Dari Komik Jepang ;

Menggambar Manga

Oleh: MH Heikal.

Manga merupakan ko­mik yang diperkenalkan per­tama kali di Je­pang. Diawali pada zaman Edo (16­03-1867). Dimana seorang pemahat kayu dan pelukis bernama Katsu­shika Hokusai (1760-1849), men­cip­takan istilah “hokusai manga” pada serial sketsanya yang berjumlah 15 serial. Di­terbitkan pada tahun 1814. Ho­­kusai berasal dari dua huruf Chi­na yang memiliki arti “gam­bar ma­nusia untuk men­ce­ritakan sesuatu”.

Kata manga semakin mun­cul ke da­lam penggunaan isti­lah umum di Je­pang pada akhir abad ke-18. De­ngan diterbit­kan karya-karya seperti Santo Kyoden buku bergambar Shiji no yukikai (1798). Pada awal abad ke-19 dengan karya-ka­rya seperti Ai­kawa Minwa ini Manga hyakujo (1814). Buku-buku terkenal Hokusai Manga (1814-1834) mengan­dung ber­­bagai macam gambar dari sketsa dari seniman terkenal Uki­yo-e Ho­kusai. Rakuten Ki­tazawa (1876–1955) pertama kali menggunakan kata manga dalam pengertian mo­dern. Osamu Tezuka (1928-1989) mem­­­bawa sejarah baru di du­nia ma­nga Jepang. Karyanya yang terkenal adalah Tetsuwan Atom, (versi Indonesia dan Ing­gris: Astro Boy). Manga ini diadaptasi dari novel Treasu­re Island karya Robert Louis Stevenson.

Sebenarnya kata manga di­gu­na­kan khusus untuk membi­carakan ten­tang komik Jepang. Sesuai dengan gaya yang di­kembangkan di Jepang pada akhir abad ke-19. Manga sen­diri dalam bahasa Indonesia ber­arti “ko­mik” dan “kartun”. Se­cara har­fiah manga memili­ki arti gambar aneh atau sketsa spontan. Di ka­la­ngan penutur bahasa Inggris, manga m­e­mi­liki arti komik Jepang. Manga juga dapat merujuk ke animasi. Se­jalan dengan penggunaan anime di da­lam dan luar Je­pang. Istilah “ani-ma­nga” di­gu­­nakan untuk meng­gam­bar­­kan komik yang dihasilkan dari cels animasi.

Di Jepang, orang dari segala usia membaca manga. Media ini menca­kup karya dalam berbagai genre. Aksi-petuala­ng­an, asmara, olahraga dan per­­mainan. Sejarah drama, ko­me­di, fiksi ilmiah dan fantasi, mis­teri, detektif, horor dan bis­nis-per­da­gangan dan lain-lain. Manga bia­sa­nya serial di ma­jalah manga besar. Sering me­ngandung banyak cerita, ma­sing-masing disajikan dalam satu episode kemudian dilan­jutkan dalam edi­si berikutnya. Jika seri berhasil, bab dikum­pul­kan dan dapat di­pu­bli­ka­­sikan ulang pada buku paperback. Biasanya disebut tanko­bon (istilah unt­uk volume).

Ko­mik dalam bentuk ini bi­asanya di­c­etak di atas kertas ber­kualitas ting­gi. Berguna buat orang-orang yang ti­dak atau malas membeli majalah-ma­jalah manga yang terbit minggu­an. Me­miliki beragam cam­pu­ran cerita dan judul. Da­ri bentuk tanko­bon inilah ma­nga biasanya di­terje­mah­kan ke da­lam bahasa-ba­hasa lain di negara-ne­gara lain. Ter­masuk ba­hasa Indonesia.

Seorang seniman manga biasanya be­k­erja dengan bebe­rapa asisten di se­buah studio kecil. Berhubungan de­­ngan edi­tor kreatif dari perusahaan pe­­nerbitan ko­mersial. Jika seri ma­nga cukup po­puler, biasa­nya di­kem­bangankan men­jadi film ani­masi. Se­telah atau bahkan di saat serial manga se­dang trend.

Beberapa manga cerita as­linya bisa diangkat berdasar­kan dari novel/no­velet. Con­tohnya adalah Basilisk (ti­dak beredar di Indonesia) berda­sar­kan dari novel Koga Ninpo­cho oleh Futaro Yamada. Men­ceritakan perta­ru­ngan antara klan ninja Tsu­ba­ga­kure Iga dan klan ninja Manjidani Koga.

Ada juga mengangkat dari segi se­jarah. Sejarah Tiga Ke­rajaan (The Three Kingdom) seperti Legenda Naga (Ryu­uroden) dan sejarah-se­jarah Je­pang. Kadang ada yang me­ma­­kai nama yang benar-benar ada, ada juga yang memakai tokoh fiktif.

