Oleh: Jekson Pardomuan
“Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata : “Ambillah, inilah tubuhKu.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah”.-Matius 14 : 22 – 25
Ayat firman Tuhan diatas selalu diucapkan setiap kali kita makan roti dan minum anggur pada perjamuan kudus. Apa makna perjamuan kudus bagi umat Kristen ? Sebelum ambil bagian dalam Perjamuan Kudus, pendeta atau gembala sidang akan mengingatkan jemaatnya sekiranya ada hal-hal yang menjadi batu sandungan dengan sesama, maka mereka upayakan untuk membereskannya terlebih dahulu.
Perjamuan Kudus adalah sesuatu yang sakral, perlu dijaga nilai-nilai kesakralannya. Lalu pemahaman sebahagian orang Kristen sendiri tentang Perjamuan Kudus itu sendiri? Ketika kita meyakinkan diri untuk menerima Perjamuan Kudus, maka kita akan merasa bahwa roti dan anggur adalah tubuh dan darah Kristus yang telah rela mati demi kita orang berdosa.
Perjamuan Kudus juga dimaknai sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia. Melalui Perjamuan Kudus kita diingatkan bahwa suatu peristiwa agung telah terjadi melalui kematian Yesus di kayu salib, menumpahkan darah-Nya untuk menebus kita. Roti dan anggur adalah tanda, sebagai sarana untuk lebih menguatkan iman percaya kita kepada Dia (Yesus) yang telah berkorban untuk kita.
Roti dalam Perjamuan Kudus adalah mengenai tubuh-Nya yang dipecah-pecahkan, dalam arti tidak ada satupun tulang-Nya yang patah, namun tubuhnya disiksa sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikenali. Anggur menyatakan darah-Nya, menunjukkan kematian yang mengerikan yang dialami-Nya. Dia, sang Anak Allah yang sempurna, menjadi penggenapan dari begitu banyaknya nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai sang Penebus.
Ketika Yesus berkata, seperti yang dikutip oleh Rasul Paulus, ”Lakukanlah ini untuk menjadi peringatan akan Aku,” mengindikasikan bahwa upacara ini harus diteruskan di hari-hari yang akan datang.
Perjamuan Kudus yang kita laksanakan lebih bermakna sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita, karena syarat untuk dapat ikut dalam perjamuan kudus ialah bahwa kita harus membersihkan hati dan pikiran kita sedemikian rupa sehingga keikut sertaan kita makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu.
Perjamuan Kudus merupakan tempat di mana Allah menawarkan diri-Nya melalui korban Kristus kepada kita, anugerah yang sempurna menjadi milik kita, jika kita menerima Dia melalui iman. Dia menawarkan tubuh-Nya yang disalibkan dan darah-Nya yang ditumpakan itu kepada kita melalui Firman supaya kita mendapat bagian di dalamnya dan pemberian itu dimateraikanNya melalui tanda yang nyata yaitu Perjamuan Kudus.
Karena itu, janganlah membiarkan perayaan itu menjadi upacara yang mati dan formal, atau datang ke gereja untuk mengikuti perjamuan dengan dosa yang masih belum diakui. Sesuai dengan instruksi Paulus, setiap orang harus memeriksa dirinya sendiri sebelum makan roti dan minum dari cawan dalam Perjamuan Kudus.
Dalam 1 Korintus 11 : 24 - 26 dituliskan — “Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan AKU!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian TUHAN sampai Ia datang.”
Sesungguhnya, ketika kita menerima perjamuan kudus, kita sedang menyatakan kepada dunia bahwa Tuhan Yesus telah mati untuk menyelamatkan umat manusia. Kematian Yesus adalah untuk penebusan dosa semua orang yang percaya kepada-Nya. Seringkali kita jatuh dalam dosa, namun perjamuan kudus mengingatkan kita bahwa ada pengampunan dan penyucian atas dosa-dosa kita.
Ketika kita menikmati perjamuan kudus, kita menikmati berkat Tuhan. Dan berkat ini bukan hanya untuk diri kita tetapi untuk dibagi-bagikan kepada orang lain. Dan kalau kita memberi kita pasti akan menerimanya. Setiap kita menabur maka kita akan menuai. Kita menerima berkat dan harus menjadi berkat bagi orang lain.
Ingat firman Tuhan yang dituliskan dalam 2 Korintus 9 : 6 - 8 — “ Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan."
Bulan ini kita diingatkan kembali tentang peringatan hari Kematian Yesus. Semoga peringatan kematian-Nya dapat menumbuhkan iman percaya kita dan memberitakan kematian-Nya kepada semua orang, agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa tetapi beroleh hidup yang kekal. Amin.