Memberitakan Kabar Baik

Oleh: Jekson Pardomuan

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"- Roma 10 : 16

Setiap hari ketika bangun pagi, kabar apa yang masuk ke dalam pikiran kita ? Kabar baikkah atau kabar buruk ? Kalau berdasarkan pengamatan kasat mata dan kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, bangun pagi ketika menghidupkan televisi kabar buruk langsung masuk ke otak kita. Mulai dari masalah korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, penipuan dan kekerasan lainnya. Saat menyaksikan sinetron Indonesia, topiknya menampilkan perbedaan antara si kaya dan si miskin dengan cara yang salah, anak sekolah sudah menggunakan motor dengan sesukanya, anak sekolah memakai rok diatas lutut atau rambutnya yang dicat warna-warni.

Begitu koran datang, berita utamanya tentang hal-hal negatif seperti LGBT meminta diakui secara sah di Indonesia, berita kekerasan dalam rumah tangga, polisi menggrebek rumah bandar narkoba dan berita kabar buruk lainnya.

Sementara kabar baik jarang kita peroleh. Kalau kita rajin ke gereja, berarti hanya satu kali dalam seminggu kita mendengar kabar baik, kabar baik tentang firman Tuhan. Kabar baik lainnya adalah anak kita berulang tahun, lulus ujian, diterima bekerja atau yang lainnya.

Firman Tuhan dalam Lukas 7 : 22 dituliskan “Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”

Kabar baik seringkali tertutupi kabar buruk. Ketika kita melangkah dari rumah menuju kantor, dijalan raya kita sudah direcoki dengan kabar buruk. Penjual koran menunjukkan HL berita koran hari ini tentang penangkapan terduga teroris, pembunuhan, begal, perampokan dan yang lainnya. Saat membaca judul ini, kabar buruk tadi langsung menutup kabar baik yang tadi kita dapat di rumah. Perilaku manusia berlalulintas pun saat ini sudah semakin tidak manusiawi. Lampu merah dianggap hijau dan lampu hijau jalan terus. 

Suara klakson membahana tanpa pernah memikirkan bahwa kondisi lalu lintas yang sedang macet dan lampu rambu lalu lintas masih merah. Ini semakin membuat kita merana dan kabar buruk tentang hal itu mendominasi pemikiran kita.

Amsal 25 : 25 menuliskan “Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.”

Sebuah ilustrasi menceritakan tentang seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas. Ia selalu memberitakan kabar baik kepada murid-muridnya. Akan tetapi, dari puluhan murid yang diajar ada saja yang membelot dan membalikkan kabar baik tadi menjadi kabar buruk. Saat si anak sampai di rumah ia memberitakan kabar buruk kepada orangtuanya. Si anak berkata bahwa gurunya kejam dan membebani mereka dengan banyak pekerjaan rumah (PR).

Padahal, murid yang lain tidak pernah merasa apa yang diberikan gurunya sebagai beban, Suatu waktu, guru kelas tadi dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk mengikuti rapat. Ia menitipkan kelas kepada ketua kelas. “Anak-anak, saya akan ke kantor kepala sekolah sebentar. Saya percaya kalian tidak akan ribut. Kerjakan tugas kalian sementara saya pergi. Ketua kelas tolong dicatat kalau ada yang rebut,” kata gurunya. 

Begitu guru meninggalkan kelas, suasana 15 menit pertama masih aman, menik ke 20 keributan mulai pecah. Ketika tiba-tiba guru kembali dari ruang kepala sekolah dan masuk ke dalam ruang kelas, gurunya terkejut melihat perilaku dua orang muridnya. Yang satu nakal dan sengaja melemparkan penghapis ke kepala temannya yang tengah mengerjakan tugas matematika. Sementara yang satu lagi sedang duduk dengan tenangnya di meja guru. Mereka tidak sadar kalau guru mereka sudah datang.

Saat kedua murid tadi melakukan aksinya masing-masing, ketua kelas sudah memperingatkan dan mencatatnya. Tapi tetap saja kedua anak murid tadi tidak perduli. Saat guru menghardik mereka barulah mereka sadar bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah. Bagi murid-murid lainnya, kedatangan guru kembali masuk ke kelas adalah kabar baik yang sangat positif. Tapi tidak bagi dua orang murid yang nakal tadi. Kedatangan guru yang tiba-tiba adalah kabar buruk bagi mereka karena tidak bisa melakukan aksinya lebih lama.

Kabar Baik Menyegarkan Tulang

Ilustrasi ini mengingatkan kita tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Bagi sebagian orang, berita kedatangan Yesus untuk yang kedua kalinya merupakan kabar baik. Namun bagi orang tertentu, kedatangan Yesus menjadi kabar buruk. Karena mereka tidak bisa lagi berleha-leha melakukan Dalam Perjanjian Baru, hal itu dapat berarti sebuah peringatan sekaligus janji, seperti dalam bacaan hari ini yang terambil dari Lukas 12. Kabar itu dapat dibilang hal-hal buruk yang tidak dikehendaki Tuhan. Kabar kedatangan Yesus untuk yang kedua kalinya dianggap sebagai berita baik atau buruk, tergantung kepada siapa yang mendengarnya. 

Kedatangan Yesus yang kedua kalinya kedengarannya menjadi suatu kabar yang luar biasa jika Dia datang pada hari Minggu pagi. Namun, jika Dia datang dalam sisa minggu itu, apakah kita siap menyambut kedatangan-Nya? 

Yesus akan kembali! Dia mungkin akan kembali dengan segera, atau mungkin dengan tiba-tiba. Apakah itu kabar baik atau buruk? Semuanya tergantung kepada Anda. 

Setiap hari, kita berhadapan dengan berbagai persoalan. Mari merenungkan firman Tuhan yang berkata “Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita.”- Kisah Para Rasul 13 : 26.

Itu sebabnya, saat kita menghadapi masalah, apakah kita hanya berkutat dengan masalah kita sendiri, ataukah kita menyadari bahwa ada tugas lain yang harus tetap dilakukan ? 2 Korintus 5:20 menyatakan bahwa kita, Anda dan saya adalah Utusan Kristus. Roma 10 : 15 menuliskan “Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" Dalam segala kondisi, sebagai murid yang telah diutus, kita harus tetap berjuang mencari dan menyelamatkan jiwa yang terhilang. Mengapa? Sebab saat itulah kualitas iman dan kasih kita akan terbukti.

Memberitakan kabar baik adalah suka cita yang sungguh luar biasa. Karena, ketika kita mendengar kabar baik maka kita akan bergembira dan bersyukur kepada Tuhan. Amsal 15 : 30 menuliskan “Mata yang bersinar-sinar menyukakan hati, dan kabar yang baik menyegarkan tulang.” Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi