Melodia, Lukisannya Terpanjang di Istana

Oleh: Dr. Agus Priyatno, M.Sn.

Melodia namanya, pe­lukis rea­lis kelahiran Jakarta 49 tahun lalu. Lu­kisan-luki­s­annya terpajang pada din­ding Is­tana Kepresidenan di Yog­ya­karta dan Balai Kirti Museum Ke­pre­sidenan Istana Bo­gor. Prestasinya ce­merlang, pe­raih penghargaan sejumlah kompetisi seni. Dia bersama be­berapa pelukis lainnya ter­pilih untuk melukiskan enam pre­siden, dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Lukisan fragmentaris ten­tang ke­hi­dupan Bambang Yu­dhoyono  (150 x 300 cm)  serta lukisan Megawati (220x120 cm) karyanya terpajang di kedua Istana tersebut. Pelukis  lainnya yang karya-karyanya ju­ga dipajang di Is­tana adalah Sigit Santosa, Wayan Cahya, Bu­di Kustarto, Budi Ubrux,  Ro­­nald Manulang,  Dede Eri Su­pria, Ayung, Robby L, Gu­na­wan Hanjaya, dan Ivan Ha­riyanto.

Melodia gemar menggam­bar sejak du­duk di bangku Se­kolah Dasar. Ke­ge­marannya me­lukiskan kembali gam­bar ce­rita anak-anak. Melihat ba­katnya, sang ayah yang berpro­fesi sebagai penulis memasuk­kannya ke sanggar seni SOK­KA di Jakarta. Dia belajar meng­gambar dibimbing oleh Alex seorang pengasuh SOK­KA (Sasana Olah Kesenian Kak Alex). Di sanggar seni ter­sebut dia belajar selama 1 tahun (1978). Selain itu, dia juga be­lajar menggambar me­lalui buku-buku dan acara te­levisi.  Tahun be­rikutnya (19­80-1985) dia  membuat ba­nyak ilustrasi dan karya kartun un­tuk koleksi pribadi.

Setelah tamat SMA, Melo­dia studi seni di Program Studi Seni Lukis, Fakultas Seni Ru­pa, ISI Yogyakarta (1985-19­92). Kota seniman dan bu­daya ini memberi pengaruh besar ter­ha­dap wawasan dan cara ker­janya se­ba­gai seorang pelu­kis. Jiwa keseni­ma­­nannya ter­bentuk melalui per­gau­lan yang luas dengan lingkungan seni­man.

Di kota yang penuh dengan kreativi­tas dan produktivitas se­nilukis, dia men­cari jatidiri se­bagai pelukis. Sete­lah men­coba berbagai gaya seni, ter­masuk impresionisme dan su­realisme, dia memilih aliran se­ni yang dianggap­nya sesuai dengan keinginan hatinya. Lu­­kisan realis.

Menurut pendapatnya, luki­san dengan teknik realistik ada­lah cara tepat untuk menge­mukakan gagasan agar mudah dipahami masyarakat umum. Dia menekuni aliran realisme so­sial sejak 1987, hingga se­karang. Ba­ginya lukisan de­ngan gaya realis­me so­sial,  me­ru­pakan representasi dari per­­soalan masyarakat, keseharian yang dilihat dan rasakannya. Sebagai pe­­lukis, dia mengeks­pre­sikan penga­la­­man tersebut melalui karya seni lukis.

Konsepnya dalam mencip­ta­kan lukisan, seni merupakan ungkapan tanda-tanda zaman. Dia membaca tanda-tanda za­man lalu melukiskan­nya. Me­nu­rut pendapatnya, “Realitas, betapapun pahitnya, sering­kali hadir di tengah kita tanpa kuasa untuk menolaknya. Ia men­jadi bagian dari persoalan kehidupan yang kompleks ini un­tuk “diselesaikan” atau seti­daknya untuk tak terhin­darkan dari penglihatan kita.”

Melodia tinggal di kota yang ter­kenal dengan kuliner gudeg. Ber­kreasi di studionya di Mejing Lor Rt 04 Rw 01 Ambarketawang Gam­ping Sle­man Yogyakarta. Fenome­na-feno­mena sosial menjadi per­hatian­nya. Inspirasinya da­lam ber­karya. Dia merasakan kegelisahan ma­syarakat seki­tarnya. Masyarakat yang me­ng­alami proses perubahan, da­ri masya­ra­­kat tradisional men­jadi masyarakat modern.

