Stasiun Kereta Api di Kota Binjai Sumatera Utara. Letaknya di Binjai Timur. Bangunan ini khas bergaya kolonial dan menjadi tempat singgahnya kereta api yang melewati 'Kota Rambutan' ini.
Diperkirakan didirikan sejak tahun 1883 dan dioperasikan sejak zaman kolonial hingga kini, stasiun ini tampak tidak banyak perubahan. Meski sempat tidak beroperasi sesaat, stasiun ini tetap mencuri perhatian masyarakat. Hanya memang ada penambahan warna, biru dan putih serta coklat, yang tampak membuatnya sedikit berbeda.
Arsitek, Peranita Sagala, mengakui bangunan ini masih terawat dibanding stasiun lama yang lainnya. Gaya arsitekturnya persisi seperti berada di zaman keemasan Belanda saat ada di Indonesia dahulu.
"Cantik sebenarnya. Tapi, sepertinya, tetap ada tuntutan modernisasi. Namun, kalau (bangunan) ini tetap dipertahankan, sangat bagus. Apalagi, kesan moderen dan peningkatan kualitas ruangnya lebih diutamakan," ujarnya saat ditanya tentang bentuk bangunan ini.
Peranita juga belum mengetahui informasi pasti apakah bangunan khas ini sudah terinventarisir sebagai cagar budaya. Namun, yang jelas, stasiun ini, katanya, termasuk bangunan operasional yang paling terawat. Apalagi, ditambah nuansa kolonialnya yang masih jelas tampak. "Kalau di Sumut, ya tinggal yang di Binjai," ujarnya.
Bangunan ini bergaya klasik, tapi tetap memukau. "Sangat cantik kalau difoto dan memperlihatkan bagian plafonnya. Tepatnya, di selasar dekat tempat menaiki kereta," ungkapnya.
Selain itu, bagian jendela juga memberikan kesan menarik. "Di bagian jendela itu juga sangat bagus. Apalagi, kalau lihat besi penggantung signasi yang berwarna biru. Bagian itu sangat khas kolonialnya," paparnya.
Dibandingkan stasiun kereta api di Medan, dia juga mengaku lebih tertarik melihat yang di Binjai.
Karena itu, jika bangunan dengan gaya arsitektur yang khas ini tidak dirawat, apalagi diganti dengan yang lebih moderen, mungkin warga akan kehilangan memori tentang keindahan bangunan di masa kolonial. "Lebih bagus tetap dipertahankan," tambahnya.