“Uttaran” Booming dengan Rating Bagus

Oleh: Rosni Lim

SUATU hal yang biasa, bila tayangan/serial luar negeri lebih dipilih pemirsa TV kita dibandingkan sinetron dalam negeri. Alur cerita bagus, dialog penting membuka hati, tata suara/musik mendukung, akting pemain yang pas dengan karakter masing-masing tokoh, wajah aktor/aktris yang tam­pan/cantik luar biasa, chemistry kuat, man­sion mewah, tradisi/adat-istiadat, hik­mah, dan kisah yang semakin hari sema­kin membuat penasaran, merupakan beberapa keunggulan dari serial India “Uttaran” yang sekarang lagi booming di tanah air.

Serial yang ditayangkan ANTV setiap hari pukul 13.30 WIB dengan durasi 2,5-3 ja­m ini, mampu menarik minat dan perhatian para pecinta serial dan peminat layar kaca. Tak heran, bila serial yang bakal sepanjang 1549 episode (sukses ditayangkan di nege­ri­nya sendiri selama kurun tahun 2008-2015) mampu memuncaki rating acara TV, ya­itu berada di rating 3 besar pada 19 De­sem­ber 2015 lalu.

Selain itu, sejak ditayangkan perdana ka­li, serial ini langsung men­curi perhatian pe­mirsa, mendapat sambutan bagus, dan lang­sung menjadi trending topic di twitter. Hing­ga hari ini, Uttaran masih bertahan di hati pemirsanya dan selalu menduduki rating bagus berkat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya.

Lebih Senang Menikmati Serial Luar Negeri    

Kenapa pemirsa TV kita lebih senang me­nikmati serial luar negeri daripada me­ngo­nsumsi sinetron produk dalam negeri? Si­netron remaja kita, yang walaupun me­nam­pilkan para cowok tampan dan ce­wek cantik, belum mampu se-booming tayangan luar negeri karena dinilai ceritanya lebay, masih seputar masalah rebutan pacar dan harta, dan tidak banyak hikmah yang bisa dipetik. Tak heran, bila produk luar negeri, baik itu telenoleva dari Brazil, Mexico, serial silat dari Hongkong, drama seri Taiwan, Korea, hingga serial Turki dan India (yang se­karang lagi booming) mam­­pu mencuri hati pe­mirsa.

Uttaran, bila kita si­mak, dengan banyak ke­unggulan di atas hingga mampu memuncaki rating acara TV, me­nga­ng­­kat kisah persa­ha­ba­tan dua gadis cantik Ta­pasya-Ichcha yang di­mulai sejak kecil. Ta­pasya putri seorang ka­­ya-raya dan Ich­cha putri seorang pem­­­­bantu bersahabat baik pada mulanya. Ich­cha, diterima tinggal di rumah/mansion mewah milik Tapasya, dise­kolahkan ayah Tapasya, sementara ibunya setiap hari bekerja sebagai pem­­bantu di rumah Ta­pasya. Walaupun begitu, per­lakuan orangtua Ta­pasya kepada Ichcha dan ibunya  amat baik, me­reka dianggap seperti keluarga sendiri.

Hikmah pertama yang kita petik, walaupun Ichcha dan ibunya berasal dari kasta ren­dah (ingat sejarah, dulu bang­sa Arya memberlakukan sistem kas­ta-kasta di India untuk men­cegah percampuran antara kasta ting­gi dan kasta rendah), namun tetap diper­lakukan seperti layak­nya manusia lain, dihormati, disa­yangi, tanpa dibeda-bedakan.    

Kesalahan ayah Tapasya di ma­sa lalu, menabrak ayah Ichcha hing­­ga tewas dan tidak me­nye­rah­kan diri ke kantor polisi alias mera­hasiakan hal ini, tapi tetap merasa bersalah dan berusaha menebus kesalahannya dengan me­nya­yangi Ichcha sepenuh hati seperti putri kandung sendiri, ternyata berakibat fatal. Tapasya, yang salah sang­ka sang ayah lebih me­nya­­ya­ngi Ichca putri pem­ban­tunya daripada di­ri­nya putri kandung sen­di­ri perlahan-la­han me­rasa benci pada Ichcha.

Kebenciannya se­­makin bertambah saat ayahnya me­min­dah­kan Ich­cha ke se­ko­lah yang sama de­­ngan­nya se­ko­­lah fa­­vorit ber­ba­hasa Inggris dan me­nyai­ngi di­rinya dalam ba­nyak pelaja­ran. Teman-teman dan gurunya beralih menyayangi dan memer­hatikan Ichcha. Ichcha yang berhati lembut dan welas asih, berperangai baik dan sopan, sangat disayangi oleh ayah Ta­pasya.

Kemarahan Tapasya pun semakin memuncak hingga berbuat banyak hal buruk sebagai reaksi atas kema­rahannya. Hikmah kedua, kadangkala kesalahan anak tidak sepenuhnya dikarenakan si anak tapi lebih kepada kelalaian orangtua dalam memberi pengertian atau menyembunyikan rahasia hingga si anak menjadi salah sangka dan ber­buat banyak hal buruk. Kebiasaan di­manja dan hasutan dari pihak lain (dalam hal ini Tapasya selalu dimanja dan dihasut oleh neneknya) turut memegang andil.

Pesahabatan yang mulanya begitu tulus dan baik di antara Tapasya-Ichcha, perlahan tapi pasti berubah menjadi permusuhan di hati Tapasya, walaupun di hati Ichcha masih tetap begitu polos menganggap Tapasya ada­lah sahabat baiknya yang tidak pernah be­rubah. Bahkan, dia selalu menerima utta­ran/barang bekas/dibuang dari Tapasya be­rupa baju dan mainan bekas dengan senang hati.

Di saat mereka dewasa, keadaan berubah sebaliknya, saat Tapasya meminta Veer pria yang akan menikahi Ichcha untuk dibe­rikan padanya. Veer, yang pernah di­acuh­kan Tapasya, tidak tahu yang dini­ka­hinya adalah Tapasya karena di hari per­ni­kahannya, Ichcha terpaksa menyerahkan seluruh perhiasan dan gaun pengantin plus po­sisinya untuk menjadi Nyonya Veer dari keluarga Bundela yang kaya-raya dan ter­hormat kepada sahabat baiknya itu. Tapasya memotong urat nadinya hingga Ichcha yang amat menyayangi sa­habatnya itu pun rela meng­ikhlaskan pria yang amat dicintainya untuk diberikan pada sahabatnya. Hikmah ketiga, rasa sayang dan persahabatan yang begitu tulus di hati se­seorang kadang mem­buat­nya kehilangan akal sehat dan mela­ku­kan banyak hal aneh yang tidak bisa di­mengerti.

Pengorbanan Ichcha yang begitu besar masih juga disalahkan saat Tapasya merasa kecewa di rumah Veer dan tidak menda­pat­kan apa yang dia inginkan. Ichcha lagi-lagi  disalahkan dan dituduh sebagai sahabat yang buruk. Hikmah keempat, bagaimana pun kamu berusaha berbuat baik dan tulus pada orang lain, selalu saja ada celah untuk disalahkan atau ketidakpuasan.

Seringkali, orang baik yang diam dan nri­mo menjadi sasaran kemarahan dan caci-ma­ki orang lain. Ibu Ichcha berkata, “Ka­dangkala, kamu tidak harus selalu me­mikirkan orang lain, tapi pikirkanlah juga dirimu sendiri. Kadangkala, kamu harus mengangkat suaramu lebih tinggi juga, kalau tidak, suaramu tidak akan didengar.”

Dialog dan kata-kata penting penuh arti juga menjadi kekuatan dari serial ini. Saat Veer berkata kepada Tapasya, “Lihatlah dirimu di cermin, kamu ini adalah Tapasya yang sangat cantik, tapi juga sangat hampa!” Atau, “Seandainya saja kamu bisa belajar sedikit dari Ichcha setelah tinggal bertahun-tahun dengannya.” Atau, “Orang yang ber­usaha tidak akan pernah kalah.” Kata-kata penting dan bermakna seperti ini lebih ber­bobot dibandingkan percakapan-perca­ka­pan ringan tak penting yang sering kita jumpai pada tontonan lain.

Persahabatan yang begitu tulus dari Ichcha pada Tapasya, kelak akan bisa mem­buka dan menyentuh hati sahabatnya itu, tapi sayangnya Ichcha harus mengor­bankan nyawanya/hidupnya sendiri dengan men­donorkan hati pada Tapasya yang se­dang sekarat.

Tidak ada lagi yang perlu diragukan dari ketulusan seorang sahabat saat dia rela mengorbankan nyawa sendiri untuk diberi­kan pada sahabatnya. Tentunya, untuk melihat hingga akhir cerita, kita harus setia menonton serial favorit ini.

Serial India yang lagi booming di tanah air dewasa ini, membuat stasiun televisi yang bersangkutan mendatangkan para pemainnya untuk menjumpai para fansnya di sini. Dev Joshi pemeran Baal Veer di serial anak-anak India “Baal Veer” dan  Praneet Bhatt pemeran Sengkuni di serial India “Mahabarata” adalah dua pe­main yang didatangkan ANTV ke tanah air pada bulan Desember 2015 lalu. Hal ini pernah dilakukan juga oleh stasiun televisi lain saat mendatangkan pada pemain drama seri Taiwan yang pernah booming di tanah air sekitar puluhan tahun silam.

Tidak ada salahnya kita lebih menyukai serial luar negeri dibandingkan sinetron dalam negeri karena masyarakat kita yang haus hiburan di tengah kejenuhan/kesibukan bekerjanya pasti ingin mendapatkan hiburan terbaik yang sesuai selera masing-masing. Makanan mana yang lebih enak akan dipilih, baju yang lebih bagus akan dibeli, perhiasan yang lebih cantik akan dimiliki, dan yang lebih bagus, tampan, cantik, pasti akan lebih dilirik.

Segala hal yang memiliki keung­gulan sudah pasti akan menarik minat dan perhatian dibandingkan yang biasa-biasa saja. Karena itu, marilah kita berusaha untuk menjadi lebih baik.***

(Medan, Desember 2015)

()

Baca Juga

Rekomendasi