Oleh: Jekson Pardomuan
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Mikha 7 : 18
Ketika seseorang melakukan kesalahan kepada Anda, apakah Anda bisa langsung memaafkannya atau justru membalasnya. Sikap mau memaafkan hari-hari belakangan ini sangat sulit dilakukan. Apalagi kesalahan yang diperbuat sangat fatal dan membekas di dalam sanubari kita. Mungkin yang ada adalah dendam dan hanya kata maaf di mulut saja, bukan kata maaf yang sesungguhnya.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memaafkan orang lain dengan tulus, ketika ada orang lain berbuat salah dan langsung meminta maaf apakah kita tetap akan menghukum orang tersebut ? Mungkin sebagian orang ingin memberi efek jera, tapi konteksnya salah. Ada misi terselubung dalam pemberian permohonan maafnya.
Firman Tuhan dalam Lukas 10 : 27 – Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Mengasihi Tuhan tapi tidak mengasihi sesama, berarti kita masih memiliki sikap egois dan merasa paling benar. Terkadang, manusia sudah berani memvonis sesama berdosa, menuduh orang telah melakukan penghinaan, memvonis seseorang akan masuk neraka, terkena tulah dan lain sebagainya. Manusia sekarang sudah berani main hakim sendiri dan membunuh orang-orang yang melakukan kesalahan.
Padahal, hidup dan mati seseorang itu ada di tangan Tuhan. Jika memaafkan saja sulit bagaimana dengan mengampuni?, dalam Alkitab jarang memuat kata maaf atau memaafkan, kalimat mengampuni lebih banyak kita temui dalam Alkitab. Injil Matius 18 : 21-35, mengajarkan kepada kita untuk menyikapi bagaimana seharusnya kita bertindak, memaafkan ataukah mengampuni.
Pada ayat 21, saat Petrus bertanya kepada Yesus, sampai berapa kali dia harus mengampuni saudaranya jika berbuat salah apakah sampai 7 kali, Tuhan Yesus memberikan jawaban yang diluar dugaan, seperti yang tertulis dalam ayat 22 : “Yesus berkata kepadanya : ”Bukan! Aku berkata kepadamu : Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Itu artinya bahwa setiap kali ada orang yang berbuat salah kepada kita, sudah seharusnya kita memberikan pengampunan dan tidak menyimpannya dimana pada akhirnya akan timbul menjadi dendam. Menyimpan kesalahan orang lain merupakan akar pahit dalam hati kita, akan menjadi penyakit, ketidak nyamanan, keirian dan kebencian terhadap orang tersebut. Apabila kita berbuat salah kepada siapapun segeralah meminta maaf, jangan sampai kita tunda sampai matahari terbit kembali esok hari.
Tuhan Yesus juga mengajarkan yang lebih dari sekadar meminta maaf, yaitu supaya kita mengampuni. Kata mengampuni mempunyai makna yang lebih dalam, yaitu melupakan, menerima dengan tulus segala kesalahan orang lain dan tidak mengingatnya lagi. Ini sebuah tindakan yang benar-benar sulit dilakukan. Tuhan Yesus memberikan contoh dalam Lukas 23 ayat 34, Yesus berkata; “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Marilah kita belajar mengampuni kepada semua orang yang melakukan kesalahan kepada kita dan meminta maaf segera apabila kita melakukan kesalahan. Jangan merasa terhina ketika harus meminta maaf kepada tukang sapu atau kepada sopir Anda. Kita semua sama dihadapan Tuhan, sama-sama manusia ciptaan Tuhan yang memiliki kekurangan dan kelebihan.
Biarlah kekurangan dan kelebihan kita bisa saling melengkapi, saling mendukung dan saling memaafkan. Alkitab banyak menulis tentang perlunya pengampunan. Dalam Matius 6: 14-15 dituliskan “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Menyimpan rasa bersalah dan menumpuk kesalahan orang lain di dalam hati kita sama saja kita memelihara perasaan dendam terhadap orang lain. Firman Tuhan Efesus 4:32 dituliskan “Bersikap baik satu sama lain, berhati lembut, saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Kemudian dalam 1 Yohanes 1: 9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Belajarlah untuk memaafkan kesalahan orang lain, jangan menyimpan atau menumpuk perasaan bersalah yang akhirnya menjadi bibit penyakit. Penyakit ini bisa menjadi dendam yang berkepanjangan, jika dipelihara terus suatu waktu akan meledak dan membuat kita semakin terbelenggu dengan perasaan bersalah.
Bagi sebagian orang, mungkin untuk memaafkan itu tidak mudah dijalankan. Akan tetapi, ketika kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, sikap mudah memaafkan dan mengampuni akan tumbuh seiring dengan semakin bertumbuhnya iman percaya kita kepada Tuhan. Yesus sendiri rela mati demi dosa kita, apakah kita sebagai manusia ciptaan-Nya tidak bisa saling memaafkan ?
Amin.