Pesan Waisak 2560 Sangha Agung Indonesia:

Transformasi Mental dengan Damai dan Harmoni

Oleh: Mahathera Nyana Suryanadi.

Purnamasiddhi di bulan Waisak telah tiba. Bulan purnama yang di tunggu oleh umat Buddha untuk mengingat dan merenungkan makna spiritual dan semangat dalam tiga peristiwa besar sebagai bentuk penghormatan kepada Buddha. Tiga peristiwa ini adalah lahirnya Pa­ngeran Siddharta Gotama di Lum­bini, di taman yang indah tahun 623 SM. Beliau adalah Bodhisatta yang turun ke bumi dari surga Tusita untuk menjadi Buddha (M.III.120). Penca­paian Pencerahan Sempurna (sam­mâsambuddha) Bodhisatta Siddhar­ta Gotama atau keberhasilan dalam merealisasi Nibbana dan menjadi Buddha di Bodhgaya, dibawah pohon Bodhi tahun 588 SM (M.I.­249). Meninggal (parinibbana) Buddha Sakyamuni di Kusinara, di antara dua pohon Sala kembar tahun 543 SM (D.II.156). Tiga peristiwa besar yang terjadi pada purnama di bulan Waisak merupakan totalitas kehidupan yang penuh dengan dedikasi dan karya besar bagi spiritual dan kemanusiaan meru­pakan transformasi mental dengan damai dan harmoni.

Buddha telah menunjukan jalan spiritual untuk menyeberangi lautan samsara menuju pembebasan. Penca­paian kesempurnaan meru­pakan proses transformasi secara bertahap yang dapat direalisasi oleh semua manusia. Pesatnya perkem­bangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini telah mampu mencip­takan kendali yang sangat hebat terhadap alam, namun kekuatan ini tanpa kendali kebijaksanaan sangat­lah berbahaya. Maka diperlukan kemampuan meli­hat perubahan dengan menyeim­bangkan kemam­puan modern dengan kebijaksanaan kuno yang telah direa­lisasi oleh Buddha.

Buddha Sakyamuni telah menga­jarkan hukum perubahan (anicca) dan saling ketergantungan agar kita dapat merealisasi kebenaran ini secara bertahap. Sikap mental seseorang merupakan faktor utama dalam pencapaian keberhasilan dan kesuksesan. Proses transformasi ter­jadi setiap saat tanpa pernah berhenti, kemampuan memahami perubahan sebagaimana mestinya merupakan praktik Dharma dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran. Lewat pembiasaan dan pelatihan mindfulness yang terus menerus akan dapat mengubah diri sendiri. Pelatihan batin yang sistematis akan menumbuhkan kebahagiaan, sehing­ga transformasi mental yang asli lewat pemilihan dan pemusatan perhatian penuh dengan sengaja pada sikap-sikap mental positif dan pemahaman mendalam terhadap sikap-sikap mental negatif. Mengu­bah cara memandang diri sendiri, melalui belajar dan memahami dapat menghasilkan dampak yang sangat nyata pada cara kita berinteraksi dengan orang lain dan cara menjalani hidup seharihari.

Proses transformasi diri dan trans­formasi sosial menjadi penting dalam upaya melakukan dan mene­pis tinda­kan radikal dan perilaku kejam (teroris) terhadap kemanu­siaan. Tindakan radikal, kekerasan, dan teror secara alamiah tidak benar bila me­ngatakan bahwa kita dilahir­kan de­ngan ke­cen­de­rungan bawaan untuk perang atau berbuat kejam. Kecende­rungan untuk membentuk ikatan yang akrab dengan sesama, mengusahakan kesejahteraan orang lain selain diri sendiri, berakar kuat dalam sifat dasar manusia. Mengu­lurkan tangan meno­long orang lain sama mendasarnya de­ngan kecen­derungan alami untuk berko­muni­kasi, semua orang dilahir­kan dengan benih kasih dalam diri, mampu mengendalikan emosi-emosi mereka sendiri, dan meneladankan sikap pengasih.

