan pada daerah HNP dan pejalarannya. HNP di daerah leher lazim menimbulkan gejala berupa nyeri saat leher digerakkan, nyeri leher di dekat telinga atau di sekitar tulang belikat, dan nyeri yang menjalar ke arah bahu, lengan atas, lengan bawah dan jari-jari. Selain nyeri, juga dapat ditemukan rasa kesemutan dan tebal di daerah yang kurang lebih sama dengan rasa nyeri tersebut. Di daerah punggung bawah, gejala klinis HNP menyerupai HNP leher (HNP servikal).
Rasa nyeri terasa di daerah pinggang, bokong lalu menjalar ke arah betis dan kaki. Seringkali juga terasa sensasi kesemutan dan tebal pada salah satu atau kedua tungkai bawah. Gejala-gejala HNP tersebut lazim timbul perlahan-lahan dan semakin terasa hebat jika duduk atau berdiri dalam waktu lama, pada waktu malam hari, setelah berjalan beberapa saat, pada saat batuk atau bersin, serta ketika punggung dibungkukkan ke arah depan. Gejala klinis pada setiap pasien berbeda-beda tergantung pada lokasi dan derajatnya.
HNP pada punggung bawah, HNP lumbalis, di daerah yang disebut L1-L2 dan L2-L3 menyebabkan nyeri dan rasa tebal pada sisi depan-samping luar paha. Juga dapat terjadi kelemahan otot-otot untuk menggerakkan sendi paha ke arah perut. Namun HNP di daerah ini lebih jarang terjadi dibandingkan daerah punggung bawah yang lain. HNP di daerah L3-L4 menimbulkan nyeri di daerah pantat, sisi samping luar paha dan sisi depan betis. Rasa tebal atau kesemutan dapat dirasakan pada sisi depan betis.
Di daerah L4-L5, HNP menyebabkan nyeri di daerah bokong, sisi belakang paha, sisi depan samping luar betis sampai daerah punggung kaki. Sementara HNP L5-S1 mengakibatkan nyeri di daerah bokong, sisi belakang paha dan betis sampai ke tumit serta telapak kaki. Rasa tebal dan kesemutan terasa di daerah betis sampai telapak kaki. HNP di kedua daerah ini (yaitu, L4-L5 dan L5-S1), paling sering terjadi.
Pada kasus yang ekstrim, HNP di daerah punggung bawah dapat menyebabkan penekanan sekelompok serabut saraf yang disebut “kauda equina” (bahasa latin yang berarti “ekor kuda”). HNP ini disebut sebagi “ syndrom kauda equina” dengan gejala berupa nyeri, kesemutan, serta kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai. Gejala-gejala tersebut juga disertai ketidakmampuan menahan kencing (mengompol) dan buang air besar. Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang serius dan gawat, serta membutuhkan tindakan pembedahan secepatnya.
Sebagai tambahan, kita dapat mencoba untuk membedakan nyeri oleh karena HNP dengan penyebab lain. Misalnya, saraf yang terjepit oleh HNP dapat terasa lebih menggigit, terasa seperti terbakar atau seperti terkena sengatan listrik. Dirasakan menjalar ke bagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa nyerinya dari belakang paha menyebar ke bagian bawah hingga betis pada satu sisi. Nyeri dapat timbul setiap saat tidak terbatas apakah sedang beraktifitas atau lagi istirahat.
Berbeda dengan nyeri akibat gangguan di saluran kemih. Jika hambatan ada di ginjal, nyeri terasa lebih berada diatas dari pinggang, dan penderita merasa sebatas tidak nyaman saja. Kalau hambatan berada di dalam saluran bagian bawahnya dapat menimbulkan nyeri kolik, kumat-kumatan, saat parah hingga dapat menimbulkan muntah dan susah melokalisir asal nyeri. Nyeri karena peradangan organ bagian dalam, akan tersebar ke bagian perut bawah dan bertambah jika disentuh atau ditekan. Waktu munculnya nyeri relatif lebih konstan. Pada tahap yang lebih ringan, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal-pegal pada otot pinggang.
Untuk mendiagnosis HNP, selain berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita, cara terbaik untuk mengetahui ada tidaknya HNP adalah dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen, CT-Scan dan MRI. HNP tidak terlihat pada foto rontgen biasa. Pada pasien HNP, foto rontgen dilakukan untuk bukan menentukan ada tidaknya HNP, tetapi untuk mengesampingkan kelainan-kelainan lain selain HNP yang dapat menyebabkan nyeri punggung, MRI-lah yang menjadi andalan.
