Calon, Salon dan Nyalon

Oleh: Hidayat Banjar.

Ada iklan di sebuah stasiun tele­visi swasta yang mengabur­kan makna calon dan salon. Cerita berawal dari pencalonan seseorang sebagai kepala desa. Lalu si tokoh mengatakan: “Saya kan sudah nyalon. Pemeran lain menganggap si tokoh sudah menya­lon­kan diri sebagai kepala desa, ter­nyata yang dimaksud si to­koh, dia sudah pergi ke salon kecan­tikan.

Demikianlah bahasa – baik tulis maupun lisan – dapat berubah makna atau makna yang berbeda – melen­ceng – dari kata dasarnya. Memang kata calon, bila dibubuhi imbuhan (awalan dan akhiran) huruf c akan luluh menjadi menyalonkan atau penyalonan. Namun jika tanpa imbuhan, harusnya penulisan atau pengucapan calon bukan nyalon.

Begitu juga dengan kata salon, jika tanpa imbuhan seyogianya ditu­liskan/diucapkan salon, bukan nyalon. Kata nyalon mungkin terpe­ngaruh nyapres (nyalon presiden), nyoblos (yang sebenarnya coblos – me­nusuk tanda gambar). Nyapres pun sejatinya keliru dalam penulisan/pe­ngucapan. Yang benar adalah capres (calon presiden). Kalau ingin melu­luh­kan huruf c, seyogianya penulisan/pengucapannya berimbu­han menyapres (menyalonkan presi­den).

Kata nyalon yang berasosiasi salon, kalau yang dimaksudkan salon kecantikan (frase terikat), tidak boleh penulisannya dilepas dari ikatannya – kecantikan. Sebab makna salon (kata benda/nomina) adalah ruang (kamar) yang diatur dan dihias dengan baik (untuk menerima tamu dan sebagainya): tamu itu dipersilakan duduk di salon. Salon pun dapat bermakna tempat pengeras suara (pada radio dan sebagainya).

Salon Mobil

Secara prinsip salon mobil punya kesamaan tujuan dengan salon ke­cantikan wajah dan tubuh pada manu­sia. Salon mobil membersihkan kotoran yang melekat pada seluruh bagian mobil yang terlihat dan ter­jangkau sehingga memberikan peru­bahan penampilan menjadi lebih menarik, enak dilihat, dan nyaman dikendarai.

Kenapa harus ke salon mobil? Apa­kah menyuci mobil tidak cukup? Menyuci ibarat mandi pada manusia, cuci mobil hanya membersihkan koto­ran kasat mata. Shampo atau sabun yang digunakan untuk menyuci tidak dapat menghilangkan jamur, noda asam akibat hujan, dan kotoran atau material lain yang menyebabkan baret halus dan buramnya warna cat pada body mobil. Karena itu penuli­san kata salon seyogianya diikuti dengan ikatannya (kecantikan, mobil dan lainnya).

Salon eksterior (exterior cleaning) untuk menyatakan body mobil. Tujuannya membersihkan kotoran-kotoran aspal, cat pada body dan velg, menghilangkan baret halus, tekstur kulit jeruk pada cat. Pada akhirnya cat akan terlihat bersih mengkilap layaknya kilap mobil baru bahkan lebih baik.

Salon interior (interior cleaning) untuk menyatakan pembersihan apa-apa yang ada di dalam mobil. Salon interior meliputi tiang-tiang plafoon, kaca bagian dalam, sun roof, sunvisor, safety belt, dashboard, panel-panel pada dashboard, laci-laci, jok, karpet dasar karpet alas kaki, pedal rem, gas dan kopling, console box, kisi-kisi ac. Tujuannya agar suasana ruang penumpang menjadi segar karena bersih.

Saman

Selanjutnya kata saman, tidak boleh ditulis nyaman. Karena kata saman menurut KBBI: sa·man/1 dakwa; 2 dakwaan: di pengadilan, jaksa telah membuktikan – yang diajukannya; 3 surat sita: juru sita telah mengirimkan – kepadanya seminggu yang lalu; 4 panggilan untuk menghadap penga­dilan: ber­dasarkan – yang diterimanya, ia akan menghadap ke pengadilan pada hari Senin nanti.

Dalam kontek saman, menyaman berarti: 1 menuntut; mendakwa: jaksa - orang itu atas kesalahan melakukan pencurian dan penipuan; 2 menyita: polisi telah menyita senjata dan pisau milik terdakwa sebagai barang bukti. Tari saman (frase), bukanlah berarti tari dakwaan. Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.

Jika menyaman tanpa akhiran kan ber­makna menuntut atau menyita. Sedangkan menyamankan yang berasal dari kata dasar nyaman bermakna: 1 segar; sehat: badannya berasa – disinari matahari pagi; 2 sedap; sejuk; enak: suaranya merdu – didengar. Menyamankan /menjadikan nyaman; menye­gar­­kan; menyejukkan; menyedapkan: taman yang terpelihara baik memberi peman­dangan yang menyamankan. Kenyaman­an/ keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan.

Demikianlah, kehati-hatian dalam meng­gu­nakan kata dalam tulisan/lisan – terutama terhadap karya-karya non-sastra – sangatlah diperlukan sehingga tidak menghi­langkan atau mengubah makna yang sesungguhnya. Untuk karya-karya fiksi (sastra) diper­boleh­kan memanfaatkan licentia poetika guna menimbukan efek puitik dengan “menabrak” kaidah-kaidah berbahasa yang baku.

Bahasa Indonesia semestinya digunakan pada tempatnya. Kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar diterapkan terutama di forum-forum resmi. Untuk membuat suatu tulisan/lisan agar menarik perhatian, tidak perlu merusak bahasa. Iya kan?! ***

Penulis adalah Pengajar Bahasa Indonesia dan Teknik Penulisan Ilmiah di STAB (Sekolah Tinggi Agama Buddha) Bodhi Dharma Medan serta Anggota Dewan Kesenian Medan (DKM) Periode 2016-2020.

()

Baca Juga

Rekomendasi