Lhokseumawe, (Analisa). Ratusan masyarakat pedalaman Gampong (desa) Alue Rambe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, mengalami krisis air bersih.
Mayoritas sumur warga kering sejak enam bulan silam sehingga mereka terpaksa antre di sumur bor desa untuk mendapatkan air bersih.
Kepala Urusan Pembangunan Gampong Alue Rambe, Jufri Abdurrahman, Selasa (14/6) mengungkapkan, krisis air bersih sudah berkepanjangan akibat kemarau yang menyebabkan mayoritas sumur warga kering.
Oleh sebab itu, pihaknya sepakat menggunakan dana desa untuk membangun dua unit sumur bor mengantisipasi persoalan itu.
Kendati begitu, kebutuhan air bersih untuk memenuhi sekitar 600 jiwa penduduk desa setempat belum juga terpenuhi karena sumur bor desa juga kerap kering akibat banyaknya warga yang antre untuk mendapatkan air.
“Air sumur bor hanya untuk konsumsi dan memasak, sedangkan untuk mencuci pakaian harus mencari air sampai 1,5 kilometer dari pemukiman. Warga juga memilih mencuci di alur yang ada,” sebutnya seraya mengatakan alur normalisasi bantuan pemerintah pada 2015 sudah dimanfaatkan warga untuk mencuci pakaian.
Jufri menambahkan, saat ini sumur warga masih kering total. Jika warga memilih menggali sumur sampai kedalaman 10-12 meter, baru ditemukan mata air yang debitnya juga kecil.
Oleh sebab itu, pihaknya membangun dua unit sumur bor. Tapi, persediaan air tidak mencukupi untuk kebutuhan 22 KK atau lebih kurang 600 jiwa penduduk desa.
Diare
Di sisi lain, pemahaman masyarakat gampong pedalaman khususnya di wilayah Kuta Makmur untuk mencegah dan mengantisipasi penyakit diare masih minim. Diperlukan penyuluhan kesehatan memadai untuk menekan diare di daerah pedalaman.
Mahasiswa kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yapeda Darussalam yang melaksanakan program kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Alue Rambe dan beberapa desa lainnya di Kuta Makmur, diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai diare dan malaria kepada masyarakat guna menekan jatuhnya korban penyakit itu.
Ketua Kelompok KKN Gampong Alue Rambe, Intan Mutia, Selasa (14/6) kepada Analisa mengungkapkan, berdasarkan survei yang mereka lakukan, ternyata di desa tersebut angka penderita diare masih tinggi yang diduga karena kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan masih kurang, seperti persoalan kebersihan rumah.
“Kami menilai kasus diare masih tinggi. Karenanya, kami laksanakan penyuluhan sehingga warga bersedia membersihkan rumah dan senantiasa menjaga kebersihan untuk mengantisipasi diare,” ujarnya.
Selain memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mahasiswa yang mengabdi selama sebulan itu juga melaksanakan gotong royong bersama masyarakat, membimbing anak-anak menghafal surat pendek Quran, mengadakan lomba azan, mewarnai dan peragaan busana. Mahasiswa tersebut ditempatkan di sepuluh desa di Kecamatan Kuta Makmur. (kdn)