Untuk beberapa judul yang sukses bahkan telah dibuat ver­si manusia asli (live action, atau kadang dising­kat sebagai L.A. di Jepang). Bebe­rapa ju­dul yang telah diangkat men­jadi live action adalah Death Note. De­tektif Conan, GeGe­Ge no Kin­taro, Cutie Honie, Casshern, Devil Man, Saiga­ke! Otokojuku dan lain­nya.

Lebih lanjut sebagian judul juga akan dibuat remake kem­bali secara internasional oleh produsen di luar ne­gara Je­pang. Seperti Amerika, yang membuat film live action “Dra­gon Ball” versi Hollywood (20th Century Fox). Ka­barnya akan dibuat versi live action dari Death Note oleh pihak produser terkenal.

Penggambaran Manga

Rata-rata mangaka (orang yang meng­gambar manga) di Je­pang meng­­gunakan gaya (style) sederhana da­lam menggambar manga. Gambar latar belakangnya hampir se­mua ma­nga digambar serealis­tis mungkin. Bia­rpun gambar ka­rakternya benar-benar se­der­hana. Para mangaka meng­gambar sederhana khususnya pada bagian muka, dengan ciri khas mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Ada juga gaya menggam­bar lolicon mau­pun shotacon.

Tidak semua manga digam­barkan dengan sederhana. Be­berapa ma­nga­ka mengguna­kan style yang realistis, wa­laupun dalam beberapa elemen ma­sih bisa dikatego­rikan manga. Se­perti contoh­nya Vagabond, karya Ta­kehi­ko Inoue. Menonjolkan peng­gu­naan arsir, proporsi seim­bang dan setting yang realistis. Tetap, Vagabond dikategori­kan manga karena gaya peng­gambaran mata, serta beberapa bagian yang simpel. Ma­nga ju­ga biasa digambar dalam mo­no­chrome dan gradasinya biasa disebut tone.

Untuk komik jangka pan­jang atau yang memiliki ra­tusan volume, umum­nya sei­ring dengan per­kem­ba­ngan wak­tu. Para mangaka akan me­ngalami perubahan goresan yang cu­kup signifikan. Contoh yang umum di Indonesia mung­kin karaya Hojo Tsukasa yang dari Cat Eyes berubah menjadi seperti dalam City Hunter. Ka­rya lain Ah! My Goddess yang di­mulai sejak 1988 dan sampai se­ka­rang masih terus berjalan. One Piece and Naruto pun cukup ber­ubah bila dibandingkan pada goresan volume sebelum­nya.

Manga di Indonesia

Penggemar manga di Indonesia semakin hari kian mere­bak. Pener­bit-penerbit manga di Indonesia se­makin banyak ber­tumbuh, antara lain: m&c Comics, Elex Media Kom­pu­tindo, ReOn Comic, Level Co­mics dan Koloni.

Manga yang pertama kali di­terbitkan di Indonesia dise­suaikan dengan gaya baca ma­syarakat Indonesia. Dimulai dari “kiri ke kanan”. Padahal, manga original dari Jepang di­mulai dari “kanan ke kiri”, se­hingga untuk manga yang di­terbitkan di Indonesia rata-rata tokohnya menjadi kidal karena gambar yang umumnya di flip.

Untuk beberapa manga yang tidak mempermasalah­kan keadaan terba­lik ini, hal se­macam ini tidak terlalu dipermasalahkan. Kerancuan men­jadi sangat mengganggu da­lam ter­jemahan manga gen­re detektif se­perti Detective Conan, Q.E.D atau Detec­tive Kindaichi. Sering mem­berikan informasi/petunjuk. Bahkan sangat menyesatkan pembaca karena pada bagian cerita di bab depan tidak sesuai dengan hasil deduksi/ke­sim­pu­lan. To­koh utama maupun fakta yang tergambar dalam cerita. Bah­kan dalam suatu buku cerita, kadang­ka­la hanya satu panel yang dibalik (pada bagian de­duksi) yang semakin mem­per­parah inti cerita.

Karena banyaknya manga yang diterbitakan di Indonesia sejak dari zaman Dorae­mon, Candy Candy, Detective Conan. Kungfu Boy yang mem­banjiri pasar Indonesia berlang­sung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur. Me­nye­babkan manga Jepang sangat mu­dah diperoleh apabila dibanding­kan dengan peredaran komik Eropa/Ame­rika. Eropa relatif lebih susah dan lebih mahal, kecuali Donald Be­bek yang masih bisa didapat secara ter­atur tiap minggunya.

Di Indonesia juga terdapat ko­munitas-komunitas peng­ge­mar ma­nga dan anime. Bia­sanya mereka ber­kumpul dan berbagi dengan peng­gemar lain lewat internet. Ber­kum­pul di suatu tempat untuk berjum­pa satu sama lain. Kini, tanpa membeli buku komik, manga bi­sa dinikmati me­lalui internet dengan berbagai situs yang ter­sebar.

()

Baca Juga

Rekomendasi