Oleh: Hari Murti, S. Sos.
Ada beberapa hal yang menarik untuk kita diskusikan terkait dengan salahsatu regulasi pada mobil komersial oleh otoritas transportasi, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan. Bukan pada tataran substansi operasionalnya, karena sudah pasti penulis tak punya kapasitas untuk membahas soal itu. Kita akan diskusi mengenai istilah atau redaksionalnya, yaitu kata kir/KIR dan kata speksi yang sangat sering disebutkan oleh para pelaku usaha mobil angkutan umum untuk menyebutkan regulasi atas kelayakan operasional mobil-mobil niaga itu.
Agak mengejutkan memang ketika penulis menanyakan kepada supir, pengusaha mobil angkutan umum, atau bahkan kepada petugas Dinas Perhubungan apa sebenarnya arti istilah KIR yang sering mereka sebutkan itu. Mereka cuma senyum-senyum saja, bahkan ada yang menilai saya cerewet. Rupanya, mungkin sebagian saja dari keseluruhan mereka, memang tidak tahu apa itu KIR walau sehari-hari menyebutkannya. "Intinya", kata seorang supir angkutan kota, "KIR itu, ya, KIR-lah. Kalo kata kawan aku orang Dishub, sih, bang, KIR itu singkatan. Tapi singkatan apa, ya, tak tahu juga-lah". Sambil matanya "jelalatan" sebentar menge-gas dan sebentar menge-rem angkot-nya, ia menanyai orang yang berdiri di pinggir jalan, dan lalu bilang "Ah, kok susah-susah kali abang ini, tanyak-lah sama 'Mbah' Google", katanya. Dia malah "mengomeli" saya, "Tapi, hape abang yang mahal punya. Kecuali, sih, tak ada pulsa-nya. Online-lah, online". Katanya. "Ya baiklah kalau begitu" kata saya dengan nada dibuat-buat agak tersinggung.
Belum turun pun dari angkot, saya langsung search di Google. Ternyata, Google, dalam bahasa dan asumsi saya yang memang agak gaptek, meng-oper jawaban atas pertanyaan saya itu kepada Yahoo Answer. Dari sanalah saya tahu bahwa KIR itu sama sekali bukan singkatan, melainkan memang sebuah kata biasa, kir, sehingga tentu tak boleh ditulis dengan huruf kapital. Secara etimologi, istilah Kir itu berasal dari bahasa Belanda, yaitu keur. Informasi dari Yahoo Answer pun terlalu terbatas juga sehingga tak ada penjelasan apa arti keur dalam bahasa Belanda itu. Maka, saya langsung masuk ke Kamus Bahasa Indonesia versi offline, Kir, yang artinya adalah 'pemeriksaan'. Jadi, uji Kir menurut saya kira-kira adalah pemeriksaan dan uji kondisi kelayakan operasional kendaraan niaga roda empat atau lebih, yang kelulusan pemeriksaan dan uji itu kemudian dieksplisitkan berupa speksi. Bagi para pengusaha dan operator kendaraan niaga ini, proses pengujian kelayakan kendaraan itu disebut sebagai mengurus speksi.
"Speksi, eh, apalagi itu, bang", tanya saya pada si sopir itu lagi. "Abang tengok aja-lah disamping kanan body mobil aku ini, ada kertas yang ditempelkan. Aku pun tak tahu kali apa kertas itu disebut speksi, Kir, atau jangan-jangan bukan keduanya" katanya dengan nada yang mulai pasar-an. Setelah turun, hape saya yang menurut si sopir itu canggih langsung bekerja, crek, crek, crek. Beberapa gambar pada kertas itu pun saya ambil.
Sesampai di rumah, langsung saya buka kamus cetak. Tak ada kata speksi atau perkiraan kata alternatifnya, seperti sfeksi, feksi, dan peksi dalam kamus itu. Maka, saya langsung masuk "gigi" dua, yaitu kamus offline di laptop pun dibuka. Hasilnya sama saja, tak ditemukan kata-kata itu. Kurang puas, saya tanya mbah Google lagi agar bisa masuk ke kamus online bahasa Indonesia terbitan Badan Bahasa. Hasilnya, juga sama saja. Kamus online malah menyajikan kata spesifikasi, padahal kata yang saya masukan speksi. Saya agak kecewa.
Maka, saya lihat-lihat lagi tulisan-tulisan yang tertera di dalam kertas yang saya foto itu. Di sana dijelaskan masa berlaku uji berkala, juga dimensi mobil, daya angkut, dan beberapa item lainnya yang tidak begitu jelas terbaca. Jreng, twing, byar, wus, otak saya pun sedikit nyambung. Mungkin maksud mereka spesifikasi, yaitu perincian dari kondisi dan fungsi khusus dari mobil itu yang tertera di kertas itu. Pantas saja "kesaktian" kamus saya mulai dari yang versi cetak, offline, sampai online seperti lumpuh. Rupanya ada semacam erosi kata, yaitu kata spesifikasi menjadi speksi. Bayangkan, kata speksi ini sudah demikian memasyarakat, ditulis di koran, dan mungkin lebih jauh dari itu.
Saya pun kurang puas. Saya ketik kata speksi itu sekali lagi di kolom tanya pada kamus offline. Dan, jawaban yang keluar adalah inspeksi. Tapi, memang sama sekali tak ada kata speksi. Ya sudahlah, saya pun tak bisa sampai pada simpulan pasti, kecuali hanya sampai pada asumsi bahwa mungkin maksud mereka dengan kata speksi itu adalah spesifikasi atau inspeksi yang artinya pemeriksaan secara dengan saksama, yang dalam hal ini adalah pemeriksaan terhadap kelayakan kendaraan. ***
Penulis adalah Pamong Bahasa Sumatera Utara tahun 2014 oleh Badan Bahasa.