Tugu Simpang Lima Dirobohkan

Banda Aceh, (Analisa). Tugu Simpang Lima Banda Aceh, yang sering menjadi saksi bisu aksi demonstrasi di kota itu, dirobohkan, Minggu (26/6) dini hari karena Peme­rintah Kota (Pemko) setempat berang­gapan terdapat ornamen yang melekat pada tugu tersebut yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam.

Hal itu dikatakan Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal kepada wartawan, Minggu (26/6). Dia me­minta kepada Bank Bukopin yang membangun tugu tersebut pada 1994 agar mengubahnya kembali dengan simbol yang memiliki nilai-nilai Islam. “Ada di salah satu ornamennya se­perti menimbulkan simbol lain (bukan simbol Islam),” katanya.

Diungkapkannya, sudah banyak yang memprotes simbol di tugu itu. Sehingga, Pemko Banda Aceh menyurati Bank Bukopin untuk mengubah simbol tersebut menjadi simbol bernuansa islami. Pemko bekerja sama dengan Bank Bukopin akan memba­ngun kembali tugu Simpang Lima itu menjadi lebih baik.

“Akan dibangun ulang dengan ornamen setengah pintu Aceh yang akan dimodifikasi dengan bertuliskan Asmaul Husna (nama-nama Allah SWT) dan ini akan menjadi ikon baru di Banda Aceh. Tugu-tugu lain yang ada di kota ini juga akan direvitalisasi,” ujarnya.

Sejumlah tugu yang direhab anta­ra lain tugu Pesawat Seulawah di Blang Padang, tugu Tauhid di Ulee Lhee, gerbang pintu masuk Banda Aceh, dan lainnya. Walikota menga­ku, Pemko Banda Aceh sudah me­nyi­ap­kan perencanaan revitalisasi tugu-tugu dimaksud.

Melekatkan simbol-simbol islam di sejumlah tugu, katanya, dilakukan sebagai upaya untuk membangun pera­daban Islam yang dimulai dari te­ngah kota. Sementara, arsitek yang akan memodifikasi tugu itu berasal dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Tugu Simpang Lima dirubuhkan Minggu sekitar pukul 01.20 WIB. Selama ini, tugu tersebut sering dijadikan tempat aksi demonstrasi oleh para aktivis dalam menyikapi isu-isu sosial.

Koordinator Pelaksana Pemba­ngunan Tugu simpang Lima, Heri, me­ngatakan, tugu itu nantinya akan diba­ngun dengan lima pilar utama yang me­rujuk pada lima rukun Islam. Pilar ter­sebut berbentuk setengah “Pintoe Aceh” yang menjulang ke atas setinggi 14 meter. Pada lima sisinya tertera kalig­rafi asma Allah yang dikombinasikan de­ngan ornamen khas Aceh. (bei)

()

Baca Juga

Rekomendasi