Oleh: Fahrin Malau. Natal adalah momen yang ditunggu-tunggu bagi umat Kristiani. Namun, merayakan Natal tanpa keluarga, rasanya kurang sempurna. Berkumpul bersama keluarga memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang merayakan, seperti diungkapan salah seorang mahasiswa swasta di Medan, Kristin Purba yang selalu pulang kampung di Tanah Karo.
Merayakan Natal, ungkapnya, terasa hambar dan sepi jika tidak bisa kumpul keluarga. Baginya, ibadah Natal keluarga sesuatu yang amat berharga. “Kalau semua keluarga dapat berkumpul, rasanya kasih Kristus itu ada. Indah. Kami bisa rasakan dan hayati bersama.”
Beberapa tahun belakangan, Kristin cukup gembira karena bisa merayakan Natal bersama keluarga. Dulu, sewaktu masih SMA, Kristin kerap merayakan Natal hanya sebatas rutinitas, tanpa ada hikmah yang bisa dinikmati. Apa sebab? Ayahnya tak pernah ikut kebaktian keluarga.
Hal sama juga dirasakan Darmin, seorang praktisi saham. Setiap Natal tiba, menurutnya, selalu memberikan kesempatan untuk refleksi kasih Tuhan kepada manusia dan membangkitkan semangat untuk mengasihi sesama.
Berkumpul dengan keluara di hari Natal merupakan hal yang indah. Sebab akibat rutinitas setiap hari, berkumpul menjadi hal yang sulit dilakukan.
Saat Natal, segala rutinitas sejenak ditinggalkan dan berkumpul bersama keluarga merasakan saling kasih.
Vincent Wijaya berbeda pula. Meski bukan beragama Kristen, setiap Natal tiba dia menghiasi rumah dengan ornamen Natal. Ini dilakukan untuk menghormati pembantu rumah tangga yang beragama Kristen. “Bagi saya semua agama itu baik. Tidak ada salahnya bila saya memberikan kesempatan kepada pembantu saya yang beragama Kristen untuk merayakan Natal,” jelasnya.
Begitu juga dengan perayaan agama lainnya, ornamen keagamaan tetap menghiasi rumahnya. Baginya dengan hiasan ornamen keagamaan, rumah terasa indah. Hal itu sudah dilakukannya sejak lama.
Lain pula cerita Maria Manalu. Kasih Kristus menurutny memperbarui dirinya dan keluarganya. Natal menjadi momen terindah jika ada kasih. Kasih yang ditunjukkan lewat perbuatan dan tindakan nyata.
Hal yang ditunjukkan Maria kepada keluarganya, dengan rela berlelah-lelah memasak kue kembang loyang dan kue bawang sebagai cemilan saat perayaan Natal di rumahnya. Keluarga Maria menetap di Tarutung, Tapanuli Utara.
Sukacita juga dirasakan Natalia yang setiap Natal pulang ke kota Sidikalang, Dairi. Kumpul-kumpul keluarga di perayaan Natal telah menjadi agenda utamanya. Natal seakan berarti berkumpul lagi menikmati kasih Tuhan di dalam keluarga.