Pemeriksaan dengan MRI akan lebih jelas karena dapat melihat struktur jaringan lunak seperti jaringan saraf. Selain itu, untuk memastikan bahwa HNP yang ditemukan pada MRI memang menjadi penyebab keluhan penderita, perlu dilakukan pemeriksaan Elektromiografi (EMG) (pemeriksaan fungsi hantaran saraf).
Hal paling utama paling mengatasi HNP yaitu menghindari posisi yang menimbulkan rasa sakit, kemudian pengobatan HNP terdiri dari istirahat, obat-obatan (farmakologis), perubahan gaya hidup, fisioterapi, dan opera si atau pembedahan. Sebagian besar HNP dapat diobati dengan pengobatan tanpa operasi, terutama jika ditemukan secara dini. Kasus yang telah lama dan berat biasanya memerlukan tindakan operasi.
Pengobatan non-bedah meliputi istirahat berbaring jika nyeri benar-benar berat. Namun, istirahat sebaiknya tidak lebih dari 2 hari karena jika lebih lama akan memperlemah otot-otot punggung. Selain istirahat, nyeri dapat dikurangi secara farmakologis dengan obat-obat anti nyeri. Contohnya ibuprofen (NSAID), kodein (narkotik), gabapentin, tramadol, amytriptiline, pelemas otot, suntikan steroid dan lainnya (sesuai anjuran dokter dan sebaiknya konsultasikan ke dokter bila tidak mengalami perbaikan).
Terapi non-farmakologis lain yang dapat dilakukan seperti pemberian panas, es, masase, pengurangan stres, pembatasan aktivitas, modifikasi postur tubuh, dan dapat juga dengan korset lumbar yang lembut.
Perubahan gaya hidup berupa diet dan olahraga sangat penting bagi penderita HNP dengan kelebihan berat badan. Terapi fisik penting untuk hampir semua penderita HNP. Terapis akan mengajarkan penderita bagaimana cara mengangkat, berpakaian, berjalan, dan melakukan aktivitas lain yang benar. Mereka juga akan mengajarkan cara untuk memperkuat otot-otot yang membantu mendukung tulang belakang.
Penderita juga akan diajari bagaimana meningkatkan fleksibilitas tulang belakang dan kaki. Yang perlu penderita HNP lakukan dirumah adalah mengurangi aktivitas selama beberapa hari pertama dan setelah itu memulai kembali kegiatan secara perlahan, menghindari mengangkat beban berat minimal selama 6 minggu setelah rasa sakit dimulai. Setelah 2 sampai 3 minggu, mulai berolahraga lagi secara bertahap.
Fisioterapi juga dapat bermanfaat, khususnya pada keadaan nyeri akut (nyeri yang mulai timbul atau bertambah berat secara mendadak). Fisioterapi dapat berupa diatermi untuk membuat otot punggung rileks dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) untuk mengurangi nyeri.
Dokter mungkin menyarankan operasi jika pengobatan konservatif seperti di atas gagal dalam memperbaiki gejala setelah enam minggu, terutama jika pasien terus mengalami mati rasa atau kelemahan, kesulitan berdiri atau berjalan, atau kehilangan kontrol kandung kemih (BAK) atau BAB. Para ahli juga sepakat bahwa waktu yang diperlukan untuk menilai apakah pengobatan non-bedah berhasil atau tidak adalah 3-6 minggu. Jika tidak berhasil, maka operasi atau pembedahan perlu dilakukan untuk menyembuhkan HNP.
Discectomy adalah operasi utama untuk mengangkat HNP. Tetapi dewasa ini, para ahli di bidang bedah banyak yang berlomba-lomba untuk menciptakan suatu teknik operasi yang menghasilkan suatu sayatan yang minimal, atau bahkan tanpa sayatan. Teknik ini dinamakan minimally invasive surgery. Teknik ini memungkinkan masa perawatan yang jauh lebih cepat daripada operasi terbuka.
Bagi pasien yang mengutamakan segi estetik, teknik ini dapat dipertimbangkan karena teknik ini dilakukan hanya dengan membuat sayatan dan bekas luka kecil. Perkembangan teknik ini di dunia penyakit HNP menghasilkan berbagai macam teknik antara lain nucleotome, laser central decompression dan directed fragmentectomy. Tapi, setiap teknik pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya tersendiri, karenanya selalu diskusikan dengan dokter dalam memilih pengobatan yang terbaik.
Untuk pencegahan dari HNP, alangkah baiknya bila kita dapat melakukan olahraga agar akan menjaga kelenturan dan kekuatan otot. Lalu, usahakan menghindari aktivitas berulang (repetitif), mengontrol berat badan sehingga tidak memberikan tekanan yang besar pada tulang belakang, selalu duduk dengan sikap tubuh yang benar, menghindari mengendara dalam waktu yang lama bila perlu, serta dapat mempelajari teknik mengangkat yang benar.