Da­lam pengamatannya, per­kemba­ngan dan perubahan kota menjadikan se­bagian orang merasa terasing di ta­nah­nya sendiri. Bagi sebagian orang pembangunan tidak dira­sakan sebagai perubahan me­nu­ju per­baikan nasib. Malah sebaliknya. Ber­bagai realitas hidup seperti itulah yang men­jadi gagasan-gagasannya da­lam berkarya.

Dalam berkarya, dia meng­gunakan metafora-metafora. Memahami karya­nya harus melalui perenungan. Me­lu­kis­kan kehidupan pahit masya­rakat kelas bawah umpama­nya, dia tidak serta merta melu­kiskan orang berbaju ku­muh, melainkan melukis­kan dua se­peda kayuh lusuh dan usang ter­parkir di bawah pohon. Se­penggal tan­da berupa dua se­pe­da kayuh usang itu saja su­dah banyak memberi informa­si ten­tang suatu kehidupan masyarakat. Lu­kisan realisme sosial­nya sama se­kali tidak vulgar. Lukisan-lukisan­nya sering menyiratkan keheni­ngan, ke­senyapan, kesunyian, su­asana ke­se­pian.

Melodia selain kreatif dan produk­tif menciptakan lukis­an, juga aktif berpa­meran. Se­jak tahun 1978 ketika masih ka­nak-kanak sudah berpamer­an. Pa­meran Lukisan pertama­nya pada Hari Anak Internasi­o­nal di Hotel Sari Pasific Ja­karta (1978). Pameran lain­nya (1984) “Pameran Bersama Ling­ku­ngan di Mata Re­maja” di Erasmus Huis Jakarta, Pa­me­ran Bersama di Sang­gar Se­ni Suk­ma Jakarta Timur, The Art of M­e­lodia di SMA 27 Ja­kar­ta Pusat.

Setelah selesai studi, dia berpame­ran tunggal. Antara lain (1992) Pameran lukisan “Tanda-tanda” di FSRD ISI Yogyakarta. (1993) Pame­ran lukisan di Bentara Budaya Yog­ya­karta. (2001) Pameran lukisan “Ja­lan Sunyi” di Ben­tara Budaya Jakarta.

Selain pameran tersebut, dia juga aktif berpameran di ber­bagai kota besar di Indonesia, juga di berbagai event pa­meran bergengsi di Tanah Air. Pamerannya di luar negeri an­tara lain dalam pameran “The 3rd Asean Travelling Exhibiti­on of Painting, Photography, and Children’s Arts” yang di­selenggarakan di Malaysia, Si­ngapore, Brunei, Indonesia, Phi­lipina dan Thailand. Serta pa­meran The Mutation, Painstaking Realism in Indonesian Con­temporary Painting di The Japan Foundation Forum Tokyo.

Melodia memiliki banyak pres­tasi dan penghargaan seni dari tahun 1984 hingga 2008. Diantaranya penghar­ga­an  lu­ki­san cat air terbaik, penghar­ga­an sketsa terbaik dari ISI Yog­ya­karta. Penghargaan lu­ki­san terbaik Dies Natalis VII ISI Yogyakarta (1985-1990). Fi­nalis Lomba Lukis “The Phi­lip Morris Group of Companies Indonesian Art Awards” (1994-1999). Finalis Indo­food Art Awards. Juara II Lomba Lu­kis Potret di Taman Bu­daya Jawa Tengah Solo. Pe­menang Kategori Representasional Indo­food Art Awards 2003. 50 Terbaik Lomba Lukis Po­tret di Taman Bu­daya Jawa Te­­ngah, Solo. 15 Karya terbaik Jakarta Art Awards. 5 Karya terbaik Jakarta Art Awards “ Warna-Warni Jakarta” (2002-2008). 38 Finalis The 2nd UOB In­donesia Painting of The Year Competition (2012). Finalis UOB Indonesian Painting of The Year Competition (2015).

Prestasinya merupakan ha­sil dari ke­tekunan belajar. Te­rus menerus memperdalam il­mu dan memperluas wa­wasan. Seniman yang memiliki in­te­gritas di bidang yang diteku­ni­nya. Se­luruh hidupnya dide­dikasikan untuk se­nilukis.

Penulis dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Senirupa Sumatera Utara.

()

Baca Juga

Rekomendasi