Oleh: Syafriana Sitorus
INDONESIA merupakan negara tropis dan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia selain Negara China dan India. Oleh karena itu, penyebaran penyakit pun mudah terjadi di negara ini khususnya untuk penyakit menular. Penyakit menular merupakan penyakit yang berasal dari bakteri dan virus dan bisa ditularkan melalui pernafasan (inhalasi) atau droplet, hubungan seksual, jarum suntik, dan lain-lain. Tuberkulosis (TBC) adalah contoh penyakit menular di Indonesia yang masih menjadi “PR” dunia.
Menurut Global Report WHO (2014) bahwa jumlah penderita TB paru di dunia sebanyak 9 juta orang termasuk 1.1 juta orang di antaranya dengan kasus HIV. 1,5 juta orang meninggal dunia dengan 360.000 orang di antaranya positif HIV. Sedangkan, TB-MDR ada 136.000 kasus yang terdeteksi pada tahun 2013 meningkat dari 52.825 kasus yang terdeteksi pada tahun 2009.
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang lazimnya menyerang paru-paru ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini disebabkan oleh kuman TB (Mycrobacterium tuberkulosis) yang ditularkan melalui udara saat penderita batuk atau melalui dahak yang dibuang sembarangan. Tuberkulosis biasanya menyerang organ paru-paru tetapi juga bisa menyerang organ tubuh lainnya seperti tulang dan kelenjar limfa. Penatalaksanaanya juga tergantung pada jenis Tuberkulosis yang diderita pasien. Kasus ini masih meningkat sementara dana yang dikeluarkan setiap tahunnya dalam menuntaskan penyakit ini sangat besar termasuk dari dana internasional untuk tiga penyakit dunia (Tuberkulosis, Diabetes mellitus, dan HIV/AIDS).
Klasifikasi Tuberkulosis
Berdasarkan organ tubuh yang terkena, tuberkulosis terbagi atas dua yaitu Tuberkulosis paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru dan Tuberkulosis ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ lainnya seperti selaput otak, selaput jantung (pericardium), tulang, kulit, ginjal, kelenjar limfa dan lain-lain. Klasifikasi ini diketahui dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan berdasarkan sample dahak Sewaktu-Pagi- Sewaktu (SPS) yaitu (Kemenkes RI, 2014):
·S (Sewaktu): dahak ditampung pada saat Suspek TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, Suspek TB membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
·P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
·S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Pemeriksaan radiologis biasanya melalui Foto Thorax (dada) untuk melihat lokasi lesi tuberkulosis bisa berada di lobus atas atau lobus bawah. Foto akan menunjukkan daerah yang telah diinfeksi oleh kuman sehingga akan nampak kabur. Foto ini hanya bisa dibaca oleh dokter spesialis paru atau spesialis penyakit dalam untuk penegakan diagnosa lanjut.
Pengobatan Tuberkolosis
Pasien yang telah dinyatakan positif TB dibuktikan dengan pemeriksaan BTA(+) atau Foto Thorax(+) akan dilanjutkan dengan pengobatan lengkap. Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) merupakan paket pengobatan 6 bulan dari strategi nasional DOTS (Direct Observed Treatment Short-course) meliputi:
(a) Fase Intensif/Awal untuk menurunkan jumlah bakteri yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil bakteri yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pada fase ini, pasien meminumum obat berwarna merah (RHZE) setiap hari selama 2 bulan. Akan terlihat perubahan klinis pada pasien selama 2 minggu pertama.
(b) Fase Lanjutan untuk untuk membunuh sisa-sisa bakteri yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pada fase ini, pasien meminum obat berwarna kuning (RH) setiap dua hari sekali selama 4 bulan.
Paket obat tersebut harus diminum oleh pasien secara teratur pada pagi hari sebelum sarapan. Hal ini dimaksudkan agar kuman TB tidak aktif di pagi hari. Sehingga pasien tidak merespon untuk batuk.
Tabel Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Efek Sampingnya
Pengobatan di atas akan ditentukan oleh petugas tuberkulosis puskesmas atau rumah sakit untuk menentukan pasien tergolong Kategori 1 (pasien baru BTA(+), pasien terdiagnosa klinis, pasien ekstra paru) atau Kategori 2 (pasien kambuh, pasien gagal pada pengobatan awal, pasien putus obat) atau Kategori 3 (pasien BTA(-) Thorax(+)). Setelah diketahui kategorinya, pasien ditimbang berat badannya (BB) untuk menentukan jumlah obat yang dimakan per harinya. BB 30-37kg (2 tablet), BB 38-54kg (3 tablet), BB 55-70kg (4 tablet) dan khusus untuk kategori 2 akan mendapat tambahan Injection/suntikan per harinya (500mg – 750mg – 1000mg sesuai BB).
Semua paket pengobatan tersebut didapat secara gratis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdekat termasuk untuk cek dahak yang dilakukan minimal 3 kali selama masa pengobatan. Cek dahak 1 dilakukan saat pasien diduga sebagai Suspek TB. Cek dahak 2 dilakukan saat pasien sudah selesai 2 bulan pertama dengan hasil BTA(-) sehingga bisa dilanjutkan ke fase lanjutan. Cek dahak 3 saat pasien telah selesai pengobatan selama 6 bulan agar pasien bisa dinyatakan sembuh atau tidak.
Pengobatan pendukung lainnya yang dianjurkan dokter atau petugas kesehatan yang menangani masalah Tuberkulosis yaitu pasien dianjurkan untuk memakan makanan yang banyak mengandung protein dari ikan, telur, tempe, kacang hijau serta meminum susu bubuk atau buah-buahan untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien. Pasien juga dianjurkan untuk memakai masker minimal pada fase intensif pengobatan serta menutup mulut ketika bersin atau batuk.
Pasien harus menghindari makanan-makanan yang mengundang untuk batuk seperti goreng-gorengan, es, durian, dan lain-lain. Anjuran terakhir adalah pasien harus banyak istirahat, nafsu makan meningkat, berhenti merokok, minum alkohol, hindari angin malam serta tidak membiasakan diri lagi untuk bergadang malam.
(Penulis adalah mahasiswa FKM USU, Mahasiswa Berprestasi USU Tingkat Nasional dan Internasional 2015, asal Tanjungbalai)