Pohon Sirsak, Tanaman Ramah Lingkungan

Oleh: Ir. Fadmin Prihatin Malau

Banyak cara menyelamatkan lingkungan hidup dari kepunahan. Satu di antaranya mengurangi pemakaian pestisida sintetis atau kimia pada produksi pertanian. 

Pemakaian bahan kimia tersebut secara terus menerus akan mengganggu keseimbangan ekologis dan merusak lingkungan, mengganggu kesehatan atau menimbulkan berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan keracunan yang berakhir dengan kematian.

Banyak predator-predator alami yang sangat bermanfaat bagi pertanian akan musnah. Dua kerugian sekaligus diperoleh manusia akibat pemakaian bahan kimia tersebut. 

Melihat kondisi yang ada maka dibutuhkan pestisida alami yang dibuat dari bahan-bahan alam seperti dedaunan, kayu, akar dan lainnya yang dapat mengendalikan hama penyakit tanaman.

Menggunakan pestisida alami yang relatif lebih murah dapat mengurangi hama dan tidak mencemari lingkungan. Di samping itu, pestisida alami akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat.

Mengutip perkataan Jacobson bahwa menggunakan pestisida nabati atau alami mempunyai keistimewaan yakni lebih mudah terurai di alam, tidak terjadi pencemari lingkungan hidup. Hasil pertanian menggunakan pestisida berbahan kimia cenderung merugikan manusia di sekitarnya dan ternak peliharaan.

Jacobson, melihat bahan alam paling menjanjikan dan baik prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida. Menurutnya banyak tanaman yang ramah lingkungan dan bisa menjadi penyeimbang lingkungan seperti tanaman family Meliaceae (misalnya nimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae, Canellaceae dan lainnya.

Pestisida alami bukan membunuh serangga

Dari beberapa tanaman (pohon) yang direkomendasikan Jacobson ini, pohon sirsak merupakan tanaman yang banyak di Indonesia dan tanaman ini belum dilirik karena dinilai buahnya bukan buah yang bergengsi untuk dikonsumsi. Pada hal manfaatnya luar biasa dan daun tanaman sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. 

Ternyata bahan aktif annonain dan resin pestisida nabati daun sirsak efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng. Sedangkan tembakau mengandung bahan aktif nikotin yang jika dikombinasi dengan bahan aktif yang terkandung dalam daun sirsak akan efektf mengendalikan hama ulat dan belalang.

Tanaman Pohon Sirsak nama latinnya Annona muricata. Nama latin adalah cara penamaan yang dipakai universal untuk membedakan suatu spesies dengan spesies lainnya, karena satu spesies yang sama bisa memiliki banyak nama untuk daerah yang berbeda, bahkan dalam daerah yang sama orang yang berbeda bisa memberi nama yang berbeda untuk satu spesies yang sama.

Penggunaan pestisida sangat berhubungan dengan lingkungan hidup sebab memiliki resisten dan resurgensi pada hewan dan tanaman serta manusia. Pestisida berbahan kimia cenderung membunuh semua hewan dan tanaman yang ada termasuk juga kepada manusia jika mempergunakannya tidak hati-hati. Namun, pestisida alami bersifat mengurangi serangan hama, bukan untuk membunuh hama. Pestisida alami tidak akan mematikan predator alami dari hama tersebut sebab cara kerjanya mengusir hama dengan bau tertentu ataupun dengan menghilangkan nafsu makan hama. Hal ini ada pada daun tanaman Sirsak yang bisa repellent (penolak serangga) dan antifeedant (penghambat nafsu makan).

Pengabdian Masyarakat Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) akhir Oktober 2015 juga mengajak masyarakat petani di daerah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) untuk menanam tanaman ramah lingkungan dengan memberikan bibit tanaman Pohon Sirsak untuk ditanam di pekarangan rumah. 

Di samping itu menurut Wakil Dekan III Faperta UMSU Medan Hadriman Khair, SP, M.Sc Pengabdian Masyarakat itu ingin memasyarakatkan pembuatan dan pemakaian pupuk alami karena memang bahan pembuatannya banyak di desa tersebut seperti jerami, rumput, pupuk hijau, pupuk kandang dan lainnya. Para petani umumnya sudah mengenal pupuk alami yang sangat baik bagi tanaman dan ramah lingkungan.

Dosen Faperta UMSU Medan yang melakukan pengabdian masyarakat itu Ir. Darmawati Jaya Sumarta, MP, Ir. Irna Syophia, MP, Ir. Suryawaty, MS, Ir. Gustina Siregar, M.Si, Ir. Fadmin Malau, Dr. Ir. Desi Ardilla, MSi, Dr. M. Said Siregar, S.Si, M.Si, Sri Utami SP, MP, Dafni Mawar Tarigan, SP, MSi dan lainnya menyadari para petani mengetahui pupuk alami itu yang terbaik bagi tanaman dan lingkungan hidup akan tetapi gaya hidup ingin praktis, instan membuat para petani meninggalkannya.

Kembali ke alam merupakan kunci dalam menyelamatkan lingkungan hidup secara total sebab perlakuan alami membuat lingkungan hidup lestari dan para penghuni lingkungan hidup yakni manusia, hewan dan tanaman bisa hidup sehat. Pola hidup alami membuat terhindar dari berbagai bencana.

Pola hidup alami harus dimasyarakatkan mulai dari masyarakat pedesaan sampai kepada masyarakat perkotaan sehingga lingkungan desa dan lingkungan kota terjaga ekosistemnya. Menanam tanaman ramah lingkungan yang sangat banyak jenisnya langkah tepat dilakukan di pedesaan, terutama di perkotaan agar lingkungan hidup menjadi baik.

Seharusnya berbagai tanaman ramah lingkungan seperti tanaman Pohon Sirsak bisa ditanam di pekarangan rumah dan juga di perkotaan bisa dijadikan sebagai tanaman pelindung di tepi jalan sebab mempunyai manfaat sangat banyak, mulai dari melestarikan lingkungan hidup sampai kepada manfaat kesehatan bila dikonsumsi. 

(Penulis Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, pemerhati dan praktisi lingkungan hidup)

()

Baca Juga

Rekomendasi