Pulihkan Kabanjahe dan Berastagi sebagai Kota Perjuangan

Pascaterbakar Gapura Makam Pahlawan Ditelantarkan

Kabanjahe, (Analisa). Bupati Karo Terkelin Brahmana, di­harapkan segera memperbaiki ga­pura makam pahlawan Kabanjahe pas­caterbakar beberapa bulan lalu. Ja­ngan terkesan diterlantarkan dan di­abaikan, karena gapura itu adalah lam­bang serta simbol identitas Taneh Karo sebagai daerah perjuangan, serta Kota Berastagi dan Kabanjahe sebagai kota pahlawan di Indonesia setelah Surabaya.

Hal tersebut dikatakan Pengurus Dewan Harian Angkatan 45 Pro­vinsi Sumatera Utara, Roy Fachraby Gin­ting SH M.Kn usai me­lakukan ziarah ke Makam Pahlawan Kabanjahe, Kamis (18/8) un­tuk menabur bunga di makam Mantan Bupati Karo, Mantan Bupati Asa­han dan Mantan Walikota Siantar Rakoetta Brahmana, Ko­mandan Napindo Halilintar Mayor Se­lamat Ginting dan kakek kan­dungnya Pembantu Letnan TNI Benyamin Ginting Munthe Mantan Ke­tua Perta­ma PMI Kabupaten Karo dan Medan Area.

Dikatakan Roy Fachraby Ginting, gapura Makam Pahlawan Kabanjahe dibangun pada 1950, dan dikunjungi Presiden Soekarno pada 28 Juli 1951. Dalam kunjungan itu Presiden Soe­karno berpidato dengan berterima­kasih kepada rakyat Tanah Karo dan ribuan rakyat yang hadir di Kaban­djahe yang telah memenuhi tugasnya selama revolusi dalam beberapa tahun. Bung Karno juga mengingat bahwa dirinya berada di Lau Gumba Beras­tagi pada 1 Januari 1949, sebagai ta­han­an bersama Haji Agus Salim dan Sutan Syahrir. Kemudian di­pin­dahkan Belanda ke Parapat karena tentara Belanda telah mendengar bahwa orang-orang dari Kabanjahe dan Beras­tagi itu ingin membebaskan "bapak" nya" selaku pemimpin besar revolusi, ujar Roy Fachraby Ginting, seraya melakukan kunjungan silaturahmi kepada pejuang dan angkatan 45 di Tanah Karo.

Menurut Roy Fachraby Ginting, sebelum kedatangan Presiden Soekar­no, Wakil Presiden RI Drs H Muham­mad Hatta, juga me­nyem­patkan diri untuk berkunjung ke Tanah Karo pada 22 November 1950. Ini merupakan kunjungan kedua setelah kunjungan pada zaman Revolusi Ke­mer­dekaan 1947. Bung Hatta dise­lamat­kan pe­juang Republik Indonesia dari Tanah Karo menuju Bukit Tinggi melalui Merek, dan Bung Hatta me­nulis surat pujian kepada rakyat Tanah Karo sesampainya di Bukit Tinggi. Roy menunjukkan dokumen surat Bung Hatta.

“Dokumen dan arsip surat ini hen­daknya dibuat dan diabadikan di Ma­kam Pahlawan Kabanjahe, agar gene­rasi muda bisa mem­ba­ca­nya untuk menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme, serta nilai-nilai kejuangan”.

Untuk itu, Pemkab Karo segera membuat anggaran di APBD Ka­ro TA 2017 untuk pembangunan Gapura Ma­kam Pahlawan Ka­ban­­jahe, Monu­men Pahlawan dan dokumen surat Muhammad Hatta di areal Makam Pahlawan Kabanjahe.

Pemkab Karo perlu membangun tugu dan monumen 6 Pejuang Ka­ro di depan makam Pahlawan Kabanjahe. yakni 2 Pahlawan Nasional asal Tanah Karo Kiras Bangun Garamata dan Letjen Djamin Ginting, serta 4 pe­juang lokal terkemuka yakni Ko­man­dan Napindo Halilintar Sektor III Mayor Selamat Ginting, Koman­dan Laskar Ha­rimau Liar Sipirok Area Mayor Payung Bangun, Ketua Barisan Pe­muda Indonesia Tanah Karo Perta­ma Tama Ginting dan Bupati Karo Per­tama Setelah Revolusi Kemer­deka­an Rakoetta Brahmana, serta mo­numen untuk dokumen dan arsip surat pujian Wapres Muhammad Hatta atas perjuangan rakyat di Tanah Karo untuk ke­merdekaan.

Sehingga Kabupaten Karo dapat pulih kembali sebagai daerah perjua­ngan, serta ikon Kota Berastagi dan Kabanjahe yang menjadi kota pahla­wan setelah Surabaya. Dibuktikan dengan Makam Pahlawan hanya ada 2 di Indonesia yakni di Surabaya de­ngan arek arek Suroboyo dan di Ka­banjahe dengan perang gerilya “bumi hangus” sesuai dengan surat Muham­mad Hatta, ujar Roy Fachraby Ginting yang juga Sekjen MPR Karo ini.

Diusulkan, untuk menghindari keba­karan bahan bangunan digunakan untuk gapura hendaknya terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terba­kar. Misal ijuk dimodipikasi dari seng atau genteng. (sug)

()

Baca Juga

Rekomendasi