Tekad yang teguh untuk transfor­masi mental dengan damai dan har­moni dapat belajar mengambil lang­kah-langkah positif untuk memba­ngun hidup bahagia. Mema­hami konsep ketidakkekalan (inper­ma­nence) memainkan peran sentral dalam pola pikir Buddhis, dan perenungan ini merupakan sebuah latihan pokok. Kontemplasi atau perenungan tentang ketidak­kekalan mempunyai dua fungsi utama yang vital dalam jalan ke-Buddha-an. Pertama pada tataran paling men­dasar atau dalam pengert­ian sehari-hari perenungan ketidak­kekalan diri sendiri pada kenya­taanya hidup ini berubah dan tidak pernah tahu kapan kita mati. Ketika perenungan ini dipadukan dengan keyakinan ten­tang istimewa­nya kehidupan manu­sia dan ke­mung­kinan dicapainya kebebasan spiri­tual, pembebasan dari pende­ritaan dan siklus kelahiran kembali yang tiada akhir, pere­nungan ini berfungsi meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik mung­kin, dengan menjalankan latihan-latihan batin yang membawa pembe­basan. Kedua pada tataran lebih mendalam, perenungan tentang aspek-aspek ketidakkekalan yang lebih samar, semua gejala alam, merupakan tahap pencarian sese­orang untuk mema­hami sifat dasar realitas sejati dan melalui pemaha­man ini akan mem­buang kebodohan sebagai sumber utama penderitaan.

Perenungan terhadap perubahan ini mempunyai makna yang nyata sekali dalam kehidupan umat Buddha. Apabila memandang kon­sep ketidakkekalan dari sudut pan­dang perubahan berarti mem­punyai aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang tetap ada adalah bahwa hidup senantiasa berubah. Sikap meneri­ma, atau me­ngakui bahwa perubahan adalah sua­tu yang alami dalam interak­siinte­raksi dengan orang lain, dapat me­main­kan peranan yang sangat pen­ting dalam hubungan kita. Faktor utama yang memungkinkannya me­ngatasi situasi sulit dengan damai dan harmoni adalah kemampuan mengubah perspektif (cara pandang) situasinya dari titik pandang yang berbeda. Dengan mempraktikkan­nya orang dapat menggunakan pe­nga­laman tertentu, tragedi tertentu untuk mengembang­kan kedamaian batin.

Secara umum begitu anda masuk ke dalam situasi sulit, mustahil mengubah sikap anda hanya dengan menerapkan sikap sekali atau dua kali pola pikir yang berbeda. Peru­bahan hanya terjadi lewat belajar, berlatih, dan membiasakan diri dengan cara pandang baru yang me­mungkinkan anda mengatasi kesuli­tan itu. Menatap kebahagiaan sebagai sebuah sasaran yang nyata dan keputusan yang sadar untuk merealisasikan secara sistematis dapat mendatangkan perubahan (transformasi) besar sekali pada sisa hidup kita. Kata kunci memahami kondisi yang alamiah seperti kelahi­ran,penuaan, sakit, kematian, ber­kum­pul dengan apa yang tidak me­nyenangkan, berpisah dengan apa yang menyenangkan, tidak menda­pat apa yang diinginkan adalah penderitaan (S.V.422). Penderitaan anda akan menghasilkan sebuah makna baru karena digunakan sebagai landasan bagi suatu latihan religious atau latihan rohani.

Proses transformasi mebutuhkan keyakinan, tekad, aksi, dan usaha. Belajar dan pendidikan penting karena kegiatan ini membantu mengembangkan keyakinan tentang perlunya berubah dan meningkatkan komitmen. Keyakinan untuk beru­bah ini selanjutnya berkembang menjadi tekad. Berikutnya, orang mengubah tekad menjadi aksi, tekad yang kuat untuk berubah memung­kinkan seseorang berusaha secara berkelanjutan untuk menerapkan perubahan-perubahan penting dan akhirnya usaha merupakan faktor penting yang menentukan transfor­masi dengan damai dan harmoni. Latihan meditasi ketenangan dan sadar penuh (satipa??hana) meru­pakan upaya untuk menepis sikap-sikap mental negatif seperti kebo­dohan, kebencian, dan keserakahan, kemudian menumbuhkan sikap-sikap positif seperti cinta kasih, welas asih, simpati, keseimbangan batin, dan toleransi.Semoga momentum Waisak 2560 BE tahun 2016 ini me­nginspirasi pentingnya menum­buhkembangkan kekuatan keyaki­nan, usaha, kesadaran, samadi, dan kebijaksanaan agar kita dapat meneladani Buddha di dalam proses transformasi mental dengan damai dan harmoni. Semoga semua makh­luk hidup berbahagia.

Sadhu! Sadhu! Sadhu!

*Penulis adalah Ketua Umum Sangha Agung Indonesia.

()

Baca Juga

Rekomendasi