Tapputi, Sosok Perempuan Pertama Pembuat Parfum

DALAM kehidupan se­hari-hari pasti tidak asing lagi bila kita mendengar kata-kata par­fum. Apalagi saat sekarang ini ba­nyak sekali parfum de­ngan berbagai ma­cam aroma yang ditawarkan baik untuk lelaki dan wanita ataupun un­tuk keduanya yang saat ini telah banyak tersebar di pa­­saran.

Sejak ribuan tahun yang lalu parfum sudah dike­nal, kata "parfum" itu sen­diri asal mulanya berasal dari bahasa Latin “per fume” yang artinya "melalui asap". Sa­lah satu kegunaan parfum pada mula­nya be­rupa bentuk pem­ba­karan dupa dan herbal aro­matik yang digunakan dalam pelayanan keagamaan.

Sejarah parfum itu sendiri sudah ada sejak zaman Me­sopotamia kuno kira-kira sekitar lebih 4000 tahun yang lalu.

Zaman dahulu kala orang-orang meng­g­unakan tanaman herbal serta rempah-rem­pah beserta bunga dan dicampur­kan menjadi satu untuk mem­buat wewangian.

Sepanjang sejarah, sudah berderet nama para ilmuwan yang memberi sumbangsih kepada peradaban. Tentu saja ada juga para ahli turut ber­peran, namun namanya tidak dikenal.

Salah satunya wanita ber­nama Tapputi. Dia adalah seorang ahli kimia pertama yang diakui dalam sejarah.

Ada beberapa tablet de­ngan ukiran huruf-huruf cu­neiform yang berasal dari 1.200 SM ditemukan di antara peninggalan istana Kerajaan Babilonia.

Dalam tablet-tablet itu di­sebutkan ada dua wanita, Tapputi dan seorang wanita lain yang namanya belum terbaca, yang merupakan pem­buat minyak wangi (par­fum).

Berki­­prah dalam Kancah Wewa­ngian

Tapputi memiliki julukan “Belate­kalim” yang berarti “nyonya rumah tang­ga”. Se­lain sebagai pembuat parfum, dia dan rekannya adalah penulis naskah-nas­kah ten­tang seni wewangian.

Salah satu resep ciptaan Tapputi untuk majikan-maji­kannya, baik pria dan wanita, telah melintasi perja­lanan waktu.

Resep itu adalah racikan “bunga, mi­nyak, dan cala­mus,” yang dia ramu khusus unutuk sang raja.

Calamus adalah tanaman yang lazim di­pakai menjadi bahan wewangian di Me­sir, Suriah, dan Arabia.

Hasil resepnya adalah salep padat yang dibuat dengan merebus bahan-bahan tadi, dicampur dengan dupa dalam panci. Setelah didinginkan semalaman, bahan itu disu­ling menjadi biang wewa­ngian.

Setelah pemanasan ulang beberapa kali, muncullah bau harum yang dianggap pan­tas untuk seorang raja.

Parfum merupakan bentuk racikan yang sangat penting di masa Mesopotamia pur­ba. Produk demikian diciptakan untuk ke­­perluan agama dan ritual, sehingga per­m­in­taan wewangian meningkat.

Beberapa cendekiawan me­ngajukan teori bahwa kaum wanita pada masa itu ber­ki­­prah dalam kancah wewa­ngian ka­rena ketrampilan me­­reka memasak dan mem­buat bir. Dari dua keahlian tersebut, kaum wanita mengem­bang­kan kemam­puan menyuling dan membuat ekstrak. Dua hal tersebut penting dalam industri par­fum. (wkp/hstb/ach/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi