SPD merupakan program tahunan, rutin dilaksanakan Vihara Mahasampatti selama satu bulan menjelang perayaan hari raya Trisuci Waisak. SPD ini dalam upaya memperdalam dan meningkatkan keyakinan umat Buddha terhadap ajaran Buddhadhamma dilaksanakan di ruang Dhammasala Vihara Mahasampatti Jalan Pajang Medan setiap harinya pukul 19.00 - 21.00 WIB kecuali Minggu pukul 09.09 - 11.00.
Namun untuk kenyamanan serta dapat menampung lebih banyak umat Buddha yang ingin mendengarkan ajaran Buddha, setiap Sabtu malam diadakan di hall berdaya tampung 800 orang. Pada acara yang dibuka moderator P.Md.Burhan Bhattiphalo, SE, C,Ht ini menampilkan pembicara Bhikkhu Santacitto dari Banjarnegara, Jawa Tengah.
Beliau mulai memasuki kehidupan pabbajita sebagai seorang samanera pada 27 November 2000 dan diupasampada menjadi seorang bhikkhu pada 16 Januari 2015 oleh Upajjhaya YM. Bhikkhu Sukhemo Mahathera dan Acchariya YM. Bhikkhu Jotidhammo Mahathera dan YM. Bhikkhu Atimedho Mahathera.
Bhikkhu Santacitto pernah belajar di Universitas Kelaniya, Sri Lanka. Untuk menyelesaikan S3 dan selama 4 tahun menjadi dosen di universitas itu. Selain mengabdi untuk Sangha Theravada Indonesia, kini sebagai dosen sekaligus Kaprodi Dhamma Acchariya di STAB Kertarajasa Malang, Jawa Timur.
Sekarang Bhikkhu Santacitto berdomisili di Vihara Mendut, Magelang di bawah nissaya (bimbingan) YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera.
Vipallasa
Bhikkhu Santacitto dalam menyampaikan Dhammadesana pada SPD 12 yang bertopik “Vipallasa vs Vipassana” mengatakan penyebab adanya Dukkha adalah Tanha atau nafsu keinginan disertai kesenangan atau kemelekatan yang dicari terus menerus.
Sebagai contoh, saya ingin rambut saya tidak putih. Saya ingin sembuh dari sakit. Saya ingin hidup terus menerus. Kemudian beliau menyuguhkan pertanyaan “Kenapa kita masih memiliki nafsu keinginan terus menerus? Itu karena kita masih memiliki kecenderungan yang salah.Pandangan salah, tidak sesuai dengan realitas, kenyataan atau disebut sebagai Vipallasa”.
Vipallasa mempunyai pengertian, pertama seseorang memiliki kecenderungan melihat sesuatu yang tidak kekal tetapi dianggap kekal. Kedua, seseorang memiliki kecenderungan melihat sesuatu yang sebenarnya penderitaan. Tetapi dilihat sebagai kebahagiaan.
Ketiga seseorang memiliki kecenderungan melihat bukan milik, aku, diri tetapi dianggap sebagai milik, aku, dan diri. Keempat seseorang cenderung melihat tidak indah, tetapi dilihat sebagai sesuatu yang indah. Bhikkhu Santacitto mengatakan untuk melenyapkan vipallasa ialah dengan melatih perhatian benar disertai kebijaksanaan (sati sampajanna) yakni dengan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.
Menyadari proses muncul, berubah dan lenyapnya segala sesuatu yang berkondisi sehingga tidak menimbulkan kemelekatan. Baik terhadap segala sesuatu, apakah sesuatu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Karena semuanya bersifat tidak kekal (anicca). Tidak terpuaskan(dukkha) dan tidak adanya Aku( anatta). Latihan inilah disebut sebagai Vipassana ( meditasi pandangan terang).
Vipassana dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Asalkan memiliki perhatian dan kesadaran penuh saat melakukan aktivitas sehari-hari. Tentunya dilandasi dengan pengertian benar dan kebijaksanaan. Berbeda dengan Samatha bhavana yang memerlukan tempat sepi dan sunyi untuk mencapai kemanunggalan dalam konsentrasi. Dengan melatih Vipassana seseorang dikatakan telah mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan menuju pada pembebasan dari segala bentuk penderitaan.
Sementara itu panitia dalam siaran pers yang diterima Analisa kemarin menjelaskan kegiatan SPD di hall kembali diadakan pada Sabtu, 7 Mei 2016, di gedung Uniland. SPD ini menghadirkan YM. Bhikkhu Jayamedho dengan topik bahasan “Menyeimbangan Kekayaan Dunia dan Batin”. Bukan hanya itu, panitia menampilkan Bhikkhu Dhammasubho Mahathera, Bhikkhu Candakaro Mahathera, Bhikkhu Sukhito Thera, Bhikkhu Sucirano Thera, Bhikkhu Sujano Thera, Bhikkhu Saccadhammo Thera, Bhikkhu Bhikkhu Ratanaviro, Bhikkhu Gunapiyo, P.Md. Burhan Bhattiphalo, SE, C.Ht yang akan mengisi di kegiatan ini. (rel/bay)