Planet Sedna Mengitari Matahari

SEBUAH obyek luar angkasa miste­rius tidak terdefinisikan ditemukan satelit NA­SA beberapa waktu lalu. Obyek yang d iselimuti debu dan tidak bercahaya bin­tang tersebut diketahui menyebabkan gang­guan pada sudut kemiringan sumbu bu­mi serta orbit bumi.

Tidak hanya itu saja, Obyek yang kemu­dian diberi nama Pla­net Sedna ter­sebut juga dilaporkan pernah mengganggu orbit Neptunus dan Uranus.

Planet yang ditemukan oleh astronom Chad Trujillo (observatorium Gemini), Da­vid Rabinowitz (Universitas Yale) dan Mike Brown (Caltech) ini hanya bisa dili­hat menggunakan teropong berdiameter besar dengan sensor CCD beresolusi tinggi.

Lalu dipelajari karakteristik objek langit yang diduga sebagai penyebab terben­tuk­nya Sabuk Asteroid ini. Berikut ulasan mengenai Sedna, planet ke sepuluh dan teori kemunculannya. Sejak penemuannya para astronom ma­sih memperdebatkan Sedna, termasuk se­buah planet, atau sebuah komet, atau aste­roid. Ada pula yang berpendapat bah­wa Sed­na bukan sebuah planet melainkan planetoid.

Planet Sedna yang terletak di awan Oort ini memiliki diameter menyerupai diameter Pluto yakni sekitar 1.180 - 2.360 km. Karena jaraknya tiga kali jarak Pluto ke matahari, planet ini memiliki suhu yang sangat dingin sekitar -240° Celcius.

Jika dilihat dari komposisi kimia pe­nyu­sunnya, Sedna memiliki komposisi pe­nyusun yang menyerupai sebuah planet, ter­diri dari metana beku, es beku dan un­­sur lainnya. Warna Sedna yang paling me­­rah di antara benda tata surya lainnya membuatnya tampak seperti planet Mars.

Namun, jika dilihat dari ukurannya yang kecil dan bentuk orbitnya yang sangat lonjong membuatnya tampak seperti ko­met tanpa pijaran ekor.

Apabila mengacu pada pendapat ilmu­wan yang mengatakan bahwa planet me­rupakan benda langit yang memiliki massa lebih padat jika dibandingkan dengan mas­sa total benda langit di sekitarnya dalam orb­it yang sama, maka Sedna bisa dika­takan memiliki karakeristik seperti planet maupun komet.

Definisi

Hal inilah yang menyebabkan para ilmuwan akhirnya menciptakan definisi baru mengenai planet. Sebagai hasilnya, pada tahun 2006 ilmuwan mengeluarkan Pluto dari klasifikasi planet kemudian me­ma­sukkannya ke dalam klasifikasi planet kecil bersama dengan Sedna, Xena, Eris, Huamea dan lainnya.

Meskipun masih terdapat perbedaan me­ngenai Sedna, para astronom sepakat bah­wa Sedna merupakan anggota dari tata surya kita mengingat orbitnya yang ma­sih mengitari matahari.

Munculnya Sedna beserta benda langit di tepi dalam awan Oort lainnya hingga kini masih diperdebatkan. Namun, secara garis besar ada 3 teori yang mengemu­ka­kan bagaimana planet-planet kecil tersebut muncul di sistem tata surya kita.

Teori pertama menyatakan bahwa pla­net Sedna beserta benda langit lainnya yang berada di tepi dalam awan Oort me­­­­rupakan planet terluar tata surya yang pada saat kelahirannya tertangkap oleh gaya gravitasi matahari karena ja­raknya yang berdekatan.

Teori kemunculan planet Sedna selan­jutnya yakni adanya pla­net yang dilon­tar­kan keluar dari area sistem planet raksasa sehingga mengganggu benda-benda langit di awan Oort dan Sabuk Kuiper.

Teori terakhir munculnya planet Sedna yakni terjadinya papasan antar bintang ketika tata surya mulai terbentuk. Papasan ini mengakibatkan sebagian obyek tertarik ke tepi dalam awan Oort.

Begitulah sekilas tentang pembahasan mengenai planet Sedna dan teori kemun­cu­lannya. Membahas tata surya yang sa­ngat luas ini seakan tak ada habisnya, ma­s­ih ada ratusan benda langit di luar sa­­na selain Sedna yang menunggu untuk ditemukan. (